25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:41 AM WIB

Sekolah Menghadap Kuburan Juga Jadi Penyebab Kerauhan Massal

AMLAPURA-Kerauhan masal yang sering terjadi di SMA Saraswati Selat terus menimbulkan banyak tanda tanya.

Terlebih pascakerauhan 35 siswi di SMA ini, Sabtu (14/9) lalu, pihak sekolah pun langsung mendatangkan Jro Mangku Werdi yang dianggap sebagai orang pintar alias paranormal ke sekolah secara khusus.

Mangku Werdi langsung melakukan penelusuran.

Selain soal penunggu, Mangku Werdi juga mengatakan kalau posisi sekolah tersebut belum stabil secara niskala.

“Secara skala sudah baik mungkin secara niskala masih ada yang kurang,” ujarnya.

 

Untuk itu perlu dilakukan penyeimbangan.

Diantaranya adalah untuk membuat bangunan atau membagun gedung baru umumnya diawali dengan berbagai ritual.

Sementara bagunan yang sudah rampung sebelum ditempati juga hendaknya dilakukan upacara pemelaspasan.

Selain itu, sekolah juga disarankan membuat penyengker agar jelas sampai dimana batas sekolah tersebut.

 “Disisi timur langsung sungai, sehingga terkesan tidak ada pembatasnya,” ujarnya.

Selain itu pemandangan juga langsung ke arah sungai kecil dan juga kuburan.

Pagar tidak mesti dengan tembok batu atau batako, namun bisa juga dengan kayu, yang terpenting adalah ada batas sekolah.

Sementara itu Kepala Desa Duda I Gusti Agung Ngurah Putra meengakui datang ke sekolah karena mendapat informasi ada anak anak kesurupan di sekolah. “Saya datang memastikan seperti apa situasinya. Mudah-mudahan segera berakhir dan tidak ada lagi anak anak yang kerauhan sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik,” harapnya.

Diakui Gung Giri begitu pria asal Jro Duda ini akrab disapa mengakui kalau SMA Saraswati Selat sekarang ini kondisinya berkembang dengan pesat.

“Ya seiring dengan itu tentu ada gejolak sekala dan niskala, terlebih dulu sempat terbengekalai bertahun tahun,” ujarnya.

“Kalau pagar sekolah sebaiknya segera dibuat dengan pagar kayu saja untuk sementara,” pintanya.

 

Selain itu, kalau memang dari penataan bagunan ada kekeliruan agar segera di lakukan perbaikan atau dengan cara di netralkan lewat upacara.

“Keseimbangan skala niskala sangat penting,” ujarnya.

Pasalnya, jika ini tidak dilekukan dan sekala niskala belum berimbang tentu peristiwa ini akan terulang kembali.

Sementara itu Kepala Sekolah SMA Saraswati Selat I Nengah Mertayasa mengaku akan mengikuti saran dan masukan yang diberikan agar sekolah kembali tenang.

Sementara untuk Gedung lantai II dibangun 2017 diakui saat ini memang baru dilakukan melaspas alit dan pecaruan manca sata.

 Sementara untuk melaspas agung belum bisa dilakukan karena saat itu Gunung Agung erupsi dan warga banyak yang mengungsi.

Sekolah juga telah mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa sekaligus membahas langkah langkah yang akan dilakukan.

Untuk diketahui Sabtu lalu di sekolah ini kembali terjadi kesurupan. Ini adalah yang ketiga kalainya terjadi. Dimana diawali Senin minggu lalu saat itu 7 siswi kesurupan. Kemudian kembali terjadi Rabo lalu 35 anak kesurupan, Jumat kembali terjadi 15 anak juga histeris dan Sabtu lalu kembali terjadi.

 

AMLAPURA-Kerauhan masal yang sering terjadi di SMA Saraswati Selat terus menimbulkan banyak tanda tanya.

Terlebih pascakerauhan 35 siswi di SMA ini, Sabtu (14/9) lalu, pihak sekolah pun langsung mendatangkan Jro Mangku Werdi yang dianggap sebagai orang pintar alias paranormal ke sekolah secara khusus.

Mangku Werdi langsung melakukan penelusuran.

Selain soal penunggu, Mangku Werdi juga mengatakan kalau posisi sekolah tersebut belum stabil secara niskala.

“Secara skala sudah baik mungkin secara niskala masih ada yang kurang,” ujarnya.

 

Untuk itu perlu dilakukan penyeimbangan.

Diantaranya adalah untuk membuat bangunan atau membagun gedung baru umumnya diawali dengan berbagai ritual.

Sementara bagunan yang sudah rampung sebelum ditempati juga hendaknya dilakukan upacara pemelaspasan.

Selain itu, sekolah juga disarankan membuat penyengker agar jelas sampai dimana batas sekolah tersebut.

 “Disisi timur langsung sungai, sehingga terkesan tidak ada pembatasnya,” ujarnya.

Selain itu pemandangan juga langsung ke arah sungai kecil dan juga kuburan.

Pagar tidak mesti dengan tembok batu atau batako, namun bisa juga dengan kayu, yang terpenting adalah ada batas sekolah.

Sementara itu Kepala Desa Duda I Gusti Agung Ngurah Putra meengakui datang ke sekolah karena mendapat informasi ada anak anak kesurupan di sekolah. “Saya datang memastikan seperti apa situasinya. Mudah-mudahan segera berakhir dan tidak ada lagi anak anak yang kerauhan sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik,” harapnya.

Diakui Gung Giri begitu pria asal Jro Duda ini akrab disapa mengakui kalau SMA Saraswati Selat sekarang ini kondisinya berkembang dengan pesat.

“Ya seiring dengan itu tentu ada gejolak sekala dan niskala, terlebih dulu sempat terbengekalai bertahun tahun,” ujarnya.

“Kalau pagar sekolah sebaiknya segera dibuat dengan pagar kayu saja untuk sementara,” pintanya.

 

Selain itu, kalau memang dari penataan bagunan ada kekeliruan agar segera di lakukan perbaikan atau dengan cara di netralkan lewat upacara.

“Keseimbangan skala niskala sangat penting,” ujarnya.

Pasalnya, jika ini tidak dilekukan dan sekala niskala belum berimbang tentu peristiwa ini akan terulang kembali.

Sementara itu Kepala Sekolah SMA Saraswati Selat I Nengah Mertayasa mengaku akan mengikuti saran dan masukan yang diberikan agar sekolah kembali tenang.

Sementara untuk Gedung lantai II dibangun 2017 diakui saat ini memang baru dilakukan melaspas alit dan pecaruan manca sata.

 Sementara untuk melaspas agung belum bisa dilakukan karena saat itu Gunung Agung erupsi dan warga banyak yang mengungsi.

Sekolah juga telah mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa sekaligus membahas langkah langkah yang akan dilakukan.

Untuk diketahui Sabtu lalu di sekolah ini kembali terjadi kesurupan. Ini adalah yang ketiga kalainya terjadi. Dimana diawali Senin minggu lalu saat itu 7 siswi kesurupan. Kemudian kembali terjadi Rabo lalu 35 anak kesurupan, Jumat kembali terjadi 15 anak juga histeris dan Sabtu lalu kembali terjadi.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/