33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:09 PM WIB

Ditabrak Mobil Box, Kaki Patah, Janda Miskin Berharap Bantuan, Tolong…

NEGARA – Ni Luh Narti, 42, dan keluarganya sangat berharap ada bantuan atau uluran tangan untuk menyambung hidupnya.

Janda miskin Warga Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Melaya itu tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah karena kakinya yang patah belum sembuh.

Menurut penuturan Narti, sebelumnya dia bersama suaminya bekerja sebagai buruh petik cengkeh di di Dusun Lebah Tapong, Desa Munduk, Seririt, Buleleng.

Mereka bekerja sebagai pemetik cengkeh secara borongan dengan upah Rp 5 ribu perkilogram. Selama bekerja sebagai pemetik cengkeh, pasutri yang masuk KK Miskin itu tinggal di rumah bedeng milik yang punya kebun cengkeh.

Musibah yang dialaminya itu terjadi Senin (20/8) lalu. Saat itu Narti bersama suaminya Gede Sumada usai memetik cengkeh bermaksud kembali ke bedeng tempat tinggalnya dengan mengendarai sepeda motor.

Saat melintas di jalan Munduk sepeda motor itu ditabrak mobil box  “Suami saya meninggal di tempat dan saat itu saya tidak ingat apa-apa. Kaki kaki kanan saya patah,” ujar Narti sambil menangis.

Pasca kecelakaan dan kematian suaminya, kehidupan Narti sangat memprihatinkan. Selain tidak bisa berjalan karena kaki kanannya patah mereka juga kehilangan tulang punggung keluarga.

Sementara mertuanya Nyoman Weden mengalami kebutaan dan Ketut Luwih, juga sakit-sakitan. Narti memang memiliki dua anak, yang pertama perempuan sudah menikah dan yang kedua I Made Dwi Santikayasa, 16, masih sekolah.

Dengan kondisi itu untuk makan saja mereka sangat kesulitan. Suaminya yang merupakan anak laki satu-satunya dan menjadi tulang punggung keluarga sudah tidak ada sehingga mereka hanya mengandalkan belas kasihan kerabat.

“Sebenarnya kami malu meminta tapi karena keadaan kami seperti ini mau apalagi,” ungkapnya. Mereka juga tidak memiliki tanah kebun dan hanya halaman rumah yang tidak seberapa luas.

Kamar mandinya juga darurat terbuat dari plastik compang camping dan drum bekas begitu pula dapurnya.

“Kami menumpang sama mertua di rumah bedah ini. Saya berharap  bisa sembuh dan bisa bekerja untuk menghidupi anak dan mertuanya. Saat ini kami mohon bantuan jika ada bantuan beras atau bantuan lainnya,” ungkapnya.

Raskin yang didapat sejak tahun 2014 tidak lagi diberikan”Dulu sebelum dapat bedah rumah kami dapat raskin. Tapi setelah dapat bedah rumah tidak dapat lagi,” ujar Ketut Luwih.

Sementara itu Kelian Dusun Sarikuning, Ni Made Ayu Suarningsih menyampaikan memang keluarga Nyoman Weden  masuk dalam KK miskin dan sudah mendapat bedah rumah dan tidak lagi masuk daftar sebagai penerima raskin 

NEGARA – Ni Luh Narti, 42, dan keluarganya sangat berharap ada bantuan atau uluran tangan untuk menyambung hidupnya.

Janda miskin Warga Banjar Sarikuning, Desa Tukadaya, Melaya itu tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah karena kakinya yang patah belum sembuh.

Menurut penuturan Narti, sebelumnya dia bersama suaminya bekerja sebagai buruh petik cengkeh di di Dusun Lebah Tapong, Desa Munduk, Seririt, Buleleng.

Mereka bekerja sebagai pemetik cengkeh secara borongan dengan upah Rp 5 ribu perkilogram. Selama bekerja sebagai pemetik cengkeh, pasutri yang masuk KK Miskin itu tinggal di rumah bedeng milik yang punya kebun cengkeh.

Musibah yang dialaminya itu terjadi Senin (20/8) lalu. Saat itu Narti bersama suaminya Gede Sumada usai memetik cengkeh bermaksud kembali ke bedeng tempat tinggalnya dengan mengendarai sepeda motor.

Saat melintas di jalan Munduk sepeda motor itu ditabrak mobil box  “Suami saya meninggal di tempat dan saat itu saya tidak ingat apa-apa. Kaki kaki kanan saya patah,” ujar Narti sambil menangis.

Pasca kecelakaan dan kematian suaminya, kehidupan Narti sangat memprihatinkan. Selain tidak bisa berjalan karena kaki kanannya patah mereka juga kehilangan tulang punggung keluarga.

Sementara mertuanya Nyoman Weden mengalami kebutaan dan Ketut Luwih, juga sakit-sakitan. Narti memang memiliki dua anak, yang pertama perempuan sudah menikah dan yang kedua I Made Dwi Santikayasa, 16, masih sekolah.

Dengan kondisi itu untuk makan saja mereka sangat kesulitan. Suaminya yang merupakan anak laki satu-satunya dan menjadi tulang punggung keluarga sudah tidak ada sehingga mereka hanya mengandalkan belas kasihan kerabat.

“Sebenarnya kami malu meminta tapi karena keadaan kami seperti ini mau apalagi,” ungkapnya. Mereka juga tidak memiliki tanah kebun dan hanya halaman rumah yang tidak seberapa luas.

Kamar mandinya juga darurat terbuat dari plastik compang camping dan drum bekas begitu pula dapurnya.

“Kami menumpang sama mertua di rumah bedah ini. Saya berharap  bisa sembuh dan bisa bekerja untuk menghidupi anak dan mertuanya. Saat ini kami mohon bantuan jika ada bantuan beras atau bantuan lainnya,” ungkapnya.

Raskin yang didapat sejak tahun 2014 tidak lagi diberikan”Dulu sebelum dapat bedah rumah kami dapat raskin. Tapi setelah dapat bedah rumah tidak dapat lagi,” ujar Ketut Luwih.

Sementara itu Kelian Dusun Sarikuning, Ni Made Ayu Suarningsih menyampaikan memang keluarga Nyoman Weden  masuk dalam KK miskin dan sudah mendapat bedah rumah dan tidak lagi masuk daftar sebagai penerima raskin 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/