29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:21 AM WIB

Angkat Tema Super Hero, Pasukan Gerak Jalan Warga’s Paling Dinanti

Gerak jalan 17 KM di Kabupaten Buleleng selalu berlangsung meriah. Pasukan Warga’s yang terdiri dari para transgender, adalah pasukan yang paling dinanti.

Meski sempat menuai pro kontra tahun lalu, mereka tetap berpartisipasi tahun ini.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

JALAN Udayana Singaraja, siang kemarin benar-benar padat. Masyarakat tumpah ruah di garis start lomba Gerak Jalan 17 KM yang ada di depan GOR Bhuana Patra Singaraja.

Lomba ini memang salah satu lomba bergengsi dalam rangkaian HUT Proklamasi RI.Siang itu ada satu pasukan yang benar-benar dinanti.

Mereka adalah pasukan dari Komunitas Waria dan Gay Singaraja (Warga’s). Pasukan gerak jalan yang pesertanya adalah transgender di Kabupaten Buleleng.

Mereka selalu menjadi penggembira dalam lomba gerak jalan. Warga’s pernah absen menjadi peserta pada tahun 2014 lalu.

Absennya Warga’s pada gerak jalan 17 KM justru dikeluhkan warga. Warga Buleleng menganggap Warga’s selalu menjadi pasukan yang paling dinanti, meski hanya sebatas menjadi peserta penggembira.

Buktinya saat di garis start, mereka sempat melakukan tarian dengan gerakan yang sagat luwes. Tak pelak masyarakat yang menyaksikan di garis start, berusaha merangsek ke dekat tribun VIP, berharap bisa menyaksikan dari dekat.

Aparat keamanan bahkan dibuat kewalahan menahan animo masyarakat. Beberapa penonton juga berebut berharap bisa berfoto selfie dengan para transgender yang ikut gerak jalan.

Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra juga terlihat sempat mengambil foto selfie dengan salah satu perwakilan Warga’s.

Tahun ini, Warga’s mengangkat tema superhero. Mereka meniru tokoh Superman yang diproduksi DC Comics. Jika Superman menggunakan celana panjang, mereka menggunakan rok.

“Inspirasinya dari Superman. Tapi kami super woman, wonder woman, pokoknya segala super-super,” ujar Sisca Dharmadee Sena, Koordinator Warga’s yang ditemui di areal GOR Bhuana Patra, siang kemarin.

Tema superhero sengaja dipilih, untuk menunjukkan bahwa mereka tetap eksis berkarya.

Meski tahun lalu sempat menuai pro dan kontra di dunia maya, karena mengenakan pakaian anak SMA saat ikut gerak jalan, mereka tetap tampil.

“Tahun kemarin, itu suntikan jengah buat kami. Kami ingin menunjukkan kalau kami nggak pernah berhenti tampil. Warga’s selalu berkarya, dan berusaha menghibur masyarakat Buleleng,” imbuh transgender yang akrab disapa Mami Sisca itu.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Warga’s akan tetap tampil di sepanjang rute gerak jalan. Meski hanya sebagai penggembira, mereka berusaha tampil penuh sepanjang 17 KM.

Apalagi di sepanjang jalur, banyak yang sudah menanti kehadiran mereka. Penampilan mereka tahun ini juga disebut sebagai salah satu cara menjawab serangan-serangan para haters yang mencomooh penampilan mereka tahun lalu.

Kalau toh tahun ini tetap dikomentari para haters, Sisca meminta anggotanya tak ambil pusing. Ia menganggap seluruh anggotanya sudah kebal dengan serangan-serangan di dunia maya.

“Buat haters yang kemarin apatis dengan Warga’s ini jawabannya. Walau nanti ada serangan, cemoohan, it’s ok no problem. Udah kebal kami,” katanya lagi.

Tahun ini, Warga’s menyertakan 17 orang transgender dalam pasukan, dari total 190 orang anggota Warga’s. Sebagian besar adalah anggota muda.

Sisca adalah peserta tertua dalam pasukan. Posisi komandan pasukan dipercayakan pada Safa Marchella, transgender muda di Warga’s.

