Setelah beberapa jam mesin diaktifkan, co pilot P8A Letnan Branden Roy didampingi dua pilot perempuan, Letnan SG Summer Gonzales dan Letnan SG Maddie Buck langsung menggeser posisi badan pesawat untuk siap-siap take off.
DIDIK DWI PRAPTONO, Denpasar
SESAAT setelah pesawat terbang landas dari lintasan pacu Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, pilot dan kru Poseidon P-8A langsung membawa awak media mengudara menuju Selat Lombok.
Para awak media dan dua perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta duduk di bangku penumpang
yang terletak persis di bangku persis di belakang ruang kabin tengah tempat kru mengoperasikan layar monitor.
Yang menarik, posisi enam bangku warna biru tua lengkap dengan set belt (sabuk pengaman) yang diduduki perwakilan media dan kedutaan Amerika Serikat tidak mengarah ke kokpit.
Tetapi menghadap membelakangi kokpit. Penulis yang penasaran, kemudian menanyakan ke salah satu kru.
Kata salah satu kru, Letnan Ty Lynch posisi kursi sengaja menghadap membelakangi ruang pilot agar saat terjadi insiden pada saat landing atau mendarat, posisi badan penumpang bagian belakang bisa terlindungi.
“Kami lebih konsen saat landing. Jadi ketika ada misi ekstrem dan terjadi insiden, posisi badan masih terlindungi,” terang Letnan Ty Lynch.
Menurut Ty Lynch, peluang insiden lebih banyak saat pesawat landing. “Take off relatif lebih safety,” ujar Ty Lynch.
Yang beda lagi, saat persiapan take off, dibandingkan pesawat komersil suhu ruang kabin lebih terasa panas dengan suara gemuruh mesin yang keras.
“Panas karena semua mesin pesawat aktif. Kami mohon maaf, tetapi nanti suhu akan otomatis dingin ketika pesawat sudah mengudara normal,” jelas Ty Lynch.
Selanjutnya, sekitar 15 menit lepas landas, pilot pesawat berbobot 62.730 kg atau 62,7 ton dengan panjang 39,47 meter, tinggi 12,83 meter,
dan lebar sayap 37,64 meter ini kemudian memberikan tanda bahwa kru dan penumpang di kabin boleh melepas sabuk pengaman.
Setelah melepas set belt, sensasi mengudara bersama burung besi yang mampu melambung ke ruang langit-langit hingga 41.000 kaki atau sekitar 12.496 kaki di atas permukaan laut itu dimulai.
Perwakilan media dan kru dipersilahkan mengambil gambar dari balik jendela kaca bening yang sebelumnya sudah dijelaskan.
Dibawah kendali co Pilot LT Branden Roy dan dua pilot lain, yakni LT SG Summer Gonzales dan LT SG Maddie Buck, Pilot Branden menunjukkan kepiawaian dan keahliannya mengoperasikan Poseidon P-8A selama 2 tahun.
Meski dengan manuver ekstrem, perwakilan media dibuat takjub dengan melihat pemandangan dari dalam kabin pesawat. Mulai kawah Gunung Agung hingga puncak Gunung Rinjani.
Puncaknya, adrenalin para awak media naik turun setelah pesawat melakukan aksi untuk pemotretan 55 kapal perang di Selat Lombok.
Makin menakjubkan, karena selain di posisi persis di atas kapal perang milik TNI AL, dibelakang Poseidon P-8A juga diikuti atraksi menakjubkan dari tiga pesawat Casa dan King Air dari para pilot dari pusat penerbang TNI AL.
Ke empat pesawat itu, yakni pesawat NC-212 V 6212; B 3501 V-6401; CN-235 P-8302; dan CN-235 P-8304.
Untuk diketahui, P-8A dilengkapi radar yang bisa memantau kegiatan ilegal fishing. Selain itu pesawat ini juga dilengkapi kamera pengintai yang bisa mengamati objek dari ketinggian.
Dalam perjalannya, pesawat P-8A Poseidon pernah dilibatkan dalam misi pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 setelah pencarian dialihkan ke Samudra Hindia.
Pesawat ini disebut-sebut sebagai pesawat mata-mata maritim paling canggih di dunia