33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:18 PM WIB

BSBR Karya Mandiri NTB Ajak Siswanya Saling Peduli

MATARAM – Balai Sosial Bina Remaja (BSBR) Karya Mandiri di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar  program berbagi takjil pada Kamis (7/6).

Puluhan remaja binaan BSBR Karya Mandiri turun ke jalan di dua tempat, yakni perempatan Desa Bengkel dan Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB. 

Kepala BSBR Karya Mandiri Wahyu Hidayat mengatakan, tujuan berbagi takjil untuk mengajarkan anak-anak BSBR Karya Mandiri untuk saling berbagi dan peduli kepada sesama. 

“Kami ingin ajarkan meskipun kita dalam keterbatasan, baik ekonomi, dan lain sebagainya, tapi kita masih memiliki kepedulian terhadap sesama,” kata Wahyu, di RSUP NTB, Mataram.

Wahyu menjelaskan, pemilihan perempatan Desa Bengkel sebagai lokasi berbagi merupakan wujud tanggung jawab dan kontribusi BSBR yang berada di Bengkel. 

“Kan itu jalur utama juga, banyak pengendara yang mungkin tidak memiliki kesempatan memiliki hidangan berbuka,” lanjutnya. 

Sementara di RSUP NTB, Wahyu mendorong anak-anak bersyukur bisa diberikan kesehatan di tengah bulan suci Ramadan.

 Selain itu, Wahyu ingin membangun empati anak-anak untuk ikut merasakan kesedihan yang dialami para pasien. “Banyak yang bisa diambil pelajaran dari kegiatan hari ini,” kata Wahyu. 

Wahyu mengatakan, BSBR Karya Mandiri merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah Dinas Sosial Provinsi NTB yang membina remaja putus sekolah, terlantar, dan permasalahan sosial.

“Mereka rata-rata yang dibina dari seluruh NTB yang memiliki latar belakang yang kurang harmonis, kendala keuangan, dan putus sekolah,” ucap Wahyu. 

Selama bulan suci Ramadan, BSBR Karya Mandiri juga memberikan pendidikan dan pemahaman tentang berpuasa. Hal ini, kata Wahyu, diperlukan lantaran selama ini banyak para siswa yang belum mengerti berpuasa.

“Siswa-siswa yang broken home itu tak ngerti tata cara berpuasa bahkan, pelan-pelan kami bina dan alhamdulillah sudah ada perbaikan,” ungkapnya. 

BSBR Karya Mandiri yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektare memiliki pelbagai fasilitas untuk menunjang keterampilan para remaja, mulai dari peralatan perbengkelan, otomotif, tata boga, tata rias, dan tata busana.

Selain itu, para remaja binaan juga tinggal di asrama yang disediakan. Sebanyak 65 remaja dengan rentang usia berkisar antara 16 tahun hingga 21 tahun tinggal di BSBR Karya Mandiri selama satu tahun penuh.

“Para remaja binaan tinggal dan belajar di sini selama 10 bulan, dua sisanya praktik di luar asrama,” kata Wahyu. 

BSRB Karya Mandiri memberikan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan kepada para remaja binaan.

Selain itu, para remaja juga mendapatkan asupan makanan selama tiga kali sehari, dan makanan ringan dua kali sehari dengan menu yang bervariasi. Kondisi ini berbeda bagi para remaja sebelum berada di sini.

Saat ini, kata Wahyu terdapat 65 remaja dari seluruh NTB yang sedang mengikuti program pembinaan di BSBR Karya Mandiri selama setahun ini.

 Wahyu menilai, membina remaja dengan latar belakang yang putus sekolah, terlantar, maupun rawan permasalahan sosial tentu tidak mudah. Namun, BSBR Karya Mandiri terus mendorong dan menciptakan suasana kekeluargaan agar para remaja bisa menikmati dan belajar dengan gembira.

Selain keterampilan, BSBR Karya Mandiri juga mengedepankan aspek relijiusitas dalam pembinaan. Menurut Wahyu, keterampilan yang tinggi terasa sia-sia jika tidak dibekali aspek relijiusitas yang kuat.

Aktivitas para remaja dimulai dengan shalat Shubuh berjamaah dan dilanjutkan dengan sarapan bersama, apel pagi, dan shalat Dhuha yang diiringi pembekalan materi agama melalui Majelis Taklim.

Setelahnya, para remaja masuk kelas untuk menerima setiap mata pelajaran yang diberikan. Wahyu menyebutkan, 85 persen dari remaja binaan BSBR Karya Mandiri dapat dikatakan berhasil lantaran mampu diterima kerja usai menjalani praktik magang.

Wahyu menceritakan, aspek relijiusitas yang ditekankan terbukti mengantarkan para remaja BSBR Karya Mandiri menjadi pribadi yang memiliki karakter penuh kejujuran.

Wahyu menambahkan, peran remaja sangat penting dalam mendukung kemajuan NTB. Terlebih, provinsi berjuluk Bumi Gora ini terus berkembang dengan banyaknya lapangan pekerjaan untuk sektor pariwisata.

