29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:48 AM WIB

Sentil Pemain Utama, Suka Arjawa: Simak Track Record Kedua Paslon

DENPASAR– Hiruk pikuk Pilgub Bali menjelang hari pencoblosan Rabu (27/6) mendatang menjadi perhatian serius Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana, Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa.

Dirinya menilai persaingan antara pasangan calon nomor urut 1 Wayan Koster- Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) dan paslon nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Mantra-Kerta) berlangsung ketat.

Oleh karena itu, kedua paslon akan menggunakan strategi secermat mungkin untuk memenangkan hati pemilih.

“Soal panas itu biasa karena sudah menjelang hari pencoblosan. Itu biasa. Masing-masing mengklaim memiliki massa banyak dan memang faktanya seperti itu,” ujar Suka Arjawa kepada Jawa Pos Radar Bali.

Karena itu, kata Suka Arjawa, segala macam cara akan ditempuh untuk menjatuhkan pihak yang lain.

“Mana titik lemah lawan itu akan disinggung karena komposisi suara masing-masing paslon seimbang,” tandasnya. 

Tentang pilihan calon Gubernur Bali Wayan Koster yang melempar bola panas justru menyerang Wayan Gendo Suardana, Suka Arjawa menyampaikan pendapat menarik.

“Menurut saya dalam konteks pemain (kandidat, red) ya boleh-boleh saja. Artinya pemain bisa saja melakukan seperti itu, tetapi kadang-kadang juga ada etikanya.

Jangan pemain utama yang melakukan penyerangan. Kan punya anak buah. Ya anak buah itu yang disuruh menyerang dalam konteks seperti ini,” bebernya.

Suka Arjawa menambahkan bila penyerangan dilakukan oleh anak buah, maka kerugian bila counter attack terjadi tidak terlalu banyak bagi pemain utama.

“Jadi anak buah itu yang akan kena,” tandasnya. Terkait figur kedua konstestan Pilgub Bali, Suka Arjawa menegaskan dirinya tidak bisa memastikan siapa yang keluar sebagai pemenang.

 “Masing-masing memiliki kelebihan. Masing-masing memiliki kekurangan,” ungkapnya. Yang ditawarkan kedua pasangan calon jelas sang dekan sesuai dengan konteks sosial.

anya saja hal tersebut susah dinilai. “Apa bukti kebijakan yang pernah dilakukan sebelumnya. Ya itu saja yang bisa kita pegang. Pasangan ini apa yang sudah dilakukan?

Apakah itu sudah sesuai dengan tema kampanye yang dilakukan sekarang,” tegasnya sembari menyebut hajatan kampanye lebih bersifat hanya sekadar untuk mencari perhatian rakyat.

“Nanti kalau sudah menjadi penguasa belum tentu dia begitu,” sambungnya. Apa yang harus dilakukan masyarakat pemilih? Suka Arjawa menjawab singkat. Informasi.

“Track record di masa lalu. Masyarakat harus kerja keras sekarang mencari informasi track record dari kedua calon Gubernur Bali,” tegasnya.

Sering melakukan diskusi atau sering melihat kebijakan kedua paslon, terang Suka Arjawa juga harus dilakukan agar tak salah pilih.

“Juga jangan lupa bahasa tubuh dan wacana yang dilakukan kalau memang ketemu langsung,” pesannya. 

DENPASAR– Hiruk pikuk Pilgub Bali menjelang hari pencoblosan Rabu (27/6) mendatang menjadi perhatian serius Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana, Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa.

Dirinya menilai persaingan antara pasangan calon nomor urut 1 Wayan Koster- Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) dan paslon nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Mantra-Kerta) berlangsung ketat.

Oleh karena itu, kedua paslon akan menggunakan strategi secermat mungkin untuk memenangkan hati pemilih.

“Soal panas itu biasa karena sudah menjelang hari pencoblosan. Itu biasa. Masing-masing mengklaim memiliki massa banyak dan memang faktanya seperti itu,” ujar Suka Arjawa kepada Jawa Pos Radar Bali.

Karena itu, kata Suka Arjawa, segala macam cara akan ditempuh untuk menjatuhkan pihak yang lain.

“Mana titik lemah lawan itu akan disinggung karena komposisi suara masing-masing paslon seimbang,” tandasnya. 

Tentang pilihan calon Gubernur Bali Wayan Koster yang melempar bola panas justru menyerang Wayan Gendo Suardana, Suka Arjawa menyampaikan pendapat menarik.

“Menurut saya dalam konteks pemain (kandidat, red) ya boleh-boleh saja. Artinya pemain bisa saja melakukan seperti itu, tetapi kadang-kadang juga ada etikanya.

Jangan pemain utama yang melakukan penyerangan. Kan punya anak buah. Ya anak buah itu yang disuruh menyerang dalam konteks seperti ini,” bebernya.

Suka Arjawa menambahkan bila penyerangan dilakukan oleh anak buah, maka kerugian bila counter attack terjadi tidak terlalu banyak bagi pemain utama.

“Jadi anak buah itu yang akan kena,” tandasnya. Terkait figur kedua konstestan Pilgub Bali, Suka Arjawa menegaskan dirinya tidak bisa memastikan siapa yang keluar sebagai pemenang.

 “Masing-masing memiliki kelebihan. Masing-masing memiliki kekurangan,” ungkapnya. Yang ditawarkan kedua pasangan calon jelas sang dekan sesuai dengan konteks sosial.

anya saja hal tersebut susah dinilai. “Apa bukti kebijakan yang pernah dilakukan sebelumnya. Ya itu saja yang bisa kita pegang. Pasangan ini apa yang sudah dilakukan?

Apakah itu sudah sesuai dengan tema kampanye yang dilakukan sekarang,” tegasnya sembari menyebut hajatan kampanye lebih bersifat hanya sekadar untuk mencari perhatian rakyat.

“Nanti kalau sudah menjadi penguasa belum tentu dia begitu,” sambungnya. Apa yang harus dilakukan masyarakat pemilih? Suka Arjawa menjawab singkat. Informasi.

“Track record di masa lalu. Masyarakat harus kerja keras sekarang mencari informasi track record dari kedua calon Gubernur Bali,” tegasnya.

Sering melakukan diskusi atau sering melihat kebijakan kedua paslon, terang Suka Arjawa juga harus dilakukan agar tak salah pilih.

“Juga jangan lupa bahasa tubuh dan wacana yang dilakukan kalau memang ketemu langsung,” pesannya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/