32 C
Jakarta
24 November 2024, 9:11 AM WIB

Dalang Perampokan ATM Mengarah Orang Dalam, Kriminolog Minta Polisi…

DENPASAR – Empat hari berlalu, pelaku perampokan kendaraan yang akan mengisi uang Rp 1,8 miliar di ATM BCA di Jalan Bypass Ngurah Rai, Benoa, Kuta Selatan, belum tertangkap.

Namun, kriminolog Gde Made Suwardana menyatakan tidak sulit untuk mengungkap siapa dalang di balik perampokan tengah malam itu.

Sebab, bila dilihat dari kronologi olah tempat kejadian perkara (TKP) semestinya polisi sudah mendapat gambaran dan petunjuk siapa saja yang terlibat.

Dari petunjuk yang ada pelaku mengarah kuat adanya keterlibatan orang dalam PT Andalan sebagai pemasok uang ATM.

“Secara logika perampokan ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada rekayasa dan keterlibatan orang dalam,” tegas Suwardana kepada Jawa Pos Radar Bali.

Pria asal Singaraja itu membeberkan alasan mencurigai keterlibatan orang dalam. Petunjuk itu bisa dilihat dari ketidakwajaran mengirim uang tengah malam yang dipimpin salah satu staf bernama Komang Antony, 21.

Menurut Suwardana, dari awal perjalanan pengiriman uang menuju ATM sudah penuh kejanggalan. Apapun alasannya mengisi ATM di atas pukul 22.00 tidak boleh dilakukan karena sangat rawan.

“Lagian, kalau uang di ATM habis kan orang pasti pindah mencari ATM lain. Tidak mungkin ATM kosong ditunggui,” ucapnya.

Petunjuk berikutnya yang mengindikasikan keterlibatan orang dalam yakni tidak melibatkan kepolisian dalam pengamanan.

Apalagi pengisian uang dilakukan pada malam hari. Pengisian pada siang hari saja mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.

Pengiriman uang oleh PT Andalan hanya melibatkan seorang satpam bernama Mikael Bagu Koro, 24 dan seorang sopir bernama I Gede Mardika, 50.

“Setahu saya, mengisi uang di ATM itu selalu melibatkan polisi bersenjata. Kalau dirampok biar bisa menembak.

Lha, ini bawa uang sebesar itu (Rp 1,8 miliar) yang mengawal satpam senjatanya pentungan. Ini jelas tidak masuk akal,” paparnya mencurigai.

“Selain ada unsur terencana, saya melihat kasus ini terjadi karena gegabah,” tukasnya.

Dosen hukum pidana Universitas Udayana (Unud) itu meminta kepolisian memeriksa intensif ketiga orang (sopir, satpam, staf) yang turut dalam pengiriman uang.

Terutama staf bernama Komang Antony. Pemuda 21 tahun itu patut dicurigai karena sikapnya yang ganjil.

Mulai dari posisi duduk di dalam mobil, tiba-tiba kencing begitu mobil sampai di ATM, serta lari begitu melihat sopir dan satpam dilumpuhkan perampok. Bahkan, Antony juga tidak dikejar oleh pelaku saat melarikan diri.

 “Hand Phone (HP) milik Antony dan dua orang lainnya harus dicek. Beberapa jam sebelum mengirim uang dan saat perjalanan membawa uang dia komunikasi dengan siapa saja. HP bisa menjadi petunjuk pengembangan,” tuturnya.

Suwardana meyakini pelaku akan segera tertangkap. Dia meminta polisi melakukan pengembangan dengan mengecek kamera pengintai atau CCTV

yang ada di PT Andalan hingga sepanjang jalan menuju ATM. “Perampokan ini tidak akan berjalan mulus tanpa keterlibatan orang dalam,” pungkasnya. 

DENPASAR – Empat hari berlalu, pelaku perampokan kendaraan yang akan mengisi uang Rp 1,8 miliar di ATM BCA di Jalan Bypass Ngurah Rai, Benoa, Kuta Selatan, belum tertangkap.

Namun, kriminolog Gde Made Suwardana menyatakan tidak sulit untuk mengungkap siapa dalang di balik perampokan tengah malam itu.

Sebab, bila dilihat dari kronologi olah tempat kejadian perkara (TKP) semestinya polisi sudah mendapat gambaran dan petunjuk siapa saja yang terlibat.

Dari petunjuk yang ada pelaku mengarah kuat adanya keterlibatan orang dalam PT Andalan sebagai pemasok uang ATM.

“Secara logika perampokan ini tidak mungkin terjadi kalau tidak ada rekayasa dan keterlibatan orang dalam,” tegas Suwardana kepada Jawa Pos Radar Bali.

Pria asal Singaraja itu membeberkan alasan mencurigai keterlibatan orang dalam. Petunjuk itu bisa dilihat dari ketidakwajaran mengirim uang tengah malam yang dipimpin salah satu staf bernama Komang Antony, 21.

Menurut Suwardana, dari awal perjalanan pengiriman uang menuju ATM sudah penuh kejanggalan. Apapun alasannya mengisi ATM di atas pukul 22.00 tidak boleh dilakukan karena sangat rawan.

“Lagian, kalau uang di ATM habis kan orang pasti pindah mencari ATM lain. Tidak mungkin ATM kosong ditunggui,” ucapnya.

Petunjuk berikutnya yang mengindikasikan keterlibatan orang dalam yakni tidak melibatkan kepolisian dalam pengamanan.

Apalagi pengisian uang dilakukan pada malam hari. Pengisian pada siang hari saja mendapat pengawalan ketat dari kepolisian.

Pengiriman uang oleh PT Andalan hanya melibatkan seorang satpam bernama Mikael Bagu Koro, 24 dan seorang sopir bernama I Gede Mardika, 50.

“Setahu saya, mengisi uang di ATM itu selalu melibatkan polisi bersenjata. Kalau dirampok biar bisa menembak.

Lha, ini bawa uang sebesar itu (Rp 1,8 miliar) yang mengawal satpam senjatanya pentungan. Ini jelas tidak masuk akal,” paparnya mencurigai.

“Selain ada unsur terencana, saya melihat kasus ini terjadi karena gegabah,” tukasnya.

Dosen hukum pidana Universitas Udayana (Unud) itu meminta kepolisian memeriksa intensif ketiga orang (sopir, satpam, staf) yang turut dalam pengiriman uang.

Terutama staf bernama Komang Antony. Pemuda 21 tahun itu patut dicurigai karena sikapnya yang ganjil.

Mulai dari posisi duduk di dalam mobil, tiba-tiba kencing begitu mobil sampai di ATM, serta lari begitu melihat sopir dan satpam dilumpuhkan perampok. Bahkan, Antony juga tidak dikejar oleh pelaku saat melarikan diri.

 “Hand Phone (HP) milik Antony dan dua orang lainnya harus dicek. Beberapa jam sebelum mengirim uang dan saat perjalanan membawa uang dia komunikasi dengan siapa saja. HP bisa menjadi petunjuk pengembangan,” tuturnya.

Suwardana meyakini pelaku akan segera tertangkap. Dia meminta polisi melakukan pengembangan dengan mengecek kamera pengintai atau CCTV

yang ada di PT Andalan hingga sepanjang jalan menuju ATM. “Perampokan ini tidak akan berjalan mulus tanpa keterlibatan orang dalam,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/