Suasana berbeda terasa di atas panggung gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Sabtu malam lalu (12/8). Tepatnya di panggung pertunjukan Teater Agustus. Sutradara Gus Martin mementaskan drama klasik kolaboratif Mahaguru Drona yang diperankan Mangku Pastika.
MARCELLUS PAMPUR, Denpasar
BAK petikan syair lagu Ahmad Albar, karya Taufik Ismail, Panggung Sandiwara, panggung pentas teater kali ini menampilkan seorang gubernur bermain drama.
Bukan drama dalam arti kiasan. Tapi, ini adalah sebuah pementasan drama sungguhan. Meski bukan penampilan yang pertama kali bagi mantan Kapolda Bali tersebut.
Sebelumnya, pria kelahiran Buleleng 22 Juni 1951 silam ini juga sempat tampil di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB), Kamis (6/7).
Pastika sempat ikut tampil di panggung dalam lakon drama Kisah Cinta Dan Lain-Lain, yang merupakan naskah Arifin C. Noer, dengan sutradara Abu Bakar.
Rupanya mantan Kapolda Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) ini ketagihan main teater lagi. Dalam penampilan kali ini Pastika muncul sebagai pemeran utama.
Ya, dalam drama klasik kolaboratif ini, Pastika memerankan tokoh Mahaguru Drona. Menurut sang sutradara, dipilihnya sosok gubernur Bali sebagai pemeran Mahaguru Drona tidak terlepas dari kisah hidup Pastika yang mirip dengan kisah Mahaguru Drona.
Kartunis senior ini punya alasan tersendiri dalam memberi peran tersebut. Lho, bukannya sosok Pandita Drona atau Mahaguru Drona kadang disebut sebagai Durna ini adalah sosok yang kontroversial, yang “akrab” dengan Kurawa?
Dia punya sudut pandang tersendiri. “Ini (peran) tidak terlepas dari kisah hidup gubernur Bali yang juga berasal dari keluarga yang tidak mampu. Namun, dengan kegigihan telah menjadi seorang pemimpin sebagaimana halnya kisah hidup Mahaguru Drona,” ungkap Gus Martin usai pementasan.
Dijelaskan Gus Martin, cerita tentang Mahaguru Drona ini diangkat untuk kembali mengingatkan keberadaan manusia sebagai makhluk sosial untuk selalu menghargai orang lain.
Juga, bagaimana agar bisa berpikiran jernih menghadapi berbagai keadaan. Dalam pandangan Gus Martin, cerita ini mengajarkan untuk bisa menghargai siapa saja tanpa membeda-bedakan berdasar penampilannya, golongan, dan kondisi sosial.
Juga selalu menghormati orang lain meskipun itu musuh atau saingan sekalipun. “Sahabat sejati adalah sahabat yang mendampingi kita dalam kesusahan, kesedihan, bukan datang di saat kita sedang menggelar pesta saja. Maknai persahabatan serta tepati janji yang telah kita ucapkan,” imbuhnya.
Pada drama kolaboratif yang merupakan rangkaian dari even kalender tahunan Bali Mandara Mahalango, ini melibatkan sekitar 35 orang seniman.
Pertunjukan berlangsung dalam durasi sekitar 2,5 jam. Dan, mendapat antusiasme luar biasa dari masyarakat umum yang memadati seluruh kursi gedung Ksirarnawa malam itu.
Tidak hanya masyarakat biasa, beberapa orang pejabat juga terlihat datang menyaksikan langsung peran aksi yang dilakoni Pastika di atas panggung.
Seperti Ny. Ayu Pastika, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Sugawa Kory, Sekda Provinsi Bali Cokorda Pemayun, kepala OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, ASN di lingkungan Pemprov Bali serta para seniman dan pecinta seni.
Kisah Mahaguru Drona sendiri diawali dengan menceritakan perjalanan hidup Sang Mahaguru, yang merupakan anak dari Brahman Bharadwaja.
Sejak kecil, Drona sudah memiliki bakat alami dalam menggunakan senjata dan berperang. Drona memiliki teman baik bernama Drupada yang merupakan seorang putra dari Kerajaan Pancala dan calon pemegang tahta Pancala.
Suatu ketika, Drupada berjanji kepada Drona, bahwa jika kelak dirinya menjadi seorang raja dia akan mengangkat Drona menjadi seorang pejabat penting di istana.
Saatnya pun tiba. Drupada telah berubah status sebagai seorang raja. Janjinya kepada Drona pun dilupakan sebagaimana janji dari seorang sahabat karib.
Bahkan, Drupada sempat menjauhi Drona karena Drona berpakaian lusuh dan miskin. Drona yang kecewa pun memutuskan untuk berkelana.
Dalam perjalanan berkelananya tersebut, Drona bertemu dengan para Pandawa dan Kurawa yang sedang kebingungan.
Ini karena bola dan cincin milik Yudhistira yang jatuh ke sumur yang sangat dalam. Dengan kehebatan memanahnya, Drona berhasil mengambil bola dan cincin milik Yudhistira dari dalam sumur tersebut.
Para Kurawa dan Pandawa yang menyaksikan hal tersebut dibuat terkagum-kagum, hingga akhirnya mereka meminta Drona sebagai guru.
Usai berguru kepada Drona, para Kurawa dan Pandawa pun diberi ujian. Drona memerintahkan para Kurawa dan Pandawa untuk menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan Drona dalam keadaan hidup.
Dengan perjuangan yang gigih, rencana itu pun berhasil. Raja Drupada diserahkan ke hadapan Mahaguru Drona.
Di sanalah Mahaguru Drona mengingatkan Raja Drupada tentang arti sebuah persahabatan serta makna dari sebuah janji.