SINGARAJA – Pemerintah bakal merekonstruksi tari cendrawasih. Tari yang diciptakan mendiang Gde Manik itu disebut memiliki sejumlah perbedaan dengan tari cendrawasih yang ada kini.
Saat ini tari cendrawasih memang cukup dikenal dan kerap dipentaskan pada acara-acara formal. Tari cendrawasih yang kini jamak dipentaskan merupakan ciptaan dari Swasti Wijaya Bandem.
Tari ini dibawakan oleh dua orang penari dengan pakaian yang benar-benar mirip dengan burung cendrawasih.
Berbeda dengan tari cendrawasih ciptaan Gde Manik. Tari ini dibawakan oleh penari tunggal. Selain itu, durasinya cukup panjang.
Pakaian penarinya pun lebih mirip dengan Tari Truna Jaya. Sementara dari sisi tabuh, sangat mengeksplorasi ciri kekebyaran dangin enjung.
Saat ini hanya ada seorang penari saja yang bisa memainkan tari cendrawasih gaya Gde Manik. Dia adalah Ni Luh Menek, penari kelahiran tahun 1939 silam yang notabene murid dari maestro tari Gde Manik.
Sebenarnya Luh Menek sempat menarikan tari cendrawasih gaya Gde Manik pada acara Konferensi dan Festival Internasional Bali Utara II yang diselenggarakan di Auditorium Undiksha Singaraja, pada Agustus 2013 silam.
Saat itu Luh Menek tampil tunggal dan diiringi tabuh dari Sekaa Gong Eka Wakya Banjar Paketan. Sayangnya penampilan malam itu tak banyak didokumentasikan, sehingga kini kembali dilupakan.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang mengatakan, pemerintah memang berusaha melakukan penjajagan kembali terhadap tari-tari Buleleng yang sempat punah.
Salah satunya tari cendrawasih. Pemerintah telah melakukan penjajagan dengan Luh Menek, dengan harapan Luh Menek bersedia menjadi pelatih tari dalam proses rekonstruksi itu.
“Kami sudah melakukan penjajagan pada beliau, dan beliau juga memberikan apresiasi positif. Rencananya kami akan mulai dengan
symposium untuk merunut sejarah, bentuk tarian, model, pakaian, dan pakemnya seperti apa. Tahun depan kita sudah mulai jalan,” kata Gede Komang.
Nantinya pemerintah juga akan melakukan kerjasama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk melakukan kajian secara akademik. Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha juga disebut sudah siap melakukan kajian mengenai tarian tersebut.
“Sebenarnya kalau dari sisi cerita, tidak jauh beda dengan tari cendrawasih yang ada sekarang ini.
Perbedaan mencolok itu hanya dari jumlah penari. Target kami, tahun depan tari ini harus sudah selesai direkonstruksi,” tandasnya.