SEJAK 2010 lalu, bisnis food truck (FT) mulai merambah Bali. Hanya satu-satunya, itulah Beerbuzz.
Kemudian 2014, kian menggeliat, dengan hadirnya beberapa FT lainnya. Menurut Chief of Bali Food Truck Community Members of Komunitas Foodtruck Indonesia Mike Yudistira, pada awal bisnis FT mulai diminati, jumlah FT terus bertambah.
“Seingat saya waktu itu ada enam FT lagi yang eksis. Salah satunya, WoW Burger yang saya punya. Waktu itu, kami masih berdiri sendiri sendiri, bersaing untuk menjadi yang terbaik di tiap even yang kami ikuti,” kisahnya.
Tapi, karena susahnya mendapatkan izin berjualan tetap, beberapa dari enam FT tadi mulai berguguran. Hingga tinggal tiga FT saja yang masih tetap bertahan.
Kata Mike, seiring berjalannya waktu, banyak entrepreneur melirik bisnis FT. Sampai pelakunya bertambah banyak dan bertemu pada sebuah even food truck di Denpasar.
“Dari even tersebut, mulailah tercetus ide untuk membentuk sebuah wadah organisasi atau komunitas. Akhirnya pada tanggal 21 April 2017 lalu, secara resmi terbentuklah Bali Food Truck Community dengan beranggotakan sekitar 16 entreprenursfood truck,” jelasnya.
Sejak saat itu, komunitas FT mulai dikenal pihak penyelenggara even di Bali. Suatu hari, muncul wacana mencari tempat mangkal harian, secara permanen untuk FT.
Karena kalau nunggu ada even, lebih sering di weekend saja. “Namun, wacana ini ternyata tidak bisa diterima merata members kami, hingga saat kami sudah mendapatkan tempat mangkal, malah ada beberapa members yang tidak satu visi dan misi dengan wacana. Dan memutuskan membelah diri dengan visi dan misi yang mereka yakini,” imbuh Mike.
Dari kejadian tersebut, Bali Food Truck Community menyisakan delapan members lama dan dua members yang baru bergabung 2018. Bagi Bali Food Truck Community, “Quality Over Quantity” merupakan salah satu tag line yang selalu dijaga.
Yang membanggakan, paparnya, bendera yang menaungi Bali Food Truck Community, yakni Komunitas Foodtruck Indonesia, April lalu berhasil meraih rekor MURI. Ini berkat even kuliner dengan mobil niaga terbanyak, di Kota Lama, Semarang.
Saat itu, Komunitas Food Truck Indonesia menghadirkan 50 FT dari sembilan kota di Indonesia. Bisnis FT menjadi begitu happening dan dicari pelaku even karena unik, praktis dan menjadi street food zaman now.
Bagi pelaku even, kehadiran FT ini sungguh membantu mereka. Karena, tidak hanya memudahkan mereka dalam menata layout even, tetapi juga membantu menghemat pengeluaran karena tidak lagi perlu menyewa tenda yang harganya tidak murah.
“Jika mengundang FT dalam sebuah even, maka pengundang hanya perlu menyediakan tempat dengan layout 6×6 antara satu FT dengan FT yang lain.
Keunikan bisnis FT ada banyak, misalnya; nilai investasi kurang lebih sama dengan sewa toko untuk cafe. Keunggulan FT, investasinya seumur hidup dan moveable. “Kalau sewa tempat, misalnya, buruknya tidak rame.
Maka, tidak bisa berbuat apa-apa selain oper kontrak atau pasrah. Sementara, kalo FT sepi di satu tempat, bisa move ke tempat lain. Bisa ikut even yang ada karena tidak perlu bongkar kitchen restonya lagi. Karena semua equipment sudah ada di FT,” tutup Mike.