SINGARAJA – Penanganan masalah lingkungan di Danau Buyan, membutuhkan biaya yang terbilang fantastis.
Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida menyebut perlu dana hingga Rp 150 miliar untuk melakukan pemulihan kawasan hingga penataan, sehingga danau benar-benar mampu menarik wisatawan.
Permasalahan di Danau Buyan terbilang kompleks. Selain mengalami pendangkalan, danau juga ditutupi dengan tanaman eceng gondok. Eceng gondok menutupi areal danau seluas 65 hektare.
Belum lagi masalah serangan pupuk kimia dari lahan pertanian, yang turut menyuburkan populasi eceng gondok.
Kepala BWS Bali-Penida Ketut Jayada mengatakan, pihaknya sudah menyusun rencana aksi pemulihan kawasan Danau Buyan.
Selain melakukan pengerukan sedimentasi dan penanggulangan gulma, balai juga akan membuat kantong lumpur.
Nantinya kantong lumpur berfungsi sebagai kolam pengendapan. Air limpahan menuju danau, akan tertampung di kolam tersebut.
Selanjutnya lumpur akan mengendap, sedangkan air akan dibuang ke danau. Hal itu diyakini mampu mencegah pendangkalan di danau.
“Jadi danau bisa lebih sehat. Cukup melakukan pengerukan rutin di kantong lumpur, tidak di danau lagi,” kata Jayada.
Selain itu balai juga merancang pembangunan tanggul di sekitar danau. Nantinya tanggul akan dilengkapi jogging track yang membentang dari wilayah Dasong hingga Pura Ulun Danu Buyan.
Tanggul juga bisa mencegah luapan air danau menuju pemukiman penduduk. Lantaran butuh biaya besar, Jayada berharap Pemkab Buleleng bisa mendukung rencana aksi tersebut.
“Kami mohon Pemkab bisa back up kami lewat jalur aspirasi daerah ke pemerintah pusat. Karena ini butuh dana cukup besar, sekitar Rp 150 miliar,” tegasnya.
Kini BWS Bali-Penida hanya bisa melakukan penanganan rutin di areal Danau Buyan. Sejauh ini penanganan yang dilakukan adalah penanggulangan gulma.
Dari lahan seluas 65 hektare, kini hanya tersisa 25 hektare lagi. Balai juga tengah menanti bantuan alat berat penghisap lumpur dari Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga pendangkalan danau dapat segera ditanggulangi.