MANGUPURA – Underpass simpang Ngurah Rai yang menjadi proyek penting infrastruktur untuk mendukung pertemuan penting IMF-World Bank di Nusa Dua pada pertengahan Oktober dinyatakan rampung.
Proyek ini diharapkan bisa mengurai kemacetan yang selama ini kerap terjadi. Namun, mengerjakan proyek ini ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII I Nyoman Yasmara, perbedaan secara teknis dengan underpass simpang Dewa Ruci sebenarnya hampir sama.
Hanya saja perbedaan ada pada waktu pelaksanaan yang jauh lebih pendek. Di mana pengerjaan proyek underpass Simpang Ngurah Rai ini memiliki waktu 13 bulan dengan penyelesaian pada akhir Agustus ini.
Sementara dari hambatan sendiri terjadi pada kendala pelaksanaan. Khususnya pada bagian selatan. Ini karena pada bagian selatan sendiri merupakan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
“Alat pengerjaan ini dibatasi, pada ujung runway maksimal ketinggian tiga meter. Dan, yang dibundaran maksimal 18 meter ketinggian.
Sementara alat kita memiliki ketinggian 22 meter dan hanya bisa bekerja Pukul 02.00 dini hari sampai Pukul 07.00 pagi,” terangnya.
Kendalanya juga terjadi pada kabel PLN dan PDAM. Secara area, underpass simpang Ngurah Rai cukup berdekatan dengan laut.
Untuk mengantisipasi adanya banjir rob serta banjir yang diakibatkan oleh air hujan. Mengantisipasi ini, pihaknya telah melakukan peninggian elevasi jalan.
Selain itu disiapkan bak penampungan dengan dimensi 39 x 5,7 meter. “Kami juga siapkan lima mesin pompa yang standby. Apabila terjadi hujan otomatis menyedot air,” tandasnya.