AMLAPURA – Candidasa selama ini memang dikenal sebagai salah satu obyek wisata Internasional. Selain memiliki pantai yang indah, Candidasa diketahui memiliki spesies karang langka.
Yakni Karang Jepung atau Euphlylia baliensis, dalam Bahasa latinnya. Terumbu karang ini hanya ditemukan di perairan Candidasa, Karangasem.
Keberadaan karang langka ini bisa menjadi ikon pantai Candidasa sehingga semakin dikenal di dunia internasional.
Sejatinya penemuan karang unik tersebut sudah terjadi tahun 2011 oleh tiga orang ilmuwan dunia. Mereka adalah Emre Turak, Lyndon Devantier dan Mark Erdmann.
Mereka menemukan saat melakukan survei ikan bertema Bali Marine Rapid Assesment Program. Keunikan karang ini menyerupai bunga kamboja.
Bahkan ini juga lebih unik dari Karang Jepun yang juga ditemukan di sekitar Candidasa. Di mana dengan koralit lebih kecil dan diameter rata rata 3 mm.
Juga memiliki ukuran cabang tipis dan pendek serta tentekel tumpul dengan dominasi warna merah dan cokelat.
Sejak penemuan itu terus dilakukan penelitian. Hasilnya diketahui kalau karang tersebut hidup di kedalaman 27 sampai 37 meter di lepas pantai timur pulau Bali.
Selain di Candidasa, karang jenis ini juga ditemukan di sejumlah pantai di dunia. Para ilmuwan karang sedikit khawatir dengan keberadaan karang langka ini.
Pasalnya, referensi Karang Jepun sangat minim. Karena itu Karang Jepun menjadi spesies endemic yang sangat rentan. Yakni rentan akan perubahan lingkungan dan juga perairan sekitarnya.
Manajer Program Bali CI Indonesia I Made Iwan Dewantara mengatakan, karang ini sejatinya sudah di lindungi.
Bahkan, sudah dibuatkan SK Gubernur Bali tahun 2017. “Jadi, terlindungi secara otomatis karena berada di kawasan konservasi perairan (KKP) Karangasem.
Sekarang kawasan ini juga sedang dalam proses penataan oleh Kementrian dan Kelautan, lengkap dengan tata kelola, patrol laut dan monitoring,” tandasnya.
Saking langkanya, karang langka ini kini menjadi sorotan para pecinta alam bawah laut di seluruh dunia.
Hanya saja untuk menjangkau karang tersebut secara teknis cukup sulit karena berada di kedalaman 30 meter.
Selain itu di kawasan Candidasa dengan kedalaman 30 meter dikenal dengan arus lautnya yang cukup keras.
Karang ini menurut Iwan bisa dimanfaatkan untuk Pariwisata, karena tidak masuk dalam zona inti. Hanya saja perlu ketegasan untuk menjaga kelestarianya.