28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 19:41 PM WIB

Ada Peserta Kelainan Fisik, Ada Tukang Bangunan Ingin Jadi Arsitek

Ujian Nasional Berbasir Komputer (UNBK) Paket C di Gianyar diikuti oleh 258 peserta dari 5 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Ujian yang mulai berlangsung Jumat (27/4) hingga Senin mendatang (30/4) diikuti oleh peserta termuda berusia 18 tahun dan tertua 48 tahun dengan latar belakang beragam. Bagaimana motivasi mereka?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PESERTA UNBK dengan seragam putih-hitam dari lima Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kabupaten Gianyar memenuhi SMPN 1 Gianyar.

Sebanyak 258 peserta UNBK Paket C tersebut harus mengikuti ujian mulai Jumat (27/4) hingga Senin (30/4). Jumlah komputer yang terbatas, membuat peserta harus antre dan dibagi menjadi tiga kali shift ujian.

Peserta yang ingin memperoleh ijazah setara SMA itu terdiri dari berbagai usia dan karakter. Ada tiga peserta yang mengalami kelainan fisik, tetap semangat mengikuti ujian.

Salah satu peserta yang mengalami lumpuh pada kaki, Sang Ayu Made Sriani, 35, menempuh paket C untuk menambah wawasannya.

“Kondisi saya begini sulit ikut pendidikan formal, makanya saya ambil paket C. Saya mau menambah wawasan,” ujar perempuan berkursi roda yang tinggal di Yayasan Bakti Senang Hati itu, kemarin.

Peserta lainnya, yang merupakan peserta termuda berusia 18 tahun, Yuni Setia Prayanti, mengaku mengikuti paket C karena dulu saat sekolah di SMKN 1 Gianyar mengalami kendala.

“Dulu berhenti karena hamil, makanya melanjutkan di paket C,” ujar Yuni yang menempuh paket C di PKBM Widya Asmara Kecamatan Gianyar itu.

Yuni ingin memperoleh ijazah setara SMA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Saya mau kuliah. Makanya harus punya ijazah dulu,” terangnya.

Sementara itu, peserta lainnya, yang merupakan peserta tertua, I Ketut Suena, merupakan tukang bangunan. Pria 48 tahun itu ingin menempuh pendidikan setinggi langit.

“Dulu karena tidak ada biaya, makanya sekarang melanjutkan,” ujar bapak dua anak yang tamatan SMP itu.

Melalui paket C ini, Suena yang kesehariannya sebagai tukang atau buruh proyek itu punya cita-cita bergengsi.

“Setelah dapat ijazah, saya mau kuliah di (Fakultas) Teknik. Saya sudah tanya-tanya maunya kuliah di Warmadewa Denpasar,” ujar pria asal Desa Petulu, Kecamatan Ubud tersebut.

Sejak tamat SMP, Suena merupakan buruh proyek. Berkat kerja keras dan semangatnya, “pangkat” Suena kini naik menjadi pemborong proyek.

“Saya memborong bangunan mulai dari dasar sampai finishing. Semasih saya mampu, makanya saya ingin menjadi arsitek,” terang suami Ni Made Watiningsih itu.

Diakui Suena, untuk mengenyam pendidikan, tidak ada kata terlambat. “Sebetulnya dari lima tahun lalu saya mau sekolah.

Tapi karena sibuk urus anak, makanya sekarang ada waktu untuk sekolah,” jelas bapak yang punya anak SMP itu.

Yang menarik, Suena ini sama-sama mengikuti ujian dengan anaknya yang kini duduk di kelas III SMP PGRI Ubud.

“Anak saya kelas III ujian juga. Jadi saya dengan anak saya sama-sama ujian nasional tahun ini. Cuma anak SMP dan saya Paket C. Kalau saya sangat optimistis menjawab pertanyaan karena sudah belajar,” ujar Suena sambil tersenyum.

Sementara itu, Pengelola PKBM Melati Kecamatan Payangan, Drs . Nyoman Resep, menyatakan ada lima PKBM yang mengikuti UNBK Paket C bersamaan dengan mengambil lokasi di SMPN 1 Gianyar.

Di antaranya, PKBM Melati Kecamatan Payangan, PKBM Gesing Lestari Kecamatan Tegalalalng, PKBM Merta Santi Kecamatan tegalalang, PKBM Cempaka Kecamatan Ubud, dan PKBM Widya Asmara Kecamatan Gianyar.

Nyoman Resep mengaku, peminat Paket C ini setiap tahun selalu mengalami penurunan. “Masyarakat sudah dilayani di pendidikan formal.

Tapi mengacu ke sistem pendidikan nasional, maka pendidikan ini (Paket, red) jadi pendidikan pengganti,” terang Resep.

Peserta yang ikut di satan pendidikan non formal ini, kata Resep, karena ada beberapa permasalahan.

“Bukan karena ekonomi, ada faktor pernikahan, lingkungan sehingga di sini tempatnya,” jelasnya.

Mengenai kegiatan belajar dan mengajar, berlangsung sesuai jenjang saat peserta putusan sekolah.

“Kalau dia tamatan SMP, maka mulai belajar tiga tahun di sini. Kalau DO (Drop Out, red) kelas II SMA, maka hanya tinggal melanjutkan 1 tahun di PKBM ini,” jelasnya.

Mengenai kemampuan menyerap mata pelajaran, Resep mengaku para peserta masih mampu. “Ada beberapa kali pertemuan, tidak saja tatap muka, tapi ada modul.

Sekarang ini peserta kebanyakan sudah kerja, walau ada tukang kebun di hotel tapi mereka tetap diminta ijazah untuk jenjang karirnya,” tukasnya.

