25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:03 AM WIB

Sempat Kepikiran Pensiun, Serasa Hidup Kembali

Sang Ayu Sidan Wilantari – Ni Made Dwiyanti pada awalnya tidak menduga jika dipercaya kembali untuk memperkuat Indonesia di Asian Games 2018.

Apalagi mereka berdua sempat vakum cukup lama karena fokus untuk mengurus keluarga mereka masing-masing.

 

ALIT BINAWAN, Denpasar

SANG Ayu Sidan/Ni Made Dwiyanti seperti terlahir kembali di Asian Games 2018. Rabu kemarin (29/8) mereka berdua berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di Asian Games 2018.

Bertanding di Padepokan Pencak Silat TMII, Sang Ayu Sidan/Dwiyanti meraup poin tertinggi dan mengalahkan wakil dari Thailand dan Malaysia sebagai runner up serta juara ketiga.

Setelah menjadi juara di Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Thailand pada tahun 2012, keduanya sempat vakum membela Indonesia di kejuaraan pencak silat internasional.

Sang Ayu Sidan istirahat karena dia memiliki anak dari pernikahannya dengan sesama pesilat yakni I Made Dwi Surya Adnyana.

Belum lagi setelah itu tepatnya pada tahun 2016, giliran Ni Made Dwiyanti yang hamil. Pada saat itu, Dwiyanti hamil jelang PON XIX/2016 Jabar dan membuat semua orang kaget.

Apakah mereka bisa ikut di PON kali ini. Apalagi keduanya sangat diharapkan untuk meraih medali emas.

Nyatanya, keduanya sangat siap berlaga kala itu dan medali emas berhasil diraih mereka.

Sang anak dalam kandungan Dwiyanti juga ikut merasakan bagaimana perjuangan sang bunda kala itu.

DI SEA Games 2017 Malaysia, keduanya tidak tampil meskipun nomornya dipertandingkan. Mereka memilih untuk fokus dengan keluarga sementara waktu.

“Tidak menyangka kami bisa ikut Asian Games setelah istirahat cukup lama. Tapi justru keluarga yang menjadi motivasi terbesar kami. Kesempatan yang baik ini tidak boleh kami sia-siakan begitu saja,” ucap Sang Ayu Sidan.

Meskipun mereka berdua sempat vakum, tetapi mereka sempat kembali memperkuat kontingen Bangli di Porprov 2017 Gianyar.

Istirahat cukup lama, tidak membuat Sang Ayu Sidan/Dwiyanti merasa gugup dan melatih gerakan di nomor seni TGR putri dari awal.

Justru sebaliknya, keduanya sudah hafal betul apa yang harus dilakukan. Maklum, mereka berdua sudah berduet sejak tahun 2005.

Kuncinya adalah, mereka harus benar-benar menyatu satu sama lain. Menurut Dwiyanti, berlaga di nomor seni TGR harus bisa menyatukan dua orang dalam satu jiwa.

“Kami harus benar-benar menyatukan dua orang dalam satu nyawa. Hati, jiwa, dan raga kami harus menyatu. Kalau masalah kagok atau sebagainya, saya rasa tidak ada karena kami sudah terlatih sejak tahun 2005,” terang Dwiyanti.

Kemenangannya kemarin juga sempat diwarnai insiden kecil dimana gong sudah lebih dulu dibunyikan padahal dari tiga menit waktu yang diberikan, masih ada sekitar beberapa detik untuk menyelesaikan gerakan.

Sontak saja keduanya kaget melihat insiden ini. Apalagi sang pelatih belum memberikan instruksi bahwa waktu sudah habis.

“Kami sempat berpikir dalam hati, kok gong sudah dibunyikan. Pelatih padahal belum beri kode untuk berhenti. Kalau tadi (kemarin) kami berhenti di tengah-tengah, habislah kami,” terang Sang Ayu Sidan.

Selain fokus dalam pertandingan kemarin, kedisiplinan menjadi kunci utama Sang Ayu Sidan/Dwiyanti berhasil meraih poin tertinggi.

Apa langkah selanjutnya bagi Sang Ayu Sidan/Dwiyanti? Apakah akan menatap SEA Games 2019? Apalagi umur mereka tahun depan masih terbilang muda.

Sang Ayu Sidan masih berusia 28 tahun dan Dwiyanti berusia 26 tahun. Atau apakah mereka berdua akan pensiun dan fokus dengan keluarga serta karier mereka masing-masing?

“Belum tahu pensiun atau bagaimana. Kami masih akan berjuang dan fokus satu-satu dulu dengan tujuan kami.

Untuk SEA Games, kami masih belum tahu,” terang Dwiyanti yang juga mahasiswa Universitas Mahasaraswati jurusan Manajemen SDM ini. Dwiyanti juga berharap bisa diangkat menjadi PNS setelah Asian Games 2018. 

