NUSA DUA – Debat publik perdana di Hotel Goodway Nusa Dua, Bali, Sabtu (28/4) malam dengan tema Memajukan dan Menyelesaikan Persoalan Daerah berlangsung datar di menit-menit awal.
Tensi debat berangsur naik saat calon Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyentil soal banjir di Kota Denpasar.
Pertanyaan tersebut dilahap calon Gubernur Bali nomor urut dua dengan menyebut pengurangan titik banjir dari 34 titik menjadi 11 titik selama dirinya menjabat Wali Kota Denpasar.
Di segmen terakhir, saat moderator bertanya tentang janji riil yang ditawarkan, Koster-Ace menjawab siap ngayah secara total dan membangun Bali dengan tulus serta lurus.
Sementara paslon Mantra-Kerta yang diwakili Rai Mantra menegaskan akan konsisten menjalankan program Nawa Candra.
Bersama Sudikerta dirinya menjanjikan transparansi pengelolaan pemerintahan. “Kami sadar tidak bisa bekerja berdua.
Kami memerlukan kerja sama dengan pihak masyarakat dan pihak lainnya. Bila masyarakat memilih kami berdua, kami konsisten menolak reklamasi (Teluk Benoa, red),” janjinya.
Dalam debat kemarin, Koster tampak beberapa kali melewatkan kesempatan memanfaatkan sisa waktu beberapa detik setelah Cok Ace berkomentar.
Kedua paslon juga terkesan tidak paham saat diberikan kesempatan menanggapi komentar lawan. Mereka justru kembali menjelaskan pandangan pribadi, bukan melontarkan kritik.
Pada sesi tanya jawab antar kandidat, Koster tidak mampu menjawab dengan lugas dan cerdas pertanyaan Rai Mantra soal orange economy.
“Bagaimana pandangan saudara kami dari paslon satu tentang orange economy,” tanya Rai Mantra kepada Koster.
Menurut Koster, pembangunan di Bali harus memperhatikan masalah lingkungan dan berkelanjutan.
Karena itu, imbuhnya, pembangunan peronomian di Bali tidak bisa dilakukan secara bebas dengan eksploitasi alam.
Pertanian di Bali bisa dijadikan sektor andalan untuk memperkuat ekonomi Bali sebagai salah satu pilar disamping kebudayaan dan pariwisata.
“Oleh karena itu ke depan harus betul-betul pembangunan ekonomi Bali lebih difokuskan pada perekonomian berbasis pertanian, pariwisata dan budaya,” tegas Koster.
Dalam buku “Denpasar Smart Heritage City, Paradigma Holistik dan Strategi Aplikasinya”, akademisi Unud I Gusti Wayan Murjanayasa
menulis artikel mengenai “Smart Economy Menuju Denpasar Smart Heritage City,” memberikan penjelasan mengenai orange economy yang tidak ada seperti yang disampaikan Koster.
Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa orange economy merupakan ekonomi kreatif. Strategic focus sangat diperlukan dalam pengembangan orange economy yakni harus berani menetapkan fokus pengembangan industri kreatif.
Maka sangat diperlukan kajian mengenai peran ekonomi kreatif dalam perekonomian yang menjadi landasan penting dalam penyusunan roadmap industri kreatif (orange economy).
Disebutkan pula berbagai sektor industri kreatif (orange economy) yang kini telah dikenal dan berpotensi berkembang di masa depan seperti game online, fesyen, kerajinan,
kuliner, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, dan lainnya. Pengembangan industri ini memerlukan dukungan pembiayaan, fasilitas, dan regulasi termasuk pemasaran dan branding.