33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:11 PM WIB

Veteran Perang Kemerdekaan Protes Taman Makam Pahlawan Curasthana

RadarBali.com – Taman Makam Pahlawan Curasthana di Jalan Pahlawan, Singaraja, Buleleng menjadi sorotan para veteran Buleleng. Para veteran menilai, banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam membangun pemakaman para pejuang pada era revolusi fisik yang mempertahankan kemerdekaan di Tahun 1945-1950.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua LVRI Buleleng, Wayan Suanda Senin kemarin pada saat tatap muka dengan Bupati Buleleng, yang di wakilkan oleh Wakil Bupati Buleleng di Lobi Kantor Bupati Buleleng. “Banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam mengembangkan makam pahlawan ini,” ujarnya saat diberikan waktu bicara di atas podium.

Suanda mengatakan, Taman Makam Pahlawan Curasthana pada awalnya dibangun oleh para pejuang. Namun, karena keterbatasan dana, diserahkan kepada Pemerintah Buleleng untuk sempurnakan. Namun, ternyata ada yang keliru dilakukan oleh pengelola.

“Dulu dibangun dengan apa adanya. Dan sekarang dibangun memang kelihatan lebih megah. Sayangnya, masih ada hal penting dilupakan,” ungkap pria yang mengaku sudah berumur 92 tahun ini.

Suanda menjelaskan, di Bali ada 1372 pejuang yang gugur sebagai pahlawan kala itu. Di angka tersebut, ada 312 pejuang Buleleng yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan.

Namun, di papan nama para pejuang yang gugur tersebut, tidak dicantumkan asal desa pejuang tersebut berasal. “Sayangnya tidak berisi asal desanya. Menurut kami hal ini sangat penting, sebagai kebanggaan desa dan mepermudah jika ingin melakukan penelitian nantinya,” ungkapnya.

Tak hanya itu, di papan nama nama pahlawan pun banyak kesalahan tahun gugurnya pahlawan tersebut. Suanda mencontohkan, pahlawan atas nama I Gusti Putu Wisnu yang ditulis gugur tahun 1948. Padahal, I Gusti Putu Wisnu asal Penataran, Buleleng di Makam Pahlawan Margarana tertulis tahun 1946.

Tak hanya itu, di makam pahlawan ini juga banyak kesalahan mengenai pengertian kata gugur. Semestinya, pahlawan yang meninggal setelah kemerdekaan, menggunakan kata wafat atau meninggal. Supaya ada kecocokan dengan sejarah. Sementara, di makam pahlawan Curasthana tersebut, semua diberikan predikat gugur. 

Suanda pun berharap, Pemerintah Kabupaten Buleleng serius dalam membangun Taman Makam Pahlawan Curasthana. Tak hanya megah semata serta digunakan sebagai simbol.

“Kami katakan, makam Curasthana ini tidak murni sebagai taman pahlawan. Ini berarti, taman makam hanya simbol, bukan makam murni,” ungkap pria yang juga merupakan Anggota Dewan Pertimbangan LVRI Buleleng.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali kemarin membenarkan hal yang disampaikan oleh Suanda. “Iya memang benar ada kekeliruan. Masukan ini kami pakai evaluasi nanti,” ujarnya.

Makam Pahlawan ini penting agar masyarakat di Buleleng khususnys tidak melupakan sejarah. Dalam medan tempur, di Buleleng nomor dua paling banyak pahlawan di Bali yang gugur dalam medan tempur, setelah Tabanan. “Ini catatan bagi pak kadis sosial, untuk bisa menyelesailakan masukan-masukan oleh pengelingsir kita,” pungkasnya. 

RadarBali.com – Taman Makam Pahlawan Curasthana di Jalan Pahlawan, Singaraja, Buleleng menjadi sorotan para veteran Buleleng. Para veteran menilai, banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam membangun pemakaman para pejuang pada era revolusi fisik yang mempertahankan kemerdekaan di Tahun 1945-1950.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua LVRI Buleleng, Wayan Suanda Senin kemarin pada saat tatap muka dengan Bupati Buleleng, yang di wakilkan oleh Wakil Bupati Buleleng di Lobi Kantor Bupati Buleleng. “Banyak kekeliruan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam mengembangkan makam pahlawan ini,” ujarnya saat diberikan waktu bicara di atas podium.

Suanda mengatakan, Taman Makam Pahlawan Curasthana pada awalnya dibangun oleh para pejuang. Namun, karena keterbatasan dana, diserahkan kepada Pemerintah Buleleng untuk sempurnakan. Namun, ternyata ada yang keliru dilakukan oleh pengelola.

“Dulu dibangun dengan apa adanya. Dan sekarang dibangun memang kelihatan lebih megah. Sayangnya, masih ada hal penting dilupakan,” ungkap pria yang mengaku sudah berumur 92 tahun ini.

Suanda menjelaskan, di Bali ada 1372 pejuang yang gugur sebagai pahlawan kala itu. Di angka tersebut, ada 312 pejuang Buleleng yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan.

Namun, di papan nama para pejuang yang gugur tersebut, tidak dicantumkan asal desa pejuang tersebut berasal. “Sayangnya tidak berisi asal desanya. Menurut kami hal ini sangat penting, sebagai kebanggaan desa dan mepermudah jika ingin melakukan penelitian nantinya,” ungkapnya.

Tak hanya itu, di papan nama nama pahlawan pun banyak kesalahan tahun gugurnya pahlawan tersebut. Suanda mencontohkan, pahlawan atas nama I Gusti Putu Wisnu yang ditulis gugur tahun 1948. Padahal, I Gusti Putu Wisnu asal Penataran, Buleleng di Makam Pahlawan Margarana tertulis tahun 1946.

Tak hanya itu, di makam pahlawan ini juga banyak kesalahan mengenai pengertian kata gugur. Semestinya, pahlawan yang meninggal setelah kemerdekaan, menggunakan kata wafat atau meninggal. Supaya ada kecocokan dengan sejarah. Sementara, di makam pahlawan Curasthana tersebut, semua diberikan predikat gugur. 

Suanda pun berharap, Pemerintah Kabupaten Buleleng serius dalam membangun Taman Makam Pahlawan Curasthana. Tak hanya megah semata serta digunakan sebagai simbol.

“Kami katakan, makam Curasthana ini tidak murni sebagai taman pahlawan. Ini berarti, taman makam hanya simbol, bukan makam murni,” ungkap pria yang juga merupakan Anggota Dewan Pertimbangan LVRI Buleleng.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali kemarin membenarkan hal yang disampaikan oleh Suanda. “Iya memang benar ada kekeliruan. Masukan ini kami pakai evaluasi nanti,” ujarnya.

Makam Pahlawan ini penting agar masyarakat di Buleleng khususnys tidak melupakan sejarah. Dalam medan tempur, di Buleleng nomor dua paling banyak pahlawan di Bali yang gugur dalam medan tempur, setelah Tabanan. “Ini catatan bagi pak kadis sosial, untuk bisa menyelesailakan masukan-masukan oleh pengelingsir kita,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/