31.6 C
Jakarta
25 November 2024, 16:01 PM WIB

TRAGIS! Tunggak Biaya Pengobatan saat Ngungsi, Nyaris Kehilangan Rumah

SINGARAJA – Pasangan Komang Sriasih, 31, dan Wayan Samiarta, 35, terancam kehilangan rumah mereka.

Warga Banjar Dinas Kori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem itu menyisakan tunggakan utang saat mengungsi di Buleleng.

Rumah mereka pun terancam disita dan dilelang untuk melunasi utang-utangnya. Awalnya, pasangan suami istri ini mengungsi di Desa Munduk, pada 21 September 2017 silam.

Saat itu Sriasih dalam kondisi hamil tua dan bersiap melahirkan anak ketiga dalam hitungan hari. Kemudian pada 6 Oktober 2017, mengalami kontraksi sehingga harus melahirkan di RSUD Buleleng.

Begitu melahirkan, anak ketiganya yang saat itu berjenis kelamin laki-laki didiagnose alami kelainan usus.

Ketika anaknya berusia enam hari, langsung menjalani operasi. Sayangnya ketika berusia sembilan hari, sang bayi menghembuskan nafas terakhirnya.

Masalah tak berhenti di sana. Sriasih diminta membayar biaya perawatan anaknya selama di rumah sakit. Total biaya perawatan mencapai Rp 10.856.085.

“Istri saya sudah ditanggung BPJS, tapi anak saya belum. Saya bingung mau bayar pakai apa, karena saya mengungsi. Tabungan juga sudah habis.

Akhirnya saya kasih panjar Rp 3 juta, sisanya hutang dulu,” kata Samiarta saat ditemui di Gedung DPRD Buleleng, kemarin (24/4).

Belakangan sisa hutang sebesar Rp 7.856.085 terus ditagih pihak rumah sakit. Terakhir tagihan diterima pada 5 Februari lalu, melalui surat RSUD Buleleng nomor 900/1303.3/2018.

Apabila hutang tak dilunasi, penagihan utang akan diserahkan pada Kantor Perbendaharaan Kekayaan Lelang Negara (KPKNL) Singaraja.

Mereka pun bingung, karena rumah terancam disita. Mengadu ke Pemkab Karangasem pun tak mendapat kejelasan.

Sore kemarin pasangan suami istri itu mendatangi DPRD Buleleng untuk mengadukan nasib mereka. Keduanya didampingi Ketua DPRD Karangasem Nengah Sumardi.

Mereka diterima langsung Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna. Setelah melalui beberapa proses pembicaraan, akhirnya Nengah Sumardi memutuskan melunasi utang tersebut.

“Kaena ini sifatnya urgent, sudah tiga kali penagihan. Kalau tidak ditangani kan bisa dilelang asetnya. Nanti mereka kehilangan rumahnya. Makanya kami tanggulangi dulu,” kata Sumardi.

Sumardi juga tak menampik ada potensi pengungsi-pengungsi lain yang mengalami masalah serupa.

“Selama ini yang muncul baru ini saja. Mudah-mudahan tidak ada yang lain. Kami akan komunikasikan dengan pemerintah Karangasem,” tukas Sumardi.

Sementara itu Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, Pemkab Buleleng sudah berupaya seoptimal mungkin membantu pengungsi.

Ia pun tak menampik ada beberapa pengungsi yang sisakan utang pada pemerintah. “Rumah sakit sudah berupaya memberikan keringanan agar menunda pembayaran.

Tapi pihak RSUD juga punya prosedur penagihan yang harus dijalankan. Tapi intinya ini sudah klir,” kata Supriatna. 

SINGARAJA – Pasangan Komang Sriasih, 31, dan Wayan Samiarta, 35, terancam kehilangan rumah mereka.

Warga Banjar Dinas Kori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem itu menyisakan tunggakan utang saat mengungsi di Buleleng.

Rumah mereka pun terancam disita dan dilelang untuk melunasi utang-utangnya. Awalnya, pasangan suami istri ini mengungsi di Desa Munduk, pada 21 September 2017 silam.

Saat itu Sriasih dalam kondisi hamil tua dan bersiap melahirkan anak ketiga dalam hitungan hari. Kemudian pada 6 Oktober 2017, mengalami kontraksi sehingga harus melahirkan di RSUD Buleleng.

Begitu melahirkan, anak ketiganya yang saat itu berjenis kelamin laki-laki didiagnose alami kelainan usus.

Ketika anaknya berusia enam hari, langsung menjalani operasi. Sayangnya ketika berusia sembilan hari, sang bayi menghembuskan nafas terakhirnya.

Masalah tak berhenti di sana. Sriasih diminta membayar biaya perawatan anaknya selama di rumah sakit. Total biaya perawatan mencapai Rp 10.856.085.

“Istri saya sudah ditanggung BPJS, tapi anak saya belum. Saya bingung mau bayar pakai apa, karena saya mengungsi. Tabungan juga sudah habis.

Akhirnya saya kasih panjar Rp 3 juta, sisanya hutang dulu,” kata Samiarta saat ditemui di Gedung DPRD Buleleng, kemarin (24/4).

Belakangan sisa hutang sebesar Rp 7.856.085 terus ditagih pihak rumah sakit. Terakhir tagihan diterima pada 5 Februari lalu, melalui surat RSUD Buleleng nomor 900/1303.3/2018.

Apabila hutang tak dilunasi, penagihan utang akan diserahkan pada Kantor Perbendaharaan Kekayaan Lelang Negara (KPKNL) Singaraja.

Mereka pun bingung, karena rumah terancam disita. Mengadu ke Pemkab Karangasem pun tak mendapat kejelasan.

Sore kemarin pasangan suami istri itu mendatangi DPRD Buleleng untuk mengadukan nasib mereka. Keduanya didampingi Ketua DPRD Karangasem Nengah Sumardi.

Mereka diterima langsung Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna. Setelah melalui beberapa proses pembicaraan, akhirnya Nengah Sumardi memutuskan melunasi utang tersebut.

“Kaena ini sifatnya urgent, sudah tiga kali penagihan. Kalau tidak ditangani kan bisa dilelang asetnya. Nanti mereka kehilangan rumahnya. Makanya kami tanggulangi dulu,” kata Sumardi.

Sumardi juga tak menampik ada potensi pengungsi-pengungsi lain yang mengalami masalah serupa.

“Selama ini yang muncul baru ini saja. Mudah-mudahan tidak ada yang lain. Kami akan komunikasikan dengan pemerintah Karangasem,” tukas Sumardi.

Sementara itu Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, Pemkab Buleleng sudah berupaya seoptimal mungkin membantu pengungsi.

Ia pun tak menampik ada beberapa pengungsi yang sisakan utang pada pemerintah. “Rumah sakit sudah berupaya memberikan keringanan agar menunda pembayaran.

Tapi pihak RSUD juga punya prosedur penagihan yang harus dijalankan. Tapi intinya ini sudah klir,” kata Supriatna. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/