DENPASAR – Tiga hari lagi perampokan uang Rp 1,8 miliar di ATM BCA Jalan Bypass Ngurah Rai, Benoa, Kuta Selatan genap sebulan.
Namun, hingga kini siapa dalang serta pelaku perampokan masih gelap alias belum terungkap.
Pemeriksaan polisi pada tiga orang saksi sopir, sekuriti, dan staf PT Andalan tampaknya belum mampu menguak titik terang peristiwa tengah malam itu.
Belum terungkapnya pelaku perampokan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan publik. Pakar ilmu kriminal atau kriminolog dari Universitas Udayana (Unud), Gde Made Suwardana meminta polisi segera menangkap pelaku.
Pasalnya, uang Rp 1,8 miliar merupakan jumlah cukup besar. Suwardana khawatir uang hasil rampokan digunakan untuk kepentingan pendanaan terorisme.
“Jangan biarkan kasus ini mengapung. Saksi korban jangan dilepas dan dibiarkan tenang-tenang. Harus segera diusut tuntas,” tandas Suwardana.
Menurut dia, kecil kemungkinan hasil perampokan sebesar Rp 1,8 miliar digunakan pelaku untuk membeli rumah atau mobil pribadi.
Katanya, terlalu besar uang Rp 1,8 miliar hasil rampokan digunakan untuk membeli benda-benda seperti rumah dan mobil.
Pria asal Singaraja itu berharap polisi bisa melanjutkan penelitian terhadap orang dalam PT Andalan sebagai pemasok uang ATM BCA.
Pun dengan pihak bank diminta terbuka ikut membantu kepolisian. Suwardana yakin polisi sudah memiliki teknik tersendiri untuk mengungkap kasus yang sempat menghebohkan masyarakat Pulau Dewata itu.
“Salah satu yang dikhawatirkan uang rampokan untuk pendanaan terorisme. Kalau sampai itu terjadi gawat,” imbuhnya