33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:38 PM WIB

Alamak…Saluran Subak Mampet, Sekeluarga Kebanjiran

LOKAPAKSA – Gara-gara saluran subak mampet, satu keluarga besar yang tinggal di Banjar Dinas Jro Agung, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, kebanjiran.

Sejak beberapa bulan terakhir mereka selalu langganan menjadi korban banjir. Sayangnya hingga kini belum ada langkah pasti yang diambil pemerintah.

Total ada tiga kepala keluarga yang menjadi langganan banjir. Mereka adalah I Gusti Bagus Susila, Gusti Putu Jempana, dan Gusti Bagus Sudanto.

Ketiganya masih tinggal dalam satu pekarangan besar di Banjar Dinas Jro Agung. Rumah mereka bersebelahan dengan saluran subak Telabah Sari, Desa Lokapaksa.

Sejak sembilan bulan terakhir, air yang mengalir di saluran tersebut terus meluap. Hingga menggenangi halaman rumah ketiganya.

Bahkan, air sumur milik Gusti Bagus Susila, tak bisa dikonsumsi. Bila digunakan untuk mandi pun, menyebabkan gatal-gatal.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, saluran air memang mengalami pendangkalan. Pada bagian hilir, sampah terlihat menumpuk dan menyumbat saluran air.

Kondisi makin diperparah dengan penyempitan saluran subak di bagian hilir. Saluran subak ditutupi beton, bahkan ada yang membangun rumah di atas saluran subak.

Salah seorang warga, Gusti Putu Jempana menyebutkan, saluran subak dulunya lancar. Namun sejak beberapa waktu terakhir, air menggenang.

Bahkan, air masuk ke halaman rumahnya. Hampir tiap hari air dari saluran subak masuk ke rumah warga. “Mungkin ini karena ada penyempitan di sebelah utara sana,” kata Jempana.

Hal serupa diungkapkan Gusti Bagus Susila. Sejak air subak menggenangi halaman rumahnya, banyak keluarga yang sakit-sakitan.

Ibunya, I Gusti Made Bintang dan kakaknya, Gusti Made Lilis, kerap mengeluh gatal-gatal. Istrinya, Kadek Arnyani, juga sering sakit karena harus melewati air banjir.

“Air sumur saya juga tidak bisa dipakai. Hanya bisa untuk mandi saja, itu juga gatal-gatal. Kalau air naik, itu bisa setinggi betis saya,” kata Susila.

Ia mengaku sudah melapor kesana kemari untuk mendapat penanganan, namun tak pernah mendapat respons.

“Saya kesana kemari lapor. Bersurat secara pribadi juga sudah. Tiga bulan saya menunggu tidak ada tindak lanjut, malah dilempar kesana kesini,” imbuhnya.

Kemarin, sejumlah pejabat pemerintahan akhirnya turun menyikapi keluhan tersebut.

Di antaranya Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Buleleng Wayan Kasi, Camat Seririt Nyoman Riang Pustaka, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng, Ketut Suparta Wijaya.

Saat melihat lokasi riil, Suparta Wijaya hanya bisa geleng-geleng kepala. Menurutnya, masalah di saluran Subak Telabah Sari cukup pelik.

Bukan hanya sampah dan pendangkalan, namun juga penyempitan hingga pemanfaatan saluran subak untuk pembangunan rumah.

Suparta menyebut saluran subak itu merupakan saluran milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.

Mengingat saluran itu mengalirkan air dari Daerah Irigasi (DI) Tukad Saba. Sehingga untuk perbaikan dan penanganan secara menyeluruh, akan dilakukan oleh BWS.

“Untuk penanganan sementara, kami akan kerahkan petugas drainase melakukan pembersihan, mulai besok (hari ini, Red). Tapi untuk penanganan permanen, kami akan koordinasikan dengan BWS. Karena ini asetnya BWS,” kata Suparta.

Pihaknya pun menghimbau agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan. Apabila kebiasaan itu dilanjutkan, maka banjir dipastikan terjadi.

Selain itu penyempitan dan pengedakan saluran subak, menyebabkan pemerintah kesulitan melakukan pemeliharaan saluran. 

