29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:11 AM WIB

Selamat dari Reruntuhan Setelah Batal Ngumpul di Lounge

Meski pahit, banyak hikmah sekaligus pengalaman tak terlupakan yang  bisa dipetik Anne Febrita dan rombongan PWC Jakarta.

Disela keceriaan wisata ke Lombok, ia justru terjebak dalam kondisi yang sangat sulit. 

Butuh semangat dan perjuangan untuk tetap survive. 

Bertahan hidup melawan rasa dingin, lapar, dari musibah gempa susulan dan ancaman kabar tsunami, Minggu (5/8) lalu.

DIDIK DWI PRAPTONO, Denpasar  

RASA mual yang hebat akibat sakit maag kambuh masih dirasakan Anne, sesaat setelah ia dan rombongan tiba di Dermaga Bounty Cruise Pelabuhan Benoa Bali, Selasa (7/8) pukul 01.43 Wita. 

Suhu udara dini hari yang begitu dingin, juga membuat putri ketiga dari pasangan asal Jakarta, Arifin Anwar dan Endang Pudjiati, ini terlihat sedikit pucat.  

Namun yang mengagumkan, ditengah kondisi buruk yang menimpa dirinya saat itu, Anne tetap mencoba ingin terlihat tegar. 

Bahkan, ia juga tak ingin kedua orang tuanya sedih dan was-was.

 “Anne nggak mau papi dan mami panik. Anne baik-baik saja kok,”ujar Anne mencoba untuk tetap terlihat kuat.

Meski wajahnya terlihat sangat pucat, lagi-lagi Anne tetap mengatakan dia baik-baik saja. 

Usai tiba dan dikumpulkan oleh  pihak agent di depan kantor Bounty Cruise, Anne bersama rombongan kemudian diangkut dengan bus menuju hotel. 

Namun, dalam perjalanan ke hotel, Anne terlebih dulu diajak menuju pusat oleh-oleh untuk membeli pakaian ganti.  

“Bersyukur kami akhirnya bisa ganti pakaian setelah dua hari tidak mandi,”kenang Anne.

Kemudian setelah beberapa jam beristirahat di hotel, akhirnya sekitar pukul 14.30, Anne dan rombongan di terbang menuju Jakarta dengan menggunakan Pesawat Garuda Indonesia GA.653. 

Keharuan pun kembali pecah saat keluarganya menyambut kedatangan Anne dan rombongan di bandara.

Butuh waktu untuk Anne bisa menceritakan kejadian yang nyaris merenggut nyawa dirinya dan teman-temannya, itu ke keluarganya.  

Dibalik cerita menyedihkan, itu Anne juga mengaku tetap bersyukur. 

Bersyukur karena Tuhan masih memberikan perlindungan.

“Padahal 15 menit sebelum gempa, Anne dan rombongan rencananya berkumpul di lounge dekat lobi hotel. 

Kalau jadi berkumpul, kita nggak tahu jadinya akan seperti apa karena semua bangunan lobi dan lounge roboh dan ambruk,”kenang Anne.
Bahkan, saat mengungsi ke bukit, ada kejadian yang jarang ia lihat. 

“Saat kami mengungsi, Anne melihat ada ribuan bintang, dan sesekali jatuh menghilang. 

Pudji Tuhan kami semua masih diberikan keselamatan,”pungkasnya sambil berucap syukur.  

Meski pahit, banyak hikmah sekaligus pengalaman tak terlupakan yang  bisa dipetik Anne Febrita dan rombongan PWC Jakarta.

Disela keceriaan wisata ke Lombok, ia justru terjebak dalam kondisi yang sangat sulit. 

Butuh semangat dan perjuangan untuk tetap survive. 

Bertahan hidup melawan rasa dingin, lapar, dari musibah gempa susulan dan ancaman kabar tsunami, Minggu (5/8) lalu.

DIDIK DWI PRAPTONO, Denpasar  

RASA mual yang hebat akibat sakit maag kambuh masih dirasakan Anne, sesaat setelah ia dan rombongan tiba di Dermaga Bounty Cruise Pelabuhan Benoa Bali, Selasa (7/8) pukul 01.43 Wita. 

Suhu udara dini hari yang begitu dingin, juga membuat putri ketiga dari pasangan asal Jakarta, Arifin Anwar dan Endang Pudjiati, ini terlihat sedikit pucat.  

Namun yang mengagumkan, ditengah kondisi buruk yang menimpa dirinya saat itu, Anne tetap mencoba ingin terlihat tegar. 

Bahkan, ia juga tak ingin kedua orang tuanya sedih dan was-was.

 “Anne nggak mau papi dan mami panik. Anne baik-baik saja kok,”ujar Anne mencoba untuk tetap terlihat kuat.

Meski wajahnya terlihat sangat pucat, lagi-lagi Anne tetap mengatakan dia baik-baik saja. 

Usai tiba dan dikumpulkan oleh  pihak agent di depan kantor Bounty Cruise, Anne bersama rombongan kemudian diangkut dengan bus menuju hotel. 

Namun, dalam perjalanan ke hotel, Anne terlebih dulu diajak menuju pusat oleh-oleh untuk membeli pakaian ganti.  

“Bersyukur kami akhirnya bisa ganti pakaian setelah dua hari tidak mandi,”kenang Anne.

Kemudian setelah beberapa jam beristirahat di hotel, akhirnya sekitar pukul 14.30, Anne dan rombongan di terbang menuju Jakarta dengan menggunakan Pesawat Garuda Indonesia GA.653. 

Keharuan pun kembali pecah saat keluarganya menyambut kedatangan Anne dan rombongan di bandara.

Butuh waktu untuk Anne bisa menceritakan kejadian yang nyaris merenggut nyawa dirinya dan teman-temannya, itu ke keluarganya.  

Dibalik cerita menyedihkan, itu Anne juga mengaku tetap bersyukur. 

Bersyukur karena Tuhan masih memberikan perlindungan.

“Padahal 15 menit sebelum gempa, Anne dan rombongan rencananya berkumpul di lounge dekat lobi hotel. 

Kalau jadi berkumpul, kita nggak tahu jadinya akan seperti apa karena semua bangunan lobi dan lounge roboh dan ambruk,”kenang Anne.
Bahkan, saat mengungsi ke bukit, ada kejadian yang jarang ia lihat. 

“Saat kami mengungsi, Anne melihat ada ribuan bintang, dan sesekali jatuh menghilang. 

Pudji Tuhan kami semua masih diberikan keselamatan,”pungkasnya sambil berucap syukur.  

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/