DENPASAR – Ruang Forensik RS Sanglah Denpasar masih menjadi langganan jenazah terlantar. Jumlah kasus pembunuhan dan pembuangan bayi angkanya pun cukup tinggi dibandingkan sebelumnya.
Bahkan, hingga bulan Maret di tahun 2018 ini tercatat 37 jenazah yang diketahui tidak memiliki identitas dan keluarga.
Kepala Bagian SMF Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dr. Ida Bagus Putu Alit SpFM (K) DFM mengatakan,
jenasah masih tersimpan hingga nantinya pihak kepolisian membebaskannya sebagai barang bukti dalam tindakan penyidikan.
Kalau sudah dilepas pihak kepolisian, baru akan dikremasi,” terangnya. Proses kremasi dilakukan setahun dua kali di berbagai tempat krematorium yang ada di Bali.
Salah satunya di Krematorium Taman Mumbul, Nusa Dua. Pihaknya, dari awal bulan hingga Maret, sudah menerima 1.519 jenazah baik karena mati sakit maupun faktor lain.
Jumlah ini pun mengalami peningkatan, bila di banding jumlah setahun di 2017 yang mencapai 4.398 jenazah.
Secara mengejutkan, dari 1.519 jenazah di tahun 2018 ini, ada 453 jenazah yang dilakukan pemeriksaan luar, sedangkan ada 21 jenazah yang dilakukan otopsi.
Terungkap dari hasil otopsi tersebut, 7 jenazah dikatakan tewas karena kasus pembunuhan. Selain itu, belum sampai pertengahan tahun 2018 saja, RS Sanglah juga sudah menerima 8 jenazah bayi terlantar tanpa identitas dan keluarga.
“Bisa saja karena kriminal (abortus), alami atau spontan dan sebagainya. Yang jelas, saat diterima sudah dalam keadaan membusuk. Kalau mau memastikan penyebab matinya, harus izin keluarga,” tuturnya.