DENPASAR – Jendela transfer Liga 1 baru dibuka bulan depan. Namun, tuntutan ada penyegaran pemain asing di Bali United semakin nyaring terdengar.
Suporter ingin pemain asing khususnya di lini belakang dievaluasi. Wajar tuntutan itu mencuat. Sebab, selama menjalani 12 laga, bek Bali United kerap kedodoran saat diserang lawan.
Posisi bek saat ini diisi dua pemain asing yakni Ahn Byung Keon dan Demerson. Sedangkan di lini tengah ada Nick van der Velden dan Milos Krkotic.
Dalam merekerut pemain asing baru nanti, suporter ingin manajemen tidak lagi membeli kucing dalam karung.
Istilah beli kucing dalam karung, tepatnya beli “bule” dalam karung memang pantas disematkan ke manajemen.
Manajemen beberapa kali mendatangkan pemain asing. Sayang tak semua bersinar. Deretan pemain asing yang masuk daftar “flop” antara lain, Daniel Heffernan, Nemanja Vidakovic, Ndumba Makeche, dan Silvio Escobar.
Belum lagi ada nama yang sekadar numpang lewat seperti Samuel Thomas Mitchinson, dan Lucas Patinho.
Itu semua terjadi karena ditengarai manajemen kerap mengontrak yang tidak jelas asal-usulnya. Rekrutmen hanya berdasar melihat rekaman video, youtube, dan informasi agen pemain.
Seringnya gagal mendatangkan pemain asing berkualitas kemungkinan saat merekerut peran jajaran pelatih sangat minim.
“Semoga manajemen tidak beli lagi kucing dalam karung. Jangan terlalu percaya dengan agen, karena semua orang jualan bilang barangnya nomor satu,” ujar Ketut Subudi, Ketua Semeton Dewata Buldog, kepada Jawa Pos Radar Bali kemarin.
Pria asal Gitgit, Buleleng itu juga menyarakan manajemen serta jajaran pelatih tidak hanya melihat rekaman pertandingan.
Tapi, harus berdasar pantauan pertandingan di lapangan. Sudah saatnya Bali United memiliki tim pemantau bakat untuk melihat pemain yang akan diikat kontrak.
“Kalau salah beli yang rugi kan manajemennya sendiri. Semoga manajemen lebih jeli karena pemain asing harganya sudah dolar, harus lebih hati-hati ya,” imbuhnya.