“Ya kita berharap para remaja ini bisa mengisi ruang-ruang dari lapangan kerja yang ada di NTB,” kata Wahyu menegaskan. (dan)

 

 

MATARAM – Balai Sosial Bina Remaja (BSBR) Karya Mandiri di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar  program berbagi takjil pada Kamis (7/6).

Puluhan remaja binaan BSBR Karya Mandiri turun ke jalan di dua tempat, yakni perempatan Desa Bengkel dan Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB. 

Kepala BSBR Karya Mandiri Wahyu Hidayat mengatakan, tujuan berbagi takjil untuk mengajarkan anak-anak BSBR Karya Mandiri untuk saling berbagi dan peduli kepada sesama. 

“Kami ingin ajarkan meskipun kita dalam keterbatasan, baik ekonomi, dan lain sebagainya, tapi kita masih memiliki kepedulian terhadap sesama,” kata Wahyu, di RSUP NTB, Mataram.

Wahyu menjelaskan, pemilihan perempatan Desa Bengkel sebagai lokasi berbagi merupakan wujud tanggung jawab dan kontribusi BSBR yang berada di Bengkel. 

“Kan itu jalur utama juga, banyak pengendara yang mungkin tidak memiliki kesempatan memiliki hidangan berbuka,” lanjutnya. 

Sementara di RSUP NTB, Wahyu mendorong anak-anak bersyukur bisa diberikan kesehatan di tengah bulan suci Ramadan.

 Selain itu, Wahyu ingin membangun empati anak-anak untuk ikut merasakan kesedihan yang dialami para pasien. “Banyak yang bisa diambil pelajaran dari kegiatan hari ini,” kata Wahyu. 

Wahyu mengatakan, BSBR Karya Mandiri merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah Dinas Sosial Provinsi NTB yang membina remaja putus sekolah, terlantar, dan permasalahan sosial.

“Mereka rata-rata yang dibina dari seluruh NTB yang memiliki latar belakang yang kurang harmonis, kendala keuangan, dan putus sekolah,” ucap Wahyu. 

Selama bulan suci Ramadan, BSBR Karya Mandiri juga memberikan pendidikan dan pemahaman tentang berpuasa. Hal ini, kata Wahyu, diperlukan lantaran selama ini banyak para siswa yang belum mengerti berpuasa.

“Siswa-siswa yang broken home itu tak ngerti tata cara berpuasa bahkan, pelan-pelan kami bina dan alhamdulillah sudah ada perbaikan,” ungkapnya. 

BSBR Karya Mandiri yang berada di atas lahan seluas 2,5 hektare memiliki pelbagai fasilitas untuk menunjang keterampilan para remaja, mulai dari peralatan perbengkelan, otomotif, tata boga, tata rias, dan tata busana.

Selain itu, para remaja binaan juga tinggal di asrama yang disediakan. Sebanyak 65 remaja dengan rentang usia berkisar antara 16 tahun hingga 21 tahun tinggal di BSBR Karya Mandiri selama satu tahun penuh.

“Para remaja binaan tinggal dan belajar di sini selama 10 bulan, dua sisanya praktik di luar asrama,” kata Wahyu. 

BSRB Karya Mandiri memberikan bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan kepada para remaja binaan.

Selain itu, para remaja juga mendapatkan asupan makanan selama tiga kali sehari, dan makanan ringan dua kali sehari dengan menu yang bervariasi. Kondisi ini berbeda bagi para remaja sebelum berada di sini.

Saat ini, kata Wahyu terdapat 65 remaja dari seluruh NTB yang sedang mengikuti program pembinaan di BSBR Karya Mandiri selama setahun ini.

 Wahyu menilai, membina remaja dengan latar belakang yang putus sekolah, terlantar, maupun rawan permasalahan sosial tentu tidak mudah. Namun, BSBR Karya Mandiri terus mendorong dan menciptakan suasana kekeluargaan agar para remaja bisa menikmati dan belajar dengan gembira.

Selain keterampilan, BSBR Karya Mandiri juga mengedepankan aspek relijiusitas dalam pembinaan. Menurut Wahyu, keterampilan yang tinggi terasa sia-sia jika tidak dibekali aspek relijiusitas yang kuat.

Aktivitas para remaja dimulai dengan shalat Shubuh berjamaah dan dilanjutkan dengan sarapan bersama, apel pagi, dan shalat Dhuha yang diiringi pembekalan materi agama melalui Majelis Taklim.

Setelahnya, para remaja masuk kelas untuk menerima setiap mata pelajaran yang diberikan. Wahyu menyebutkan, 85 persen dari remaja binaan BSBR Karya Mandiri dapat dikatakan berhasil lantaran mampu diterima kerja usai menjalani praktik magang.

Wahyu menceritakan, aspek relijiusitas yang ditekankan terbukti mengantarkan para remaja BSBR Karya Mandiri menjadi pribadi yang memiliki karakter penuh kejujuran.

Wahyu menambahkan, peran remaja sangat penting dalam mendukung kemajuan NTB. Terlebih, provinsi berjuluk Bumi Gora ini terus berkembang dengan banyaknya lapangan pekerjaan untuk sektor pariwisata.

“Ya kita berharap para remaja ini bisa mengisi ruang-ruang dari lapangan kerja yang ada di NTB,” kata Wahyu menegaskan. (dan)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/