RadarBali.com – Keberadaan teknologi sangat membantu petani kakao untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. S
eperti teknologi mesin untuk pemecah buah dan pemisah biji kakao. Salah satu kelompok petani yang memiliki alat ini adalah Kelompok Petani Kakao Banjar Pasatan, Desa Pohsanten, Mendoyo.
Alat tersebut diberikan mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode XV Universitas Udayana di Desa Pohsanten.
Alat pemecah dan pemisah biji kakao dapat meringankan petani kakao dalam proses pemecahan buah kakao. Khususnya jika dalam panen besar.
Karena selama ini petani mengupas kakaknya secara manual. Harapannya, dengan adanya alat ini petani kakao dapat meningkatkan jumlah produksi biji kakao kering.
“Petani juga sudah diajarkan cara mengoperasikan mesinnya,” kata Bella Fresti, sekretaris kelompok KKN PPM periode XV dari Universitas Udayana, Rabu (23/8)
Selain mesin untuk pencacah kakao, kelompok simantri 222 Banjar Muduk, Desa Pohsanten diberikan mesin dual fuel (gasoline and biogas).
Sebenarnya alat tersebut merupakan mesin pembangkit listrik semacam genset. Namun, alat tersebut memiliki keunggulan dalam hal bahan bakar dimana bahan bakar alat tersebut dapat menggunakan biogas ataupun dapat juga menggunakan bensin.
“Kegunaan bisa mengubah energi terbaharukan (biogas) menjadi energi listrik dan energi panas,” jelasnya.
Alat tersebut merupakan hasil penemuan dari dosen Teknik Unud Tjokorda Gede Tirta Nindhi. Untuk alat biogasnya cukup efektif karena dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan genset berbahan bakar biogas dari kotoran ternak sapi.
Mesin ini bisa menghasilkan arus listrik 1000 VA.” Alatnya tergolong praktis karena dapat dipindahkan kemana mana,” pungkansya.