25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:24 AM WIB

Tanah Ampo Batal Jadi Pelabuhan Cruise, Benoa Jadi Alternatif

DENPASAR – Wacana menjadikan Pelabuhan Tanah Ampo, Karangasem sebagai pusat pelabuhan berlabuhnya cruise atau kapal pesiar di Bali hampir pasti gagal terwujud.

Sebab, Komisi III DPRD Bali yang membidangi ekonomi condong terhadap Pelabuhan Benoa. Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba.

Dijelaskan Tamba, untuk mempercepat Pelabuhan Benoa menjadi pusat bersandarnya kapal pesiar maka seharusnya segera berbenah.

Politikus asal Jembrana itu meminta penataan kawasan pelabuhan seperti penataan kawasan wisata di Nusa Dua.

Selain penataan pelabuhan, infrastruktur juga harus dilakukan sehingga mendukung penuh pelabuhan Benoa menjadi pusat berlabuhnya kapal pesiar.

“Semuanya harus ditata ulang. Infrastruktur harus dibenahi, penghijauan dan lingkungan yang asri juga harus diperhatikan. Tidak seperti sekarang ini, penuh dengan debu dan gersang,” kata Tamba kemarin (2/8).

Tamba mengungkapkan, meski saat ini Pelabuhan Benoa dikelola Pelindo III, jangan sampai nasibnya sama dengan pengelolaan Bandara Ngurah Rai. Bali tidak mendapatkan kontribusi apa-apa.

Dengan wacana gubernur terpilih Wayan Koster melakukan perubahan terhadap UU yang mengatur tentang pembentukan daerah Provinsi Bali,

menurut Tamba, akan ada celah untuk mendapatkan kontribusi dari pengelolaan Pelabuhan Benoa maupun Bandara Ngurah Rai.

Meskipun nantinya akan dijadikan pusat pelabuhan kapal pesiar, Tamba meminta tetap dapat memberikan pelayanan sebagai pelabuhan niaga dan juga melayani angkutan penumpang orang dan barang.

Namun, khusus untuk curah semen tidak diperbolehkan dan harus bebas dari bongkar semen. Pelabuhan barang nantinya bisa dipusatkan di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng.

Saat ini digunakan untuk bersandarnya kapal-kapal yang membawa muatan batubara untuk pembangkit listrik.

Tamba menilai keberadaan energi listrik di Bali apalagi Bali sebagai daerah tujuan wisata sama sekali tidak cocok mempergunakan bahan bakar batubara.

Dampaknya sangat besar pada kerusakan lingkungan dan biota laut. “Di Buleleng sudah terjadi kerusakan lingkungan dan pembangkit listrik mempergunakan

batubara sudah mengubah kondisi lingkungan menjadi panas yang luar biasa. Bali harus mempergunakan energi yang lebih ramah lingkungan,” tukasnya.

DENPASAR – Wacana menjadikan Pelabuhan Tanah Ampo, Karangasem sebagai pusat pelabuhan berlabuhnya cruise atau kapal pesiar di Bali hampir pasti gagal terwujud.

Sebab, Komisi III DPRD Bali yang membidangi ekonomi condong terhadap Pelabuhan Benoa. Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi III DPRD Bali, I Nengah Tamba.

Dijelaskan Tamba, untuk mempercepat Pelabuhan Benoa menjadi pusat bersandarnya kapal pesiar maka seharusnya segera berbenah.

Politikus asal Jembrana itu meminta penataan kawasan pelabuhan seperti penataan kawasan wisata di Nusa Dua.

Selain penataan pelabuhan, infrastruktur juga harus dilakukan sehingga mendukung penuh pelabuhan Benoa menjadi pusat berlabuhnya kapal pesiar.

“Semuanya harus ditata ulang. Infrastruktur harus dibenahi, penghijauan dan lingkungan yang asri juga harus diperhatikan. Tidak seperti sekarang ini, penuh dengan debu dan gersang,” kata Tamba kemarin (2/8).

Tamba mengungkapkan, meski saat ini Pelabuhan Benoa dikelola Pelindo III, jangan sampai nasibnya sama dengan pengelolaan Bandara Ngurah Rai. Bali tidak mendapatkan kontribusi apa-apa.

Dengan wacana gubernur terpilih Wayan Koster melakukan perubahan terhadap UU yang mengatur tentang pembentukan daerah Provinsi Bali,

menurut Tamba, akan ada celah untuk mendapatkan kontribusi dari pengelolaan Pelabuhan Benoa maupun Bandara Ngurah Rai.

Meskipun nantinya akan dijadikan pusat pelabuhan kapal pesiar, Tamba meminta tetap dapat memberikan pelayanan sebagai pelabuhan niaga dan juga melayani angkutan penumpang orang dan barang.

Namun, khusus untuk curah semen tidak diperbolehkan dan harus bebas dari bongkar semen. Pelabuhan barang nantinya bisa dipusatkan di Pelabuhan Celukan Bawang, Buleleng.

Saat ini digunakan untuk bersandarnya kapal-kapal yang membawa muatan batubara untuk pembangkit listrik.

Tamba menilai keberadaan energi listrik di Bali apalagi Bali sebagai daerah tujuan wisata sama sekali tidak cocok mempergunakan bahan bakar batubara.

Dampaknya sangat besar pada kerusakan lingkungan dan biota laut. “Di Buleleng sudah terjadi kerusakan lingkungan dan pembangkit listrik mempergunakan

batubara sudah mengubah kondisi lingkungan menjadi panas yang luar biasa. Bali harus mempergunakan energi yang lebih ramah lingkungan,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/