Oleh: Dahlan Iskan
Pendaftaran calon presiden ditutup kemarin sore: Presiden Partai Keadilan Rakyat, PKR. Pendaftarnya hanya satu: Dr Anwar Ibrahim.
Persoalan ringan muncul: apakah berarti sejak kemarin Anwar sudah resmi jadi presiden PKR. Atau tetap nunggu. Sampai tanggal pemilu partai yang sudah ditetapkan: selama sembilan minggu mulai September nanti. Untuk dipilih oleh 900 ribu anggota partai.
Mulai kapan pun sebenarnya juga tidak ada kerumitan. Toh presidennya yang sekarang istri Anwar sendiri: Wan Azizah. Sang istri pula yang minta Anwar maju ke pencalonan.
Bahkan sang istri tahu: kepresidenannya waktu itu hanya karena suaminya lagi di penjara. Tetap suaminya pula presiden yang sebenarnya.
Anwar sendiri tidak datang ke tempat pendaftaran. Diwakili tokoh PKR Sim Tze Tzin.
Tapi Anwar sudah pulang ke Malaysia. Setelah tiga minggu tinggal di Turki. Untuk menjalani operasi saraf di punggungnya.
Anwar juga sudah tampak melayat. Di rumah anggota DPR yang meninggal dunia: Eddie Ng Tien Chee. Diteruskan dengan kampanye. Untuk mendukung calon penggantinya. Memang tangan kanan Anwar masih digendong. Diikat dengan penggendong di bahunya. Tapi Anwar tampak segar.
Operasinya sangat sukses.
Dulu banyak yang mengira ini: Anwar langsung jadi perdana menteri. Saat Pakatan Harapan memenangkan Pemilu 9 Mei lalu. Tapi seorang perdana menteri harus anggota DPR. Anwar tidak. Saat Pemilu itu Anwar masih di dalam penjara. Isterinyalah yang jadi anggota DPR. Dan putrinya.
Anwar sendiri kelihatan tidak kesusu. Bisa saja istrinya mundur dari anggota DPR. Lalu diadakan Pemilu susulan. Khusus untuk dapil istrinya itu. Yang dulu juga dapilnya Anwar.
Dipastikan Anwar akan menang mudah. Lalu jadi perdana menteri.
Menggantikan Mahathir Muhamad. Yang sudah 93 tahun. Kalau Mahathir mau. Tapi Anwar yang justru tidak mau. Biar pun orang mengira Anwar masih sangat dendam pada Mahathir. Yang dulu memecatnya. Dari jabatan Wakil Perdana Menteri. Dan memenjarakannya. Dengan tuduhan sodomi.
Kenyataannya Anwar sangat mendukung Mahathir. Setiap ada yang mengkritik Mahathir Anwar selalu membela.
Demikian juga saat diajukan padanya petanyaan ini: apakah akan memberi waktu Mahathir dua tahun? Anwar menjawab tegas: tidak ada frame waktu seperti itu.
”Begitu ada frame waktu dua tahun kepemimpinan pak Mahathir tidak akan effektif,” kata Anwar.
Maka, katanya, jangan ada pikiran kapan pergantian itu. ”Beri beliau kepercayaan untuk bekerja,” tambahnya.
Anwar sangat matang. Memimpin di era sekarang sungguh tidak nyaman. Ini era reformasi yang sangat labil. Persis posisi yang dipegang Pak Habibie. Biar pun berhasil membuat rupiah jadi Rp 8 ribu dianggap gagal. Biarpun menjadi pelopor kebebasan pers tetap dihujat.
Anwar kayaknya akan tampil justru saat semua kerikil tajam diratakan oleh Mahathir. Mahathir beda dengan nasib Habibie. Pernah memimpin Malaysia begitu lama. Dengan suksesnya. Sedang pak Habibie dalam posisi menerima ‘hadiah’ kepresidenan itu. Dari pak Harto.
Pemimpin memang punya waktunya sendiri. Juga sejarahnya sendiri. Baik maupun buruk. (Dahlan Iskan)