Kehadiran Warga’s dalam lomba gerak jalan ini pun disambut meriah oleh masyarakat Buleleng. Meski tampil paling terakhir, masyarakat tetap setia menanti kehadiran mereka.

Putu Mahendra, warga Kelurahan Banyuning mengaku tidak pernah absen menyaksikan penampilan Warga’s dari depan rumahnya di Jalan Gempol.

“Justru mereka yang buat meriah. Kalau mereka nggak ada, rasanya ada yang kurang. Tahun lalu yang ramai-ramai di medsos itu juga kan bukan orang Buleleng. Kalau kami sih happy-happy saja,” katanya.

KONI Buleleng selaku penyelenggara Gerak Jalan 17 KM juga memberikan kesempatan seluas-luasnya pada komponen masyarakat untuk ikut serta dalam lomba ini.

Buktinya gerak jalan 17 KM tahun ini diikuti oleh 44 tim. Meningkat lima tim dari tahun lalu, yang hanya 39 tim.

Lomba gerak jalan tahun ini juga tak hanya diikuti oleh tim dari tingkat SMA/SMK maupun perguruan tinggi.

Beberapa instansi pemerintahan, seperti Badan Keuangan Daerah, RSUD Buleleng, Sekretariat DPRD Buleleng, hingga Polisi Pamong Praja Buleleng juga ikut serta.

Khusus peserta penggembira, bukan hanya diikuti oleh Warga’s, namun juga Komunitas On On, dan Lie Tien Kung.

Ketua Umum KONI Buleleng, Nyoman Artha Widnyana mengatakan, saat melakukan technical meeting, pihak KONI sudah mengingatkan Warga’s agar mereka menghindari pro kontra seperti yang terjadi tahun lalu.

Mereka diminta tak lagi mengenakan seragam sekolah, dan tak melakukan gerakan-gerakan di luar ketentuan.

“Khusus untuk Warga’s, kami sudah ingatkan agar tidak pakai seragam siswa lagi agar tidak jadi pro kontra seperti tahun lalu. Tadi malah Warga’s yang paling banyak diapresiasi. Paling ditunggu malahan. Makanya panitia mengatur mereka berangkat paling terakhir,” demikian Artha Widnyana.

Gerak jalan 17 KM di Kabupaten Buleleng selalu berlangsung meriah. Pasukan Warga’s yang terdiri dari para transgender, adalah pasukan yang paling dinanti.

Meski sempat menuai pro kontra tahun lalu, mereka tetap berpartisipasi tahun ini.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

JALAN Udayana Singaraja, siang kemarin benar-benar padat. Masyarakat tumpah ruah di garis start lomba Gerak Jalan 17 KM yang ada di depan GOR Bhuana Patra Singaraja.

Lomba ini memang salah satu lomba bergengsi dalam rangkaian HUT Proklamasi RI.Siang itu ada satu pasukan yang benar-benar dinanti.

Mereka adalah pasukan dari Komunitas Waria dan Gay Singaraja (Warga’s). Pasukan gerak jalan yang pesertanya adalah transgender di Kabupaten Buleleng.

Mereka selalu menjadi penggembira dalam lomba gerak jalan. Warga’s pernah absen menjadi peserta pada tahun 2014 lalu.

Absennya Warga’s pada gerak jalan 17 KM justru dikeluhkan warga. Warga Buleleng menganggap Warga’s selalu menjadi pasukan yang paling dinanti, meski hanya sebatas menjadi peserta penggembira.

Buktinya saat di garis start, mereka sempat melakukan tarian dengan gerakan yang sagat luwes. Tak pelak masyarakat yang menyaksikan di garis start, berusaha merangsek ke dekat tribun VIP, berharap bisa menyaksikan dari dekat.

Aparat keamanan bahkan dibuat kewalahan menahan animo masyarakat. Beberapa penonton juga berebut berharap bisa berfoto selfie dengan para transgender yang ikut gerak jalan.

Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra juga terlihat sempat mengambil foto selfie dengan salah satu perwakilan Warga’s.

Tahun ini, Warga’s mengangkat tema superhero. Mereka meniru tokoh Superman yang diproduksi DC Comics. Jika Superman menggunakan celana panjang, mereka menggunakan rok.

