TABANAN – Puluhan siswi SMPN 2 dan 3 Selemadeg Timur mengalami kerauhan masal usai menari tarian rejang sandat ratu segara.
Mereka kerauhan kali kedua setelah mengalami kerauhan, Sabtu (18/8) lalu. Kerauhan ini terjadi di rumah dan saat mengikuti pelajaran sekolah.
Untuk menetralisir kerauhan, para guru dan pelajar SMPN 2 dan 3 Selemadeg Timur mendatangi Pura Luhur Tanah Lot, Kediri, untuk mepamit (berpamitan) dengan menghanturkan guru piduka.
Kepala Sekolah SMPN 3 Selemadeg Timur Putu Arta Pujangga menuturkan, sebanyak 25 siswi SMPN 3 Selamadeg Timur sebagai penari rajang sandat ratu segara.
Tujuh orang siswa kesurupan saat menari tari rejang sandat ratu segara di Tanah Lor Festival. “Ketujuh siswi tersebut malah kesurupan kembali ketika berada di sekolah.
Seketika berteriak histeris saat sembahyang di pura sekolah. Yang pertama kesurupun siswa kelas IX atas nama Mia.
Kemudian kontak ke siswa lainnya. Mereka serempak mengalami kesurupan,” kata Pujangga saat mengantarkan siswa ke Pura luhur Tanah Lot.
Menurut Pujangga, saat siswinya kesurupan di sekolah meminta agar dibawa ke Pura Luhur Tanah Lot dan Pura Luhur Beji Tanah Lot untuk menghanturkan guru piduka.
Pasalnya, mendengar dari cerita siswi yang kesurupan selalu terdengar gamelan dan nyanyian ratu segara Nyi Roro Kidul.
“Kami yang juga merasa khawatir dengan keadaan siswa yang tidak ada hentinya kesurupan akhirnya berangkat ke pura luhur Tanah Lot untuk mepamit,” tandasnya.
Salah satu siswi SMPN 2 Selemadeg Timur Luh Dina Sri Antari yang juga datang ke pura luhur Tanah Lot mengungkapkan dirinya mengalami kesurupan usai menari tarian rejang sandat ratu segara.
Saat di rumah dirinya masih terus kesurupan. Ada 5 orang teman yang masih kesurupan di rumah dan belum dibawa ke Pura Luhur Tanah Lot.
“Orang tua yang khawatir dan was-was akhirnya langsung mengajak ke Puru Luhur Tanah Lot untuk menghanturkan guru piduka,” ujarnya.
Diakui Sri Antari setiap kali tidur malam sering didatangi roh-roh wanita cantik pengiring ratu pantai selatan yang berpakaian hijau.
“Tidak hanya itu tubuhku sulit dikendali, setiap mendengar gamelan dan nyayian ratu segara seketika ikut menari. Gamelan dan nyanyian itu terus saya ingat tidak dapat dilupakan,” jelasnya.
Di sisi lain orang tua siswi yang enggan disebutkan namannya mengungkapkan pemerintah Tabanan semestinya menyelesaikan masalah ini. Anak yang datang menari dalam kondisi normal. Malah pulang menari kesurupan.
“Kami tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Kami cukup khawatir. Bahkan ada salah satu siswa yang kesurupan juga sempat dirawat di rumah sakit,” tandas orang tua siswi asal Desa Tanggutiti, Selemadeg Timur ini.