DENPASAR – Pertumbuhan kredit di Bali sepanjang semester 1 tahun 2018 ini mengalami perlambatan.
Meski mengalami pertumbuhan, namun penyaluran kredit jauh lebih besar di banding semester 1 tahun 2017 lalu yang mencapai 6 sampai 7 persen.
Sementara pada semester 1 tahun ini, pertumbuhan kredit di Bali tercatat hanya 4,44 persen dengan nilai mencapai Rp 83,912 triliun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali-Nusa Tenggara, Hizbullah, mengatakan, penyaluran kredit di Bali paling besar ada pada dua sektor, yakni properti dan pariwisata.
Namun, kata dia, sejak 2016 lalu, kondisi properti di Bali mengalami penurunan. “Saya dapat info, harga tanah di Pecatu yang tahun lalu mencapai Rp 1 miliar per are,
sekarang dijual dengan harga Rp 200 juta susah lakunya. Jadi harganya tidak sampai setengah dari tahun sebelumnya,” ujar Hizbullah usai pemaparan kinerja perbankan semester I kemarin.
Akibat sektor properti turun, ini berdampak pada usaha turunannya. Seperti bahan bangunan. “Kalau ini turun, pengajuan kredit kan sepi,” sambungnya.
Peningkatan penyaluran kredit terbesar terjadi di wilayah Buleleng, Klungkung dan Bangli. Sementara untuk penyaluran tertinggi terjadi di Wilayah Denpasar.
Persentase penyalurannya mencapai 54,44 persen, disusul Badung dengan penyaluran kredit 14,40 persen dan Buleleng dengan penyaluran kredit 8,39 persen.
“Tiga sektor yang penyaluran kreditnya paling besar ada pada penerima kredit bukan lapangan usaha, perdagangan besar dan eceran, penyedia akomodasi, makan dan minum,” bebernya.