NEGARA – Meski program kesehatan menjadi salah satu program utama, namun untuk menekan angka kematian ibu dan bayi belum maksimal.
Angka kematian ibu dan bayi di Jembrana setiap tahun masih mengalami kenaikan. Berdasar data di Dinas Kesehatan Pemkab Jembrana, tahun 2016 angka kematian ibu sebanyak 106,7/100.000 kelahiran hidup.
Kemudian di tahun 2017 meningkat menjadi 108,6/100.000 kelahiran hidup. Untuk angka kematian bayi tahun 2016 sebanyak 9,18/1.000 kelahiran hidup dan tahun 2018 naik menjadi 10,4/1.000 kelahiran hidup.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya posisi ibu di masyarakat, namun kenyataannya perhatian terhadap keselamatan ibu saat melahirkan masih perlu ditingkatkan.
Demikian pula bayi yang dilahirkan harus sehat dan tumbuh kembang dengan baik,” ungkap Kadis Kesehatan Pemkab Jembrana Putu Suasta.
Menurtut Suasta, angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberikan perkembangan derajat kesehatan masyarakat, khususnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Untuk mencapai sasaran Sustainable Development Goals(SDGs) yakni angka kematian ibu sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup
dan angka kematian bayi sebesar 12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030, perlu percepatan yang lebih besar dan kerja keras semua pihak.
“Kondisi saat ini dimana angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih berfluktuatif, “ujarnya.
Sementara itu Dirut RSU Kertayasa, I Ketut Naba mengatakan, program GRSSIB merupakan salah satu program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
“Program ini merupakan pelayanan yang berkesinambungan serta saling keterkaitan dimana kesehatan bayi ditentukan oleh bayi dalam kandungan.
Kesehatan ibu dapat mempengaruhi kesehatan bayi yang dikandungnya, “ ujarnya.