Sang Ayu Sidan Wilantari – Ni Made Dwiyanti pada awalnya tidak menduga jika dipercaya kembali untuk memperkuat Indonesia di Asian Games 2018.

Apalagi mereka berdua sempat vakum cukup lama karena fokus untuk mengurus keluarga mereka masing-masing.

 

ALIT BINAWAN, Denpasar

SANG Ayu Sidan/Ni Made Dwiyanti seperti terlahir kembali di Asian Games 2018. Rabu kemarin (29/8) mereka berdua berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di Asian Games 2018.

Bertanding di Padepokan Pencak Silat TMII, Sang Ayu Sidan/Dwiyanti meraup poin tertinggi dan mengalahkan wakil dari Thailand dan Malaysia sebagai runner up serta juara ketiga.

Setelah menjadi juara di Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Thailand pada tahun 2012, keduanya sempat vakum membela Indonesia di kejuaraan pencak silat internasional.

Sang Ayu Sidan istirahat karena dia memiliki anak dari pernikahannya dengan sesama pesilat yakni I Made Dwi Surya Adnyana.

Belum lagi setelah itu tepatnya pada tahun 2016, giliran Ni Made Dwiyanti yang hamil. Pada saat itu, Dwiyanti hamil jelang PON XIX/2016 Jabar dan membuat semua orang kaget.

Apakah mereka bisa ikut di PON kali ini. Apalagi keduanya sangat diharapkan untuk meraih medali emas.

Nyatanya, keduanya sangat siap berlaga kala itu dan medali emas berhasil diraih mereka.

Sang anak dalam kandungan Dwiyanti juga ikut merasakan bagaimana perjuangan sang bunda kala itu.

DI SEA Games 2017 Malaysia, keduanya tidak tampil meskipun nomornya dipertandingkan. Mereka memilih untuk fokus dengan keluarga sementara waktu.

“Tidak menyangka kami bisa ikut Asian Games setelah istirahat cukup lama. Tapi justru keluarga yang menjadi motivasi terbesar kami. Kesempatan yang baik ini tidak boleh kami sia-siakan begitu saja,” ucap Sang Ayu Sidan.

Meskipun mereka berdua sempat vakum, tetapi mereka sempat kembali memperkuat kontingen Bangli di Porprov 2017 Gianyar.

Istirahat cukup lama, tidak membuat Sang Ayu Sidan/Dwiyanti merasa gugup dan melatih gerakan di nomor seni TGR putri dari awal.

Justru sebaliknya, keduanya sudah hafal betul apa yang harus dilakukan. Maklum, mereka berdua sudah berduet sejak tahun 2005.

Kuncinya adalah, mereka harus benar-benar menyatu satu sama lain. Menurut Dwiyanti, berlaga di nomor seni TGR harus bisa menyatukan dua orang dalam satu jiwa.

“Kami harus benar-benar menyatukan dua orang dalam satu nyawa. Hati, jiwa, dan raga kami harus menyatu. Kalau masalah kagok atau sebagainya, saya rasa tidak ada karena kami sudah terlatih sejak tahun 2005,” terang Dwiyanti.

Kemenangannya kemarin juga sempat diwarnai insiden kecil dimana gong sudah lebih dulu dibunyikan padahal dari tiga menit waktu yang diberikan, masih ada sekitar beberapa detik untuk menyelesaikan gerakan.

Sontak saja keduanya kaget melihat insiden ini. Apalagi sang pelatih belum memberikan instruksi bahwa waktu sudah habis.

“Kami sempat berpikir dalam hati, kok gong sudah dibunyikan. Pelatih padahal belum beri kode untuk berhenti. Kalau tadi (kemarin) kami berhenti di tengah-tengah, habislah kami,” terang Sang Ayu Sidan.

Selain fokus dalam pertandingan kemarin, kedisiplinan menjadi kunci utama Sang Ayu Sidan/Dwiyanti berhasil meraih poin tertinggi.

Apa langkah selanjutnya bagi Sang Ayu Sidan/Dwiyanti? Apakah akan menatap SEA Games 2019? Apalagi umur mereka tahun depan masih terbilang muda.

Sang Ayu Sidan masih berusia 28 tahun dan Dwiyanti berusia 26 tahun. Atau apakah mereka berdua akan pensiun dan fokus dengan keluarga serta karier mereka masing-masing?

“Belum tahu pensiun atau bagaimana. Kami masih akan berjuang dan fokus satu-satu dulu dengan tujuan kami.

Untuk SEA Games, kami masih belum tahu,” terang Dwiyanti yang juga mahasiswa Universitas Mahasaraswati jurusan Manajemen SDM ini. Dwiyanti juga berharap bisa diangkat menjadi PNS setelah Asian Games 2018. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/