SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Buleleng menyebut kualitas lingkungan di sekitar PLTU Celukan Bawang dalam kondisi aman.
Sejauh ini pemerintah mengklaim belum menemukan adanya indikasi pencemaran lingkungan di wilayah tersebut.
Tim dari DLHK Buleleng sempat melakukan inspeksi ke PLTU Celukan Bawang. Tim melakukan pengecekan pengolahan limbah padat serta limbah cair di kawasan pembangkit listrik.
Plt. Kepala Dinas DLHK Buleleng I Made Gelgel mengatakan, pihaknya sempat mengambil sampel air pada lokasi bongkar muat batu bara.
Termasuk mengecek manajemen limbah di dalam kawasan. Baik itu limbah padat maupun limbah cair. Khusus untuk air, kata Gelgel, tim DLHK sempat mengambil sampel air di beberapa tempat.
Salah satunya di dekat dermaga bongkar muat batu bara. Lokasi ini disebut yang paling sering tercemar.
“Kami sudah ambil sampel airnya, secara umum masih di bawah baku mutu. Artinya dari kaca mata kesehatan masih cukup aman untuk lingkungan.
Ada alat spesifik yang kami bawa ke sana, kami ambil sampelnya, dan hasilnya masih aman untuk lingkungan,” kata Gelgel.
Selain itu DLHK Buleleng juga terus memeriksa dokumen yang disampaikan PT. General Energy Bali (GEB).
Dalam dokumen itu perusahaan wajib menyampaikan pemantauan kualitas air, udara, dan air tanah secara rutin tiap enam bulan.
Sementara untuk kondisi udara juga disebut masih aman. Terlebih di dalam areal telah dilengkapi sejumlah alat yang digunakan menangkap partikel, residu pembakaran batu bara.
“Kami cek berdasarkan variabel yang ada. Di dalam kawasan juga ada pepohonan, di sekitar kawasan juga belum kami lihat ada pengaruh signifikan. Sejauh ini kami anggap masih aman bagi lingkungan,” tandas Gelgel.
Asal tahu saja, rencana pembangunan PLTU Celukan Bawang tahap dua, diprotes Paguyuban Masyarakat Peduli Lingkungan (PMPL) Buleleng.
Paguyuban menyatakan penolakan karena pembangkit menggunakan bahan bakar batu bara. Hal itu dikhawatirkan berdampak pada kondisi lingkungan sekitar. Baik bagi nelayan maupun petani kelapa.