SINGARAJA- Musim kemarau panjang yang terjadi di wilayah Buleleng dan sekitarnya mempengaruhi sumber mata air yang dikelola PDAM Buleleng.
Debit sumber mata air mengalami penurunan drastis mencapai 120 liter atau sekitar 17 persen. Akibatnya air PDAM kecrat kecrit.
Dirut PDAM Buleleng I Made Lestariana mengatakan, sepanjang musim kemarau tahun ini, debit air di sejumlah sumber air yang dikelola PDAM Buleleng mengalami penurunan.
Penurunan debit itu pun bermacam-macam di tiap sumber mata air.
“Saat ini produksi air bersih hanya tinggal 589 liter per detik dari semula rata-rata produksi mencapai 709 liter per detik,” jelas Lestariana.
Meski begitu, Lestariana menjamin pasokan air bersih bagi pelanggan tetap memadai. “Untuk sementara ini kami bisa atur lewat pengaturan valve yang ada.
Sebenarnya produksi kami melebihi kebutuhan.
Tapi dengan penurunan debit ini, jumlah produksinya hampir sama dengan kebutuhan masyarakat,” kata Lestariana, Kamis (9/8).
Dikatakan, akibat penurunan produksi air bersih, berpengaruh terhadap distribusi.
Seperti di sisi selatan Kota Singaraja, menurut Lestariana, terkadang mengalami gangguan layanan pada pagi dan sore hari.
Sebab pada beban puncak air bersih lebih banyak digunakan di wilayah utara Buleleng.
Pihaknya pun menghimbau agar masyarakat menampung air di luar beban puncak pada pagi dan sore hari.
“Sistem distribusi kami masih menggunakan pompa, jadi berpengaruh pada pelanggan yang tinggal di daerah ketinggian. Kami harap warga bisa bijak menggunakan air dan menampung air di luar beban puncak,” harapnya.
Mengantisipasi terjadinya gangguan berkepanjangan, Lestariana mengaku PDAM Buleleng tengah mengkaji untuk menambah tiga sumber air.
Pertama sumur dalam yang ada di Desa Tinga-Tinga, sumur dalam di Desa Kubutambahan, serta sumur dalam di Desa Pangkung Paruk.