AMLAPURA – Ketut Putra Ismaya menjadi tamu spesial di Balai Sabha Desa Adat Asak, Kedesaan Pertima, Kecamatan Karangasem, Minggu (19/8) siang.
Saking spesialnya, calon anggota DPD RI Dapil Bali periode 2019-2024 itu diberikan kesempatan “munggah” atau menaiki sebuah singa berwarna merah yang oleh penduduk adat setempat disebut Singa Barong.
Singa merah yang merupakan wadah atau tempat tulang dalam upacara Pitra Yadnya dan Atma Wedana ini diarak ke Setra Adat Asak yang berjarak kurang lebih 200 meter.
Bendesa Adat Asak, Jro Dukuh Ketut Suta, 50, mengatakan seluruh sawa atau jenazah dalam ritual upacara nyekah massal yang diikuti 270 sawa orang dewasa dan 49 sawa bayi (Ngelungah, red) diletakkan di perut singa sebelum dibakar atau diaben di setra adat setempat.
Terkait kesempatan kepada Ismaya menaiki “wadah petulangan” berwujud singa merah, Jro Bendesa menyebut karena Ismaya adalah sosok yang akan berjuang demi Bali.
Jelasnya, masyarakat Adat Asak antusias mendukung sosok yang mengusung tagline “Ngiring Sareng Ngayah Nindihin Gumi Bali”.
“Ini bukan urusan politik. Ini urusan hati. Kesempatan bagi sosok yang akan nindihin Gumi Bali,” tegas Ketut Suta.
Imbuhnya, Upacara Atma Wedana massal ini mampu meringankan beban masyarakat. Per sawa warga hanya mengeluarkan biaya Rp 3 juta.
Yang tidak memiliki sawa dikenakan iuran Rp 100 ribu. Tegas sang bendesa, ritual yang disiapkan selama 3 bulan itu berjalan lancar berkat semangat “ngayah”.
Lebih lanjut, pemuka adat yang pernah menjadi Ketua Brigas atau Barisan Gunung Agung Bersatu itu sangat antusias menjelaskan sosok Ismaya alias Keris.
Jro Dukuh Ketut Suta menyebut Ismaya merupakan kawan sekaligus orang yang matang di jalanan.
“Ismaya sahabat, kawan. Saya siap memenangkan Ismaya. Dia orang yang sudah matang di jalan,” ucap pria yang juga Ketua Pasupati Bali itu.
Tentang dukungan terhadap sosok Keris yang mengusung visi menjadikan Bali sejahtera, beragam, dan bertaksu, Jro Bendesa menggaransi 90 persen suara dari total 1.300 warga Desa Adat Asak, Karangasem.
“Warga 90 persen saya garansi memilih Ismaya,” tegas pria yang mengaku mengenal Ismaya sejak tahun 2001 itu.
Kenapa memilih Ismaya? Jro Bendesa memberikan jawaban menarik. Ismaya tegasnya sudah matang di lumpur.
“Kalau tidak tahu lumpur mana bisa nyetak bata dan menjadikannya rumah yang indah,” tegasnya. Dirinya menyebut siapapun yang matang di lumpur alias
tempat penuh derita dan perjuangan akan lahir sebagai pemimpin yang paham masalah rakyat. “Saya mengenal betul Ismaya. Dia mau turun ke bawah. Tidak hanya sekadar berteori,” imbuhnya.
Ismaya menyambut dukungan masyarakat Desa Asak dengan penuh suka cita. Berbekal niat yang tulus ikhlas Ismaya mengaku akan berjuang dengan gigih.
“Ini penghargaan bagi saya. Suksema ping banget bagi para tetua adat Desa Adat Asak. Ini momentum sakral. Saya sangat berterima kasih,” tegasnya.
Tentang dukungan masyarakat Desa Adat Asak, Ismaya mengaku siap menang dan siap kalah. “Bila masyarakat menilai saya patut membawa aspirasi mereka ke pusat, saya siap. Demi menjaga taksu Bali,” ungkapnya.
Ismaya menegaskan dirinya tidak akan pernah lelah berjuang agar masyarakat Bali tetap menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri.
“Saya NKRI. Seluruh masyarakat Indonesia boleh tinggal dan bekerja di Bali. Tapi tentu kita harus menjadi tuan rumah di rumah sendiri,” tegasnya sembari memuji antusiasme warga setempat menyukseskan rangkaian upacara ngaben massal tersebut.
Sebelum diarak, Ismaya duduk beralaskan karpet hijau bersebelahan dengan Bupati Karangasem, I Gusti Ayu Mas Sumantri dan sejumlah tokoh adat setempat. (adv)