33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 14:10 PM WIB

Siapkan Tim Laba-Laba Pasang Ekor GKW, Ini Tantangan Paling Berat…

MANGUPURA – Terpaan angin kencang dan udara dingin menjadi tantangan yang harus ditaklukkan 200 pekerja proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, Badung.

Sebab, kondisi angin kencang dan suhu udara dingin yang melanda belakangan ini sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan para pekerja.

Yup, bekerja di atas ketinggian 271 mdpl, para pekerja merasakan langsung dampak angin kencang. Para pekerja kesulitan memasang modul atau bidang yang luas karena angin terlalu kencang.

Untuk menyiasati itu, pemasangan modul harus dilakukan subuh ketika angin belum terlalu kencang. Arsitek GWK Nyoman Nuarta menyebut hal itu sebagai hambatan alam.

Diakui Nuarta, beberapa bekerja sakit karena tidak kuat menahan suhu dingin dan angin kencang.

“Anak-anak (pekerja) ada saja yang sakit. Entah itu flu, masuk angin, dan lainnya karena cuaca seperti sekarang. Tapi, semoga semua selamat sampai selesai,” ujarnya.  

Nah, di tengah cuaca yang tidak bersahabat itu para pekerja harus menyelesaikan pengerjaan bagian ekor burung garuda.

Bagian ekor burung ini menurut Nuarta merupakan bagian terberat. Bagian ekor adalah bagian tertinggi patung dengan lebar 40 meter. Posisi ekor juga menjuntai sepanjang 30 meter.

Pekerja harus menyambung bidang atau modul tembaga secara hati-hati. Hari Senin besok sudah mulai pemasangan ekor bagian depan atas.

Yang menarik, untuk penyambungan modul itu Nuarta memiliki tim khusus yang disebut tim laba-laba atau spiderman. Tim ini bergerak menyelesaikan bidang luar.

“Tim laba-laba ini harus punya nyali dan posisinya harus prima,” ungkapnya. Para pekerja juga harus memasang pipa khusus untuk memperkuat bagian sayap burung supaya tahan terhadap embusan angin kencang.

Ditanya progress pemasangan saat ini, Nuarta memperkirakan sekitar 91 persen. Hal itu sesuai dengan pemasangan kulit patung.

Dari luas total kulit patung 2,5 hektare 25.000 meter persegi, masih kurang 1.500 meter yang belum terpasang.

Tantangan lain yaitu kecepatan angin rata-rata 12 km/jam. Sementara crane atau alat yang digunakan memasang modul tidak bisa beroperasi lebih dari 10 km/jam.

Ketika melebihi 10 km/jam, maka crane otomatis berhenti. “Makanya menaikkan modul harus subuh-subuh. Kalau tidak angin sudah kencang,” beber pria 66 tahun itu.

Saat ditanya Oktober nanti hajatan pertemuan negara-negara anggota IMF dan World Bank di Nusa Dua akan menggunakan GWK, Nuarta menjawanya dengan nada datar.

“GWK sudah tidak milik saya lagi. Mungkin, Oktober mau buat acara IMF saya tidak diperlukan lagi,” pungkasnya.

MANGUPURA – Terpaan angin kencang dan udara dingin menjadi tantangan yang harus ditaklukkan 200 pekerja proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Ungasan, Kuta Selatan, Badung.

Sebab, kondisi angin kencang dan suhu udara dingin yang melanda belakangan ini sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan para pekerja.

Yup, bekerja di atas ketinggian 271 mdpl, para pekerja merasakan langsung dampak angin kencang. Para pekerja kesulitan memasang modul atau bidang yang luas karena angin terlalu kencang.

Untuk menyiasati itu, pemasangan modul harus dilakukan subuh ketika angin belum terlalu kencang. Arsitek GWK Nyoman Nuarta menyebut hal itu sebagai hambatan alam.

Diakui Nuarta, beberapa bekerja sakit karena tidak kuat menahan suhu dingin dan angin kencang.

“Anak-anak (pekerja) ada saja yang sakit. Entah itu flu, masuk angin, dan lainnya karena cuaca seperti sekarang. Tapi, semoga semua selamat sampai selesai,” ujarnya.  

Nah, di tengah cuaca yang tidak bersahabat itu para pekerja harus menyelesaikan pengerjaan bagian ekor burung garuda.

Bagian ekor burung ini menurut Nuarta merupakan bagian terberat. Bagian ekor adalah bagian tertinggi patung dengan lebar 40 meter. Posisi ekor juga menjuntai sepanjang 30 meter.

Pekerja harus menyambung bidang atau modul tembaga secara hati-hati. Hari Senin besok sudah mulai pemasangan ekor bagian depan atas.

Yang menarik, untuk penyambungan modul itu Nuarta memiliki tim khusus yang disebut tim laba-laba atau spiderman. Tim ini bergerak menyelesaikan bidang luar.

“Tim laba-laba ini harus punya nyali dan posisinya harus prima,” ungkapnya. Para pekerja juga harus memasang pipa khusus untuk memperkuat bagian sayap burung supaya tahan terhadap embusan angin kencang.

Ditanya progress pemasangan saat ini, Nuarta memperkirakan sekitar 91 persen. Hal itu sesuai dengan pemasangan kulit patung.

Dari luas total kulit patung 2,5 hektare 25.000 meter persegi, masih kurang 1.500 meter yang belum terpasang.

Tantangan lain yaitu kecepatan angin rata-rata 12 km/jam. Sementara crane atau alat yang digunakan memasang modul tidak bisa beroperasi lebih dari 10 km/jam.

Ketika melebihi 10 km/jam, maka crane otomatis berhenti. “Makanya menaikkan modul harus subuh-subuh. Kalau tidak angin sudah kencang,” beber pria 66 tahun itu.

Saat ditanya Oktober nanti hajatan pertemuan negara-negara anggota IMF dan World Bank di Nusa Dua akan menggunakan GWK, Nuarta menjawanya dengan nada datar.

“GWK sudah tidak milik saya lagi. Mungkin, Oktober mau buat acara IMF saya tidak diperlukan lagi,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/