RadarBali.com – Lantunan musik jazz membuat pengunjung yang hadir di Ubud Village Jazz Festival (UVJF) di Museum Arma, seperti disihir.
Musikus kelas dunia satu persatu naik ke atas stage yang disediakan oleh panitia, diantaranya stage Giri, Padu dan Subak. Senyuman lepas pun terpancar di setiap pandangan pengunjung.
Direktur UVJF 2017 Anak Agung Anom Wijaya Darsana, mengaku pada tahun ini pihaknya mengemas festival beda dan lebih berkesan.
“Tahun ini beda dari sebelumnya. Kami tunjukkan yang beda,” ujar Anom Wijaya, menyebut salah satu alasan pengunjung merasa tersihir.
Para musikus juga menampilkan musik dengan gaya moderen. “Dari segi musik, campuran jazz lebih moderen, gunakan elektronik, ada musisi yang lebih bagus dan berbeda,” ujarnya.
Dia mengaku, untuk pendukung festival, seperti lighting dan sound system yang lebih baik membuat penampilan UVJF kali ini lebih maksimal.
“Ini menjadi semakin bagus,” ujarnya. Ditambah lagi, banyak musisi jazz hadir tidak saja di tingkat lokal.
“Dari nasional sampai internasional hadir. Bahkan, ada penampilan (Glen Bushmann,red) Big Band dari Jerman, ini yang membuat spesial,” tandasnya.
Ditambahkan Anom Wijaya, selama festival juga mengundang komunitas melukis yang beraksi di salah satu dari tiga stage yang tersedia.
“Ini juga ruang bagi pelukis juga,” terangnya. Dikatakan Anom, selama perhelatan berlangsung, tidak saja turis mancanegata yang digaet, juga ada turis dari luar Bali, seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung.
Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Kementerian Pariwisata RI, Raseno Arya, menyatakan, kehadiran UVJF ini menjadikan Bali sebagai musik tourism.
“Ubud tidak saja jazz, makanan juga ada di sini. Ini multi efek. Kami berharap, salah satu kegiatan yang harus tetap dipertahankan. Karena bisa datangkan kunjungan turis,” terangnya.
Selain itu, Raseno Arya melihat, musik jazz jadi pemersatu. “Kita di sini nonton santai,” ujarnya.
Untuk diketahui, pengunjung yang datang ke lokasi disuguhkan dengan pemandangan alam museum Arma.
Pengunjung menikmati jazz di stage ada yang lesehatan dan duduk di kursi yang disediakan. Disinggung mengenai potensi, Raseno mengaku, di Bali mulai berkembang jazz.
“Banyak komunitas, di Ubud, dan di Sanur juga ada. Ada beberapa di daerah lain,” jelasnya.
Lanjut dia, apabila ke depannya komunitas jazz ini berkembang dan peminat kian banyak maka akan menguntungkan bagi Bali.
“Kalau berkembang,bisa jadi lapangan pekerjaan. Contoh di hotel ada jazz, nah, itu bisa serap tenaga kerja. Musik ini bisa jadi lapangan pekerjaan. Ini dampak bagus,” tukasnya.