33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:28 PM WIB

Enam Bulan Karyawan Tak Gajian, Ini Kata Manajemen Mimpi Resort Kubu..

AMLAPURA – Efek erupsi Gunung Agung, rupanya, masih dirasakan hingga sekarang. Secara umum, pariwisata Bali memang kembali pulih, dan normal.

Tapi, tidak dengan industri pariwisata Karangasem. Sejumlah fasilitas akomodasi pariwisata di Karangasem terutama di kawasan Abang, dan Kubu, belum pulih 100 persen.

Masih sedikit wisatawan asing yang berlibur di sana. Dampaknya, sejumlah akomodasi wisata tidak mampu menggaji karyawannya.

Seperti yang dialami karyawan Mimpi Resort, Tulamben, Karangasem, belakangan ini. Mereka sudah tidak gajian sejak enam bulan lalu.

“Saya berat sekali menjalani hidup ini. Untuk beli beras saja susah. Enam bulan sudah tidak gajian,” ujar Nengah Sujana, salah seorang karyawan Mimpi Resort yang juga Ketua Serikat Pekerja Mimpi Resort, Tulamben.

Manajer Mimpi Resor Nengah Sukarya membantah telah menelantarkan karyawannya. Dia juga menolak disebut merumahkan pekerja.

Alasannya perusahaan tutup karena mengikuti saran pemerintah, yakni Gunung Agung mengalami aktivitas vulkanik tinggi.

Selain itu radius 12 kilometer harus mengungsi. Untuk keselamatan wisatawan dan juga pegawai ditutup, resort sementara tutup.

“Ini semata- mata untuk keselamatan karyawan dan juga wisatawan,” ujarnya. Bahkan soal tidak menerima gaji karena sudah ada kesepakatan antara karyawan dengan manajemen.

“Tidak ada yang menelantarkan. Ini sudah kesepakatan kami dengan karyawan,” ujarnya. Bahkan Sukarya mengatakan kalau sudah ada MoU terkait kesepakatan tersebut secara tertulis.

Yakni pihak manajemen melakukan penutupan ini karena kondisi force majeure (kondisi di luar kemampuan untuk mengatasi).

Untuk itu manajemen juga telah memberi izin karyawan untuk mencari kerja selama hotel tutup atau selama kondisi force majeure.

Selain itu ada juga lima karyawan yang telah mengundurkan diri dan mereka juga telah diberi hak- haknya seperti pesangon sesuai ketentuan.

Terkait kapan hotel buka kembali, Sukarya mengatakan itu kewenangan owner. Pihaknya sendiri juga tidak tahu pasti.

Kepala HRD Mimpi Resort, Tulemben, Ketut Artana, mengatakan bahwa pihak hotel masih belum berani buka.  Pihak manajemen masih trauma dengan kondisi saat mengungsi dan hotel diminta tutup.  

Terlebih saat ini Gunung Agung juga masih terus dalam kondisi aktif dan beberapa kali masih erupsi. “Takut juga kalau kami buka. Takutnya pas terjadi erupsi kalau ada apa- apa sama karyawan dan juga wisatawan,” ujarnya.

Selain itu Artana juga mengatakan bahwa kondisi perusahaan sekarang ini juga tengah mengalami masalah keuangan. Terlebih lagi ada lima orang karyawan yang sudah mengundurkan diri.

Sehingga pihak manajemen harus membayar pesangon, dan ini membuat kondisi perusahaan semakin limbung. Padahal, sempat ada rencana akan buka. Namun, kenyataannya tidak siap.

Sementara perusahaan masih terus membayar BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.  Untuk BPJS Kesehatan, menurutnya manajemen harus membayar Rp 7 juta per bulan.

Ini belum untuk BPJS Ketenagakerjaan.  Bagaimana dengan gaji pokok? Gaji pokok menurutnya memang tidak bisa dibayarkan karena perusahaan masih terbelit masalah keuangan.

Sebab selama tutup tidak ada pemasukan sama sekali sehingga membuat keuangan perusahaan bermasalah.

Pihak manajemen mengaku kasihan sama karyawan di Mimpi Resort, Tulamben. ”Tapi, karena kondisi seperti ini, makanya tidak bisa berbuat apa,” sergahnya.

Dituturkan Artana, pemilik  Mimpi Resort, sampai sakit karena kondisi ini. Dia sempat dua kali berobat ke Singapura karena sakit. “Bisa saja stres dengan kondisi perusahaan yang seperti ini,” ujarnya.

Pihak SP Par SPSI Karangasem melalui ketuanya Ketut Tunggal mengatakan bahwa masalah ini jadi perhatian pihak DPC SP Par SPSI Karangasem.