“Inspirasinya dari Superman. Tapi kami super woman, wonder woman, pokoknya segala super-super,” ujar Sisca Dharmadee Sena, Koordinator Warga’s yang ditemui di areal GOR Bhuana Patra, siang kemarin.

Tema superhero sengaja dipilih, untuk menunjukkan bahwa mereka tetap eksis berkarya.

Meski tahun lalu sempat menuai pro dan kontra di dunia maya, karena mengenakan pakaian anak SMA saat ikut gerak jalan, mereka tetap tampil.

“Tahun kemarin, itu suntikan jengah buat kami. Kami ingin menunjukkan kalau kami nggak pernah berhenti tampil. Warga’s selalu berkarya, dan berusaha menghibur masyarakat Buleleng,” imbuh transgender yang akrab disapa Mami Sisca itu.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Warga’s akan tetap tampil di sepanjang rute gerak jalan. Meski hanya sebagai penggembira, mereka berusaha tampil penuh sepanjang 17 KM.

Apalagi di sepanjang jalur, banyak yang sudah menanti kehadiran mereka. Penampilan mereka tahun ini juga disebut sebagai salah satu cara menjawab serangan-serangan para haters yang mencomooh penampilan mereka tahun lalu.

Kalau toh tahun ini tetap dikomentari para haters, Sisca meminta anggotanya tak ambil pusing. Ia menganggap seluruh anggotanya sudah kebal dengan serangan-serangan di dunia maya.

“Buat haters yang kemarin apatis dengan Warga’s ini jawabannya. Walau nanti ada serangan, cemoohan, it’s ok no problem. Udah kebal kami,” katanya lagi.

Tahun ini, Warga’s menyertakan 17 orang transgender dalam pasukan, dari total 190 orang anggota Warga’s. Sebagian besar adalah anggota muda.

Sisca adalah peserta tertua dalam pasukan. Posisi komandan pasukan dipercayakan pada Safa Marchella, transgender muda di Warga’s.

Kehadiran Warga’s dalam lomba gerak jalan ini pun disambut meriah oleh masyarakat Buleleng. Meski tampil paling terakhir, masyarakat tetap setia menanti kehadiran mereka.

Putu Mahendra, warga Kelurahan Banyuning mengaku tidak pernah absen menyaksikan penampilan Warga’s dari depan rumahnya di Jalan Gempol.

“Justru mereka yang buat meriah. Kalau mereka nggak ada, rasanya ada yang kurang. Tahun lalu yang ramai-ramai di medsos itu juga kan bukan orang Buleleng. Kalau kami sih happy-happy saja,” katanya.

KONI Buleleng selaku penyelenggara Gerak Jalan 17 KM juga memberikan kesempatan seluas-luasnya pada komponen masyarakat untuk ikut serta dalam lomba ini.

Buktinya gerak jalan 17 KM tahun ini diikuti oleh 44 tim. Meningkat lima tim dari tahun lalu, yang hanya 39 tim.

Lomba gerak jalan tahun ini juga tak hanya diikuti oleh tim dari tingkat SMA/SMK maupun perguruan tinggi.

Beberapa instansi pemerintahan, seperti Badan Keuangan Daerah, RSUD Buleleng, Sekretariat DPRD Buleleng, hingga Polisi Pamong Praja Buleleng juga ikut serta.

Khusus peserta penggembira, bukan hanya diikuti oleh Warga’s, namun juga Komunitas On On, dan Lie Tien Kung.

Ketua Umum KONI Buleleng, Nyoman Artha Widnyana mengatakan, saat melakukan technical meeting, pihak KONI sudah mengingatkan Warga’s agar mereka menghindari pro kontra seperti yang terjadi tahun lalu.

Mereka diminta tak lagi mengenakan seragam sekolah, dan tak melakukan gerakan-gerakan di luar ketentuan.

“Khusus untuk Warga’s, kami sudah ingatkan agar tidak pakai seragam siswa lagi agar tidak jadi pro kontra seperti tahun lalu. Tadi malah Warga’s yang paling banyak diapresiasi. Paling ditunggu malahan. Makanya panitia mengatur mereka berangkat paling terakhir,” demikian Artha Widnyana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/