DENPASAR– Harga daging ayam broiler yang saat ini berada di Pasar Tradisional dengan harga Rp 34 hingga 36 ribu per kilogram dirasa masih cukup mahal.
Kondisi ini pun disesalkan para peternak ayam. Kondisi ini terjadi mengingat antara harga pasaran dengan harga di tingkat peternak mengalami perbedaan yang cukup jauh.
Saat ini, harga daging ayam hidup di tingkat peternak mencapai Rp 19 sampai 19.500 per kilo dari yang sebelumnya mencapai Rp 20 sampai 22 ribu.
Bahkan, untuk berat ayam yang mencapai 2 kilogram harga jual di tingkat peternak hanya berkisar Rp 15 sampai 15.500 per kilogram.
Namun, harga jualnya berkisar Rp 34 – 36 ribu. Harga yang sangat jomplang. Seharusnya dengan harga di peternak saat ini, harga daging ayam bisa berkisar antara Rp 27 sampai 28 ribu per kilogram.
Selain pasokan DOC yang belum normal, Bali juga diserbu oleh pasokan dari luar Bali yakni wilayah Lombok dan Jawa Timur.
Untuk di Lombok sendiri, pasokan daging ayam ke Bali ini akibat dampak bencana, sehingga serapan di Lombok macet.
Kabid Produksi dan Pembibitan Dinas Peternakan Provinsi Bali IKG Nata Kesuma mengakui hingga saat ini pasokan DOC di Bali belum normal.
DOC yang beredar di Bali dari dua breeding farm di Bali hanya mampu menghasilkan 3,5 juta DOC per bulan.
Sementara kebutuhan di Bali mencapai 5 juta. “Memang ada pasokan DOC dari Jawa, tapi itu juga tidak banyak,” terang Nata Kesuma.
Pihaknya juga heran, ketika pasokan DOC di Bali stabil, namun harga jual ayam di tingkat peternak justru murah.
Seharusnya kata dia, jika mengacu hukum pasar, ketika pasokan terbatas maka harga akan meningkat. “Tapi kenapa yang mahal hanya di pasar tradisional saja. Kan kasihan peternak,” ungkapnya.
Perbedaan harga tersebut, kata dia akan dilakukan pemantauan pada rantai distribusi. “Ini yang perlu ditelusuri oleh satgas pangan
dan semua pemangku kebijakan. Karena yang terjadi seolah peternak terpaksa melempar harga murah,” pungkasnya.