RadarBali.com – Sektor pariwisata, seni, dan budaya tampaknya masih menjadi senjata andalan menghasilkan pundi-pundi uang.
Hal itulah yang tampak pada pertemuan tujuh raja dan sultan nusantara di Bali, Sabtu (19/8) kemarin.
Hingga Jumat (25/8) ketujuh kerajaan bergiliran menyajikan pagelaran budaya masing-masing. Tujuannya untuk menggaet wisatawan mancanegara dan investor asing.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, para raja dan sultan dari berbagai daerah itu berkumpul sembari merayakan Hari Ulang Tahun ke-72 Republik Indonesia.
Tujuh kerajaan dan kesultanan itu bersatu padu dalam “Timeless Indonesia Festival” di Pantai K-Land, Desa Kelan, Kabupaten Badung, Bali.
Ketua Yayasan Konderatu Herlinda Siahaan mengatakan, Timeless Indonesia Festival ini dilakukan untuk memperkenalkan destinasi lain yang baru di Nusantara di luar Bali.
Tujuannya, Bali ingin membantu destinasi wisata lain agar lebih dikenal oleh pelancong mancanegara.
“Kami mengundang 400 turis dari China. Dari jumlah tersebut terdapat 88 investor dari beberapa negara. Itu dimaksudkan agar mereka bisa melihat kekayaan Indonesia,” ungkapnya.
Dia menjelaskan untuk saat ini, sebanyak 7 kerajaan dan kesultanan yang hadir. Kerajaan Sumedang Larang, Kerajaan Buleleng, Kerajaan Klungkung, Kesultanan Deli, Kedatuan Luwu, Kerajaan Bulungan Kalimantan Utara, dan Kesultanan Cirebon.
Rencananya festival serupa akan kembali digelar pada Maret 2018 dengan menggandeng 7 kerajaan dan kesultanan yang berbeda.
Festival tersebut bakal digelar rutin hingga 5 tahun mendatang. Targetnya jumlah turis yang datang ke destinasi lain di Nusantara bisa menembus setengah dari kunjungan wisatawan asing ke Bali.
“Bali tidak pernah kekurangan turis. Kehadiran investor diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali dan nasional,” tuturnya.
Raden Guy Lesmanasadu Syafaruddin, Ketua Rukun Wargi atau Kerajaan Sumedang Larang, menuturkan kebudayaan harus terus hidup. Kerajaan Sumedang Larang menurutnya merupakan kelanjutan dari Kerajaan Padjadjaran.
“Kami datang hampir 100 keluarga dari Sumedang. Sumedang menjadi pusat kebudayaan Sunda. Kita kaya akan budaya sehingga dapat mendatangkan turis asing yang dapat meningkatkan perekonomian,” ucapnya.
Senada, Ida Dalem Semara Putra, Raja Klungkung Bali, mengungkapkan festival ini dimaksudkan untuk membantu mempromosikan destinasi wisata di luar Bali, supaya diketahui oleh wisatawan mancanegara.
“Kami tuan rumah. Kami akan kembangkan pariwisata terutama di Nusa Penida yang belum banyak diketahui,” paparnya.
Herlinda Siahaan menambahkan, Yayasan Konderatu selaku penyelenggara, ingin mengulang kesuksesan pelaksanaan TIF pada 2014.
Acara ini berfungsi sebagai ajang promosi pariwisata bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. “Seni budaya dan pameran sejarah merupakan daya tarik yang sangat besar dan penting untuk pengembangan pariwisata,” ujar Herlinda.
Isu yang terus perlu dipupuk terkait “Bhineka Tunggal Ika”, dipilih menjadi tema TIF tahun ini. Sebab, pada dasarnnya diperlukan semangat kebangsaan yang tinggi untuk lebih mempersatukan Bangsa Indonesia di tengah-tengah tantangan baik dari dalam dan luar negeri.
Selain pertunjukan dari tujuh kesultanan dan kerajaan, TIF juga akan dimeriahkan dengan pameran kebudayaan “Gallery Gerbang Nusantara”.
Di dalamnya terdapat pameran benda-benda bersejarah, pameran UKM dari tiap-tiap provinsi, pameran wisata alam, workshop kerajinan, kuliner Nusantara dan talk show seni dan budaya.
Pameran di Gallery Gerbang Nusantara mengutamakan pameran destinasi pariwisata setiap provinsi. Direncanakan pada TIF III yang akan digelar Maret 2018 sudah dapat diikuti oleh 34 Provinsi di Indonesia.