AMLAPURA – Kematian penyandang difabel Ni Wayan Parwati alias Anjeli, 37, saat mengibarkan bendera merah putih di perairan wisata Liberty Tulamben, Banjar Dinas Tulamben, Kubu, menyisakan cerita syahdu.
Kematian korban begitu cepat, tanpa ada yang menduga sebelumnya. Padahal, kondisi fisik almarhumah sebelum diving untuk mengibarkan bendera merah putih dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI cukup bagus.
Ni Wayan Parwati diketahui berasal dari Banjar Dinas Rame, Desa Kusumba, Klungkung. Dia tergabung dalam Komunitas Difable Love Mother Nature Difable Dive Club.
Almarhumah secara fisik memiliki tinggi 152 cm, dan kaki kiri lebih kecil dari pada kaki kanan.
Oleh Trans TV, almarhumah bersama anggota komunitas diajak menyelam untuk mengibarkan bendera merah putih yang nanti tayang di program My Trip My Adventure.
Ada tujuh orang yang melakukan penyelaman saat itu. Yakni Vero (artis), Inka (artis), Delano (artis), Ni Kadek Candrawasih yang juga ketua Komunitas Difable,
I Nyoman Astawa anggota komunitas difable, I Wayan Sugianta, dan almarhumah Ni Wayan Parwati alias Anjeli.
Saat penyelaman mereka mengajak sembilan orang guide pendamping. Masing-masing I Nengah Mangku Putu, Kadek Ari,
I Ketut Sudarma (pendamping korban), I Made Darma, I Made Teja, I Nyoman Suastika, I Gede Wawan, I Ketut Antara, dan I Komang Kerta.
Sebelum diving, I Nengah Mangku Putu selalu guide instruktur memberikan penjelasan kepada peserta diving.
Kemudian diving mulai dilakukan pukul 10.00 wita. Acara ini sendiri digelar dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI.
Waktu itu para penyelam berada pada kedalaman 6 meter dan langsung dilakukan pengibaran bendera merah putih selama 13 menit.
Saat itu korban menyatakan dalam kode diving kalau dirinya baik baik saja. “Korban sempat memberi kode kalau kondisinya baik baik saja,” ujar Kapolsek Kubu AKP Made Suadnyana.
Selanjutnya korban sempat berkeliling ke seputaran pengibaran bendera selama 10 menit. Seteleh melakukan pengibaran bendera korban dan peserta lainya juga tidak ada masalah.
Lalu guide pendamping mengajak korban untuk naik. Saat itu korban juga memberikan kode kalau dalam kondisi baik baik saja.
Namun, setelah sampai di permukaan air, I Ketut Sudarma guide pendamping korban bertanya tentang kondisi korban. Tapi, korban tidak menjawab.
Sudarma sempat memegang korban dan kondisinya sudah lemas. Lalu Sudarma meminta bantuan ke guide pendamping lainnya untuk melakukan evakuasi.
Korban sempat mendapat pertolongan pertama di pantai selama 15 menit. Karena tidak ada perkembangan korban di larikan ke Puskesmas Kubu I.
Di Puskesmas korban ditangani dr I Ketut Agus Muliadi Artawan dan korban dinyatakan telah meninggal dunia.
Jenazah almarhumah langsung dibawa ke rumah duka dan diterima suami korban I Wayan Sugianto.
Keluarga korban sendiri sudah mengikhlaskan kepergian korban dan tidak mengijinkan dilakukan otopsi terhadap jenazahnya.