28.2 C
Jakarta
21 November 2024, 17:57 PM WIB

CATAT! Konsumsi Mikol di Indonesia Paling Rendah se – Asia, Ternyata..

DENPASAR – Meski Indonesia memiliki sejarah panjang tentang budaya mengonsumsi minuman alkohol, namun hasil survei yang dilakukan world health organization (WHO) pada 2014 lalu,

konsumsi per kapita minuman alkohol (Mikol) di Indonesia paling rendah dibanding dengan negara-negara Asia lainnya.

Hal tersebut disampaikan salah satu perusahaan mikol Diageo dalam forum group discussion (FGD) bersama yayasan Bali Gumanti kemarin.

Dendy Borman selaku perwakilan Diageo mengungkapkan, konsumsi mikol rata-rata per kapita di Indonesia mencapai 0,6 liter per tahun.

Sementara jika dihitung dari konsumsi mikol untuk produk yang resmi, hanya tercatat 0,1 liter per kapita per tahun.

Korea Selatan berada di peringkat satu dengan konsumsi alkohol rata-rata 10,9 liter per orang, sementara Vietnam berada di posisi kedua dengan 8,7 liter konsumsi alkohol per orang per tahun.

“Bahkan, Indonesia lebih rendah konsumsi alkoholnya ketimbang Malaysia,” ujarnya dalam FGD yang berjudul “Bijak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol”.

Ini terjadi mengingat Indonesia memiliki tradisi, dimana mengonsumsi alkohol dilakukan saat ada upacara adat dan keagamaan.

Selain itu, adanya stigma negatif yang dikaitkan dengan norma agama, dimana Indonesia sebagai mayoritas berpenduduk muslim terbesar mengharamkan minuman yang mengandung alkohol.

Namun, sejak beberapa waktu lalu, Indonesia terus dikejutkan dengan korban minuman oplosan. Hal ini, mengingat masyarakat

masih minim pengetahuan tentang kadar alkohol dan membedakan mana alkohol untuk minuman, dengan alkohol yang diperuntukkan medis.

“Terkadang dicampur, sehingga menyebabkan kondisi fatal, sampai meninggal,” tuturnya. Bijak dalam mengonsumsi alkohol tersebut, kata Borman adalah misalnya ketika dalam kondisi mabuk,

tidak mengendarai kendaraan, atau terlibat dalam pesta miras, disarankan agar seseorang tidak minum sama sekali sehingga bisa mengontrol teman yang sedang mengkonsumsi miras.

Melalui FGD tersebut, pihaknya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi alkohol.

Di mana sebagai penikmat alkohol harus bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

“Mulai dari kasus kriminalitas, dan juga kecelakaan ini disebabkan karena mikol yang berlebihan. Berdasarkan tipologi genre, antara laki-laki dan perempuan beda daya tahan dalam mengkonsumsi alkohol,” jelas Dendy.

Ketika, terjadi sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain akibat mikol, ini juga akan mengancam produsen mikol di Indonesia. 

DENPASAR – Meski Indonesia memiliki sejarah panjang tentang budaya mengonsumsi minuman alkohol, namun hasil survei yang dilakukan world health organization (WHO) pada 2014 lalu,

konsumsi per kapita minuman alkohol (Mikol) di Indonesia paling rendah dibanding dengan negara-negara Asia lainnya.

Hal tersebut disampaikan salah satu perusahaan mikol Diageo dalam forum group discussion (FGD) bersama yayasan Bali Gumanti kemarin.

Dendy Borman selaku perwakilan Diageo mengungkapkan, konsumsi mikol rata-rata per kapita di Indonesia mencapai 0,6 liter per tahun.

Sementara jika dihitung dari konsumsi mikol untuk produk yang resmi, hanya tercatat 0,1 liter per kapita per tahun.

Korea Selatan berada di peringkat satu dengan konsumsi alkohol rata-rata 10,9 liter per orang, sementara Vietnam berada di posisi kedua dengan 8,7 liter konsumsi alkohol per orang per tahun.

“Bahkan, Indonesia lebih rendah konsumsi alkoholnya ketimbang Malaysia,” ujarnya dalam FGD yang berjudul “Bijak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol”.

Ini terjadi mengingat Indonesia memiliki tradisi, dimana mengonsumsi alkohol dilakukan saat ada upacara adat dan keagamaan.

Selain itu, adanya stigma negatif yang dikaitkan dengan norma agama, dimana Indonesia sebagai mayoritas berpenduduk muslim terbesar mengharamkan minuman yang mengandung alkohol.

Namun, sejak beberapa waktu lalu, Indonesia terus dikejutkan dengan korban minuman oplosan. Hal ini, mengingat masyarakat

masih minim pengetahuan tentang kadar alkohol dan membedakan mana alkohol untuk minuman, dengan alkohol yang diperuntukkan medis.

“Terkadang dicampur, sehingga menyebabkan kondisi fatal, sampai meninggal,” tuturnya. Bijak dalam mengonsumsi alkohol tersebut, kata Borman adalah misalnya ketika dalam kondisi mabuk,

tidak mengendarai kendaraan, atau terlibat dalam pesta miras, disarankan agar seseorang tidak minum sama sekali sehingga bisa mengontrol teman yang sedang mengkonsumsi miras.

Melalui FGD tersebut, pihaknya ingin memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi alkohol.

Di mana sebagai penikmat alkohol harus bisa bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

“Mulai dari kasus kriminalitas, dan juga kecelakaan ini disebabkan karena mikol yang berlebihan. Berdasarkan tipologi genre, antara laki-laki dan perempuan beda daya tahan dalam mengkonsumsi alkohol,” jelas Dendy.

Ketika, terjadi sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain akibat mikol, ini juga akan mengancam produsen mikol di Indonesia. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/