DENPASAR – Sekitar 50 orang perwakilan dari semua agama menggelar aksi damai di Patung Catur Muka, Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Selasa (9/10) siang.
Aksi damai kali ini adalah untuk menyuarakan penolakan khilafah, radikalisme, maupun intoleran yang mulai marak terjadi jelang perhelatan pemilihan umum.
Selain membawa spanduk bertuliskan seruan penolakan, massa juga membacakan pernyataan secara bersama terkait anti terhadap ketiga hal tersebut.
Element masyarakat yang menyebut dirinya Semeton Bali ini datang dari berbagai desa adat, dan kelompok agama si Bali.
Menurut Made Mudra, Ketua Pecalang Bali dan salah satu tokoh masyarakat yang mengkoordinir aksi ini, pihaknya secara bersama menyatakan antipaham khilafah.
Secara bersama, pihaknya membacakan deklarasi anti khilafah yang berbunyi bagaimana bersama-sama menolak masuknya paham khilafah ke pulau Dewata.
“Maka dari itu, kami dengan tegas menolak paham khilafah dan radikalisme di Pulau Dewata,” kata Made Mudra.
Menurutnya, warga Bali tanpa memandang suku dan agama seharusnya bersama-sama menjaga kedamaian Bali.
“Orang akan datang ke Bali, kalau Bali aman. Nah, kalau tidak aman, bagaimana orang akan datang,” tambahnya di dampingi perwakilan dari kelompok Muslim Bali H. Mustofa Al Amin.
Made Mudra juga mengomentari beberapa aksi demo menentang IMF yang terjadi di Denpasar beberapa hari ini.
Menurut dia, demo-demo yang dilakukan oleh kelompok tersebut menghendaki beberapa tuntutan yang tidak masuk akal.
“Terus kami turun, astungkara, adik-adik mahasiswa yang berdemo dari elemen mahasiswa semua unsur di Bali itu menyadari,” terang Mudra.
Menurutnya, ada keanehan dalam demo tersebut. Dimana para mahasiswa peserta demonstrasi tersebut berasal dari luar daerah.
“Dan mahasiswa yang orang Bali itu tidak ada ,” tegasnya. Yang ditakutkan, menurut Mudra, nantinya masyarakat Bali yang tidak menyukai adanya aksi demonstrasi tersebut tersulut emosi hingga terjadi benturan.
“Takutnya ada benturan dengan masyarakat yang menghendaki Bali ini damai,” tandasnya.