MANGUPURA – Rangkaian IMF-World Bank yang membahas berbagai isu ekonomi global mulai berlangsung sejak Senin (8/10) kemarin.
Salah satu isu yang akan diangkat yakni sistem eknomi digital. Ini mengingat perkembangan dunia teknologi yang sangat masif merambah pada kehidupan masyarakat dunia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, saat ini semua mata melihat Indonesia sebagai salah satu aktivitas ekonomi digital.
Indonesia saat ini sudah ada di peta digital ekonomi dunia. Bahkan, untuk tingkat regional, sistem ekonomi digital di Indonesia menjadi rujukan negara-negara ASEAN.
“Melalui ekonomi digital banyak sekali yang didapat. Dan, saya mendapat kesempatan berbicara tentang ini (digital ekonomi),” tutur Rudiantara saat mengunjungi ruang press center IMF-World Bank.
Salah satu output yang didapat dengan penerapan sistem digital ekonomi adalah terbukanya lapangan pekerjaan.
Dia menegaskan, ketika ada anggapan di tengah perkembangan dunia teknologi justru menghilangkan lapangan pekerjaan sangat keliru. Karena faktnya justru bertambah.
“Seperti ojek online, banyak lapangan pekerjaan yang ada. Selain itu, transportasi lain yang berbasis digital, belum lagi kemunculan startup,” bebernya.
Dengan sistem digital ekonomi ini, ada ekonomi sharing, dan meningkatkan inklusi keuangan yang dapat memberikan akses layanan keuangan lebih banyak.
“Kita ada 180 juta orang di Indonesia yang minimal memiliki satu ponsel, tetapi tidak lebih dari 100 juta orang Indonesia yang memiliki rekening di bank.
Seharusnya semua punya akses ke layanan keuangan itu. Nggak harus bank. Nah, ini yang sedang kami dorong,” kata Rudiantara.
Di tahun 2019 kata dia, Indonesia memiliki komitmen untuk meningkatkan SDM untuk peningkatan inklusi keuangan. “Kami targetkan tahun 2019 bisa menghasilkan 20 ribu talen digital,” tandansya.