Saat ini diakui sedang masuk  tahap mediasi. Namun belum tuntas. Belum ada hasil. 

AMLAPURA – Efek erupsi Gunung Agung, rupanya, masih dirasakan hingga sekarang. Secara umum, pariwisata Bali memang kembali pulih, dan normal.

Tapi, tidak dengan industri pariwisata Karangasem. Sejumlah fasilitas akomodasi pariwisata di Karangasem terutama di kawasan Abang, dan Kubu, belum pulih 100 persen.

Masih sedikit wisatawan asing yang berlibur di sana. Dampaknya, sejumlah akomodasi wisata tidak mampu menggaji karyawannya.

Seperti yang dialami karyawan Mimpi Resort, Tulamben, Karangasem, belakangan ini. Mereka sudah tidak gajian sejak enam bulan lalu.

“Saya berat sekali menjalani hidup ini. Untuk beli beras saja susah. Enam bulan sudah tidak gajian,” ujar Nengah Sujana, salah seorang karyawan Mimpi Resort yang juga Ketua Serikat Pekerja Mimpi Resort, Tulamben.

Manajer Mimpi Resor Nengah Sukarya membantah telah menelantarkan karyawannya. Dia juga menolak disebut merumahkan pekerja.

Alasannya perusahaan tutup karena mengikuti saran pemerintah, yakni Gunung Agung mengalami aktivitas vulkanik tinggi.

Selain itu radius 12 kilometer harus mengungsi. Untuk keselamatan wisatawan dan juga pegawai ditutup, resort sementara tutup.

“Ini semata- mata untuk keselamatan karyawan dan juga wisatawan,” ujarnya. Bahkan soal tidak menerima gaji karena sudah ada kesepakatan antara karyawan dengan manajemen.

“Tidak ada yang menelantarkan. Ini sudah kesepakatan kami dengan karyawan,” ujarnya. Bahkan Sukarya mengatakan kalau sudah ada MoU terkait kesepakatan tersebut secara tertulis.

Yakni pihak manajemen melakukan penutupan ini karena kondisi force majeure (kondisi di luar kemampuan untuk mengatasi).

Untuk itu manajemen juga telah memberi izin karyawan untuk mencari kerja selama hotel tutup atau selama kondisi force majeure.

Selain itu ada juga lima karyawan yang telah mengundurkan diri dan mereka juga telah diberi hak- haknya seperti pesangon sesuai ketentuan.

Terkait kapan hotel buka kembali, Sukarya mengatakan itu kewenangan owner. Pihaknya sendiri juga tidak tahu pasti.

Kepala HRD Mimpi Resort, Tulemben, Ketut Artana, mengatakan bahwa pihak hotel masih belum berani buka.  Pihak manajemen masih trauma dengan kondisi saat mengungsi dan hotel diminta tutup.  

Terlebih saat ini Gunung Agung juga masih terus dalam kondisi aktif dan beberapa kali masih erupsi. “Takut juga kalau kami buka. Takutnya pas terjadi erupsi kalau ada apa- apa sama karyawan dan juga wisatawan,” ujarnya.

Selain itu Artana juga mengatakan bahwa kondisi perusahaan sekarang ini juga tengah mengalami masalah keuangan. Terlebih lagi ada lima orang karyawan yang sudah mengundurkan diri.

Sehingga pihak manajemen harus membayar pesangon, dan ini membuat kondisi perusahaan semakin limbung. Padahal, sempat ada rencana akan buka. Namun, kenyataannya tidak siap.

Sementara perusahaan masih terus membayar BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.  Untuk BPJS Kesehatan, menurutnya manajemen harus membayar Rp 7 juta per bulan.

Ini belum untuk BPJS Ketenagakerjaan.  Bagaimana dengan gaji pokok? Gaji pokok menurutnya memang tidak bisa dibayarkan karena perusahaan masih terbelit masalah keuangan.

Sebab selama tutup tidak ada pemasukan sama sekali sehingga membuat keuangan perusahaan bermasalah.

Pihak manajemen mengaku kasihan sama karyawan di Mimpi Resort, Tulamben. ”Tapi, karena kondisi seperti ini, makanya tidak bisa berbuat apa,” sergahnya.

Dituturkan Artana, pemilik  Mimpi Resort, sampai sakit karena kondisi ini. Dia sempat dua kali berobat ke Singapura karena sakit. “Bisa saja stres dengan kondisi perusahaan yang seperti ini,” ujarnya.

Pihak SP Par SPSI Karangasem melalui ketuanya Ketut Tunggal mengatakan bahwa masalah ini jadi perhatian pihak DPC SP Par SPSI Karangasem.

Saat ini diakui sedang masuk  tahap mediasi. Namun belum tuntas. Belum ada hasil. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/