LOKAPAKSA – Gara-gara saluran subak mampet, satu keluarga besar yang tinggal di Banjar Dinas Jro Agung, Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, kebanjiran.

Sejak beberapa bulan terakhir mereka selalu langganan menjadi korban banjir. Sayangnya hingga kini belum ada langkah pasti yang diambil pemerintah.

Total ada tiga kepala keluarga yang menjadi langganan banjir. Mereka adalah I Gusti Bagus Susila, Gusti Putu Jempana, dan Gusti Bagus Sudanto.

Ketiganya masih tinggal dalam satu pekarangan besar di Banjar Dinas Jro Agung. Rumah mereka bersebelahan dengan saluran subak Telabah Sari, Desa Lokapaksa.

Sejak sembilan bulan terakhir, air yang mengalir di saluran tersebut terus meluap. Hingga menggenangi halaman rumah ketiganya.

Bahkan, air sumur milik Gusti Bagus Susila, tak bisa dikonsumsi. Bila digunakan untuk mandi pun, menyebabkan gatal-gatal.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, saluran air memang mengalami pendangkalan. Pada bagian hilir, sampah terlihat menumpuk dan menyumbat saluran air.

Kondisi makin diperparah dengan penyempitan saluran subak di bagian hilir. Saluran subak ditutupi beton, bahkan ada yang membangun rumah di atas saluran subak.

Salah seorang warga, Gusti Putu Jempana menyebutkan, saluran subak dulunya lancar. Namun sejak beberapa waktu terakhir, air menggenang.

Bahkan, air masuk ke halaman rumahnya. Hampir tiap hari air dari saluran subak masuk ke rumah warga. “Mungkin ini karena ada penyempitan di sebelah utara sana,” kata Jempana.

Hal serupa diungkapkan Gusti Bagus Susila. Sejak air subak menggenangi halaman rumahnya, banyak keluarga yang sakit-sakitan.

Ibunya, I Gusti Made Bintang dan kakaknya, Gusti Made Lilis, kerap mengeluh gatal-gatal. Istrinya, Kadek Arnyani, juga sering sakit karena harus melewati air banjir.

“Air sumur saya juga tidak bisa dipakai. Hanya bisa untuk mandi saja, itu juga gatal-gatal. Kalau air naik, itu bisa setinggi betis saya,” kata Susila.

Ia mengaku sudah melapor kesana kemari untuk mendapat penanganan, namun tak pernah mendapat respons.

“Saya kesana kemari lapor. Bersurat secara pribadi juga sudah. Tiga bulan saya menunggu tidak ada tindak lanjut, malah dilempar kesana kesini,” imbuhnya.

Kemarin, sejumlah pejabat pemerintahan akhirnya turun menyikapi keluhan tersebut.

Di antaranya Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Buleleng Wayan Kasi, Camat Seririt Nyoman Riang Pustaka, serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng, Ketut Suparta Wijaya.

Saat melihat lokasi riil, Suparta Wijaya hanya bisa geleng-geleng kepala. Menurutnya, masalah di saluran Subak Telabah Sari cukup pelik.

Bukan hanya sampah dan pendangkalan, namun juga penyempitan hingga pemanfaatan saluran subak untuk pembangunan rumah.

Suparta menyebut saluran subak itu merupakan saluran milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.

Mengingat saluran itu mengalirkan air dari Daerah Irigasi (DI) Tukad Saba. Sehingga untuk perbaikan dan penanganan secara menyeluruh, akan dilakukan oleh BWS.

“Untuk penanganan sementara, kami akan kerahkan petugas drainase melakukan pembersihan, mulai besok (hari ini, Red). Tapi untuk penanganan permanen, kami akan koordinasikan dengan BWS. Karena ini asetnya BWS,” kata Suparta.

Pihaknya pun menghimbau agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan. Apabila kebiasaan itu dilanjutkan, maka banjir dipastikan terjadi.

Selain itu penyempitan dan pengedakan saluran subak, menyebabkan pemerintah kesulitan melakukan pemeliharaan saluran. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/