Langkah kreatif dilakukan oleh dua orang siswa SMAN Bali Mandara, yakni Ni Ketut Asri Dian Lestari, 17, dan Putu Jeni Yulia, 18.
Mereka berhasil menyulap limbah plastik menjadi jas hujan. Ide sederhana nan kreatif itu akhirnya membawa mereka ke ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) 2018.
EKA PRASETYA, Singaraja
JAS hujan itu diberi nama Jas Hutik yang notabene akronim dari “Jas Hujan Limbah Plastik”. Jas hujan itu kemudian didaftarkan pada ajang FIKSI, bersaing bersama 1.414 proposal se-Indonesia.
Rupanya proposal itu berhasil lolos ke babak final, dan rencananya akan bersaing dengan 9- proposal bisnis se-Indonesia.
Rencananya Jas Hutik akan dipresentasikan di hadapan dewan juri pada 1-6 Oktober mendatang di Jogjakarta.
Salah seorang siswa, Asri Dian Lestari mengatakan, ide membuat jas hujan berbahan dasar limbah plastik itu berawal dari hal sederhana.
Saat itu ia dan rekannya melihat ada banyak limbah plastik di sekitar sekolah. Limbah itu berasal dari plastik pembungkus makanan ringan hingga plastik pembungkus detergen.
Mereka pun berpikir untuk memanfaatkan limbah itu. “Biasanya kan limbah plastik ini digunakan untuk membuat tas.
Karena sudah biasa, kami coba berpikir alternatif lain. Akhirnya terpikir membuat jas hujan. Apalagi fungsi dasarnya kan sama, plastik juga tahan hujan,” kata Asri.
Mereka pun membuat jas hujan tersebut dengan cara sederhana. Limbah plastik dikumpulkan dan dibuat sebuah pola tertentu agar terlihat lebih cantik.
Selanjutnya plastik ditempel menggunakan lem cair. Nah setelah berbentuk seperti jas hujan, bagian dalam kemudian dilapisi dengan kain agar lebih nyaman digunakan.
Mereka memilih kain furing yang harganya relatif murah namun cukup lembut. Kain perca bekas pun dapat digunakan sebagai lapisan di dalam jas hujan.
Lebih lanjut Asri menjelaskan, limbah plastik yang dipilih adalah pembungkus detergen atau pembungkus makanan ringan.
“Soalnya plastik yang seperti itu ukurannya cukup besar dan tebal. Jadi lebih tahan lama. Bisa juga pakai plastik kresek biasa, tapi daya tahannya lebih sedikit,” imbuhnya.
Jas hujan itu pun bisa dijual dengan harga relatif murah. “Karena bahan dasarnya limbah, jadi harganya tidak terlalu mahal. Tidak lebih dari Rp 50 ribu.
Rencananya kami menyasar segmentasi masyarakat menengah dan menengah ke bawah. Jadi dengan harga relatif murah, daya tahannya lama,” timpal Jeni Yulia.
Sementara itu, Kepala SMAN Bali Mandara I Nyoman Darta mengatakan, pihak sekolah sudah melakukan persiapan khusus jelang menghadapi babak final FIKSI.
Salah satunya mengintensifkan kembali pola presentasi, proses pembuatan, dan melatih proses pemasaran.
“Mereka sudah berlatih secara intensif untuk persiapan babak final FIKSI. Jadi sebenarnya ada empat tim yang lolos ke babak final FIKSI.
Salah satu timnya, yang membuat jas hujan limbah plastik ini. Sekarang mereka dalam proses bimbingan dengan guru pendamping, sehingga benar-benar siap di babak final nanti,” ujar Darta.
Untuk diketahui, selain Jas Hutik, ada tiga tim lain yang juga lolos ke babak final FIKSI.
Mereka adalah Ketut Widya Satria dan Putu Budi Yasini yang mengajukan proposal berjudul “Mengembangkan Ekonomi Desa Silangjana dengan Es Rujak Tuak”,
Ni Kadek Warniasih dan Ni Made Mahartini dengan judul proposal Tas Siapa (Selempang Inovasi Tapis Kelapa), serta Made Oka Resia Wedamerta dan I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara
yang menciptakan aplikasi GO-Birahi berbasis android, iOs, dan website. Aplikasi GO-Birahi sendiri merupakan aplikasi penyewaan sapi pejantan.