Ujian Nasional Berbasir Komputer (UNBK) Paket C di Gianyar diikuti oleh 258 peserta dari 5 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Ujian yang mulai berlangsung Jumat (27/4) hingga Senin mendatang (30/4) diikuti oleh peserta termuda berusia 18 tahun dan tertua 48 tahun dengan latar belakang beragam. Bagaimana motivasi mereka?

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

PESERTA UNBK dengan seragam putih-hitam dari lima Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kabupaten Gianyar memenuhi SMPN 1 Gianyar.

Sebanyak 258 peserta UNBK Paket C tersebut harus mengikuti ujian mulai Jumat (27/4) hingga Senin (30/4). Jumlah komputer yang terbatas, membuat peserta harus antre dan dibagi menjadi tiga kali shift ujian.

Peserta yang ingin memperoleh ijazah setara SMA itu terdiri dari berbagai usia dan karakter. Ada tiga peserta yang mengalami kelainan fisik, tetap semangat mengikuti ujian.

Salah satu peserta yang mengalami lumpuh pada kaki, Sang Ayu Made Sriani, 35, menempuh paket C untuk menambah wawasannya.

“Kondisi saya begini sulit ikut pendidikan formal, makanya saya ambil paket C. Saya mau menambah wawasan,” ujar perempuan berkursi roda yang tinggal di Yayasan Bakti Senang Hati itu, kemarin.

Peserta lainnya, yang merupakan peserta termuda berusia 18 tahun, Yuni Setia Prayanti, mengaku mengikuti paket C karena dulu saat sekolah di SMKN 1 Gianyar mengalami kendala.

“Dulu berhenti karena hamil, makanya melanjutkan di paket C,” ujar Yuni yang menempuh paket C di PKBM Widya Asmara Kecamatan Gianyar itu.

Yuni ingin memperoleh ijazah setara SMA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. “Saya mau kuliah. Makanya harus punya ijazah dulu,” terangnya.

Sementara itu, peserta lainnya, yang merupakan peserta tertua, I Ketut Suena, merupakan tukang bangunan. Pria 48 tahun itu ingin menempuh pendidikan setinggi langit.

“Dulu karena tidak ada biaya, makanya sekarang melanjutkan,” ujar bapak dua anak yang tamatan SMP itu.

Melalui paket C ini, Suena yang kesehariannya sebagai tukang atau buruh proyek itu punya cita-cita bergengsi.

“Setelah dapat ijazah, saya mau kuliah di (Fakultas) Teknik. Saya sudah tanya-tanya maunya kuliah di Warmadewa Denpasar,” ujar pria asal Desa Petulu, Kecamatan Ubud tersebut.

Sejak tamat SMP, Suena merupakan buruh proyek. Berkat kerja keras dan semangatnya, “pangkat” Suena kini naik menjadi pemborong proyek.

“Saya memborong bangunan mulai dari dasar sampai finishing. Semasih saya mampu, makanya saya ingin menjadi arsitek,” terang suami Ni Made Watiningsih itu.

Diakui Suena, untuk mengenyam pendidikan, tidak ada kata terlambat. “Sebetulnya dari lima tahun lalu saya mau sekolah.

Tapi karena sibuk urus anak, makanya sekarang ada waktu untuk sekolah,” jelas bapak yang punya anak SMP itu.

Yang menarik, Suena ini sama-sama mengikuti ujian dengan anaknya yang kini duduk di kelas III SMP PGRI Ubud.

“Anak saya kelas III ujian juga. Jadi saya dengan anak saya sama-sama ujian nasional tahun ini. Cuma anak SMP dan saya Paket C. Kalau saya sangat optimistis menjawab pertanyaan karena sudah belajar,” ujar Suena sambil tersenyum.

Sementara itu, Pengelola PKBM Melati Kecamatan Payangan, Drs . Nyoman Resep, menyatakan ada lima PKBM yang mengikuti UNBK Paket C bersamaan dengan mengambil lokasi di SMPN 1 Gianyar.

Di antaranya, PKBM Melati Kecamatan Payangan, PKBM Gesing Lestari Kecamatan Tegalalalng, PKBM Merta Santi Kecamatan tegalalang, PKBM Cempaka Kecamatan Ubud, dan PKBM Widya Asmara Kecamatan Gianyar.

Nyoman Resep mengaku, peminat Paket C ini setiap tahun selalu mengalami penurunan. “Masyarakat sudah dilayani di pendidikan formal.

Tapi mengacu ke sistem pendidikan nasional, maka pendidikan ini (Paket, red) jadi pendidikan pengganti,” terang Resep.

Peserta yang ikut di satan pendidikan non formal ini, kata Resep, karena ada beberapa permasalahan.

“Bukan karena ekonomi, ada faktor pernikahan, lingkungan sehingga di sini tempatnya,” jelasnya.

Mengenai kegiatan belajar dan mengajar, berlangsung sesuai jenjang saat peserta putusan sekolah.

“Kalau dia tamatan SMP, maka mulai belajar tiga tahun di sini. Kalau DO (Drop Out, red) kelas II SMA, maka hanya tinggal melanjutkan 1 tahun di PKBM ini,” jelasnya.

Mengenai kemampuan menyerap mata pelajaran, Resep mengaku para peserta masih mampu. “Ada beberapa kali pertemuan, tidak saja tatap muka, tapi ada modul.

Sekarang ini peserta kebanyakan sudah kerja, walau ada tukang kebun di hotel tapi mereka tetap diminta ijazah untuk jenjang karirnya,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/