GIANYAR – Serangan penyakit antraknosa atau jamur terhadap pepaya rupanya tidak bisa diobati sedemikian rupa.
Tanaman pepaya petani Gianyar yang tadinya hanya busuk sebagian, kini hampir semuanya busuk. Petani pun tidak bisa berbuat banyak.
Salah satu petani, Pande Suteja, menyatakan tanaman pepaya miliknya sebanyak kurang lebih 600 pohon mati total.
“Tidak bisa disembuhkan. Dari ujung merembet ke batang bawahnya, sekarang mati total,” keluh Pande Suteja.
Pria yang juga dokter di Polres Gianyar itu mengaku pepaya yang dia tanam pada Juli 2017 itu sempat panen sekali saja.
“Dulu sempat dapat hasil Rp 15 juta. Kemudian cuacanya saat ini dingin, jadi pepaya terserang antraknosa,” ujar pria berkumis itu.
Kata Pande, semestinya, usia tanaman pepaya 3-4 tahun. “Sekarang baru setahun lebih, sudah mati,” keluhnya.
Menurutnya, serangan pepaya itu menyerang hampir seluruh tanaman yang ada di Gianyar.
“Memang sempat dicari sama petugas, tapi tidak bisa. Ini faktor musim, tidak bisa disembuhkan walaupun sudah disemprot,” jelasnya.
Menurutnya, serangan itu hanya bisa ditanggulangi dengan menanam ulang pepaya. “Untuk sementara, saya biarkan dulu, potong pepaya yang busuk itu. Saya akan biarkan sampai 1 tahunan,” jelasnya.
Apabila langsung ditanam tanaman baru, Pande khawatir kondisi tanah masih terinfeksi penyakit.
Walaupun pepayanya mati total, namun Pande mengaku sudah sempat mendapat untung. “Sudang pernah dapat Rp 15 juta dari hasil tanam,” jelasnya.
Mengenai biaya bibit, Pande mengaku tidak menghabiskan dana besar. “Karena saya dapat sumbangan. Itu program Demplot dari Pemkab Gianyar dan ITB (Institut Teknologi Bandung, red),” terangnya.
Dikatakan Pande, dengan membusuknya tanaman pepaya, berdampak pada harga pepaya di pasaran. “Karena langka, kemungkinan pepaya di pasaran harganya tinggi,” tukasnya.
Diberitakan sebelumnya, pepaya jenis Calina (California Indonesia) di subak Purnajaya, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, membusuk akibat antraknosa (busuk akibat jamur).
Penyakit muncul pada awal Agustus lalu. Karena ketakutan hama meluas, petani Made Sulatra, terpaksa mengeliminasi 145 tanaman miliknya dari total 367 tanaman.