33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:55 PM WIB

Excellent, Lampaui Atlet Iran, Ariyanti Sukses Rebut Perak

DENPASAR – Baru Rabu malam kemarin (10/10) Ni Made Ariyanti Putri menyabet medali perak di cabor atletik nomor 100 meter putri T13 (low vision) dengan catatan waktu 13,00 detik

di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis siang kemarin (11/10), Ariyanti kembali mempersembahkan medali perak untuk Indonesia di nomor 400 meter putri T13 dengan catatan waktu 1 menit 5,29 detik.

Catatan waktunya hanya terpaut empat detik dari pelari asal Jepang, Sasaki Mana dengan catatan waktu 1 menit 1,48 detik.

Medali perunggu diraih oleh pelari asal Iran Mahdavikiya Ozra dengan catatan waktu 1 menit 8,18 detik. Yang membanggakan adalah raihan dua medali perak dari Ariyanti diluar ekspektasi pemerintah.

Sebab sebelum perhelatan Asian Para Games 2018, atlet difabel kelahiran 4 Februari 1996 ini hanya ditargetkan untuk meraih medali perunggu di dua nomor andalannya tersebut.

Saat dikonfirmasi kemarin, Ariyanti mengaku capaian sekarang sudah luar biasa. Dia cukup senang dengan apa yang sudah dipersembahkannya untuk Indonesia.

Mengenai jalannya perlombaan, dia mengaku bahwa Saski Mana yang meraih medali emas adalah spesialis di nomor 400 meter putri.

“Kalau saya dasarnya adalah sprinter 100 meter. Daya tahan lawan tentu lebih bagus,” ucap Ariyanti.

Bagi bungsu dari dua bersaudara ini, butuh waktu cukup lama untuk benar-benar menguasai nomor 400 meter putri.

Apalagi dia harus bisa mempelajari dengan baik terknik berlarinya karena penglihatan yang terbatas. Salah sedikit, bukan tidak mungkin dia keluar dari lintasan.

Keluar dari lintasan pun akibatnya bisa fatal yakni didiskualifikasi dari perlombaan multi even olahraga difabel terbesar di Asia ini.

Capaian Ariyanti juga tidak bisa lepas dari tangan dingin sang pelatih I Wayan Suade. Pada tahun 2009, alumnus SLB Negeri 1 Denpasar ini memilih untuk terjun ke dunia atletik.

Apa motivasinya? Dengan tegas Ariyanti mengungkapkan jika motivasinya adalah ingin menjadi pelari difabel putri pertama yang ada di Bali.

Perjuangannya pun terbayar sebelum Asian Para Games 2018. Di Peparnas 2012 Riau dan Peparnas 2016, Jabar, dia berhasil meraih meraih satu perunggu dan satu emas.

“Saya ingin mencoba lebih baik lagi kedepannya. Saya ingin menunjukkan prestasi terbaik saya,” bebernya.

DENPASAR – Baru Rabu malam kemarin (10/10) Ni Made Ariyanti Putri menyabet medali perak di cabor atletik nomor 100 meter putri T13 (low vision) dengan catatan waktu 13,00 detik

di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis siang kemarin (11/10), Ariyanti kembali mempersembahkan medali perak untuk Indonesia di nomor 400 meter putri T13 dengan catatan waktu 1 menit 5,29 detik.

Catatan waktunya hanya terpaut empat detik dari pelari asal Jepang, Sasaki Mana dengan catatan waktu 1 menit 1,48 detik.

Medali perunggu diraih oleh pelari asal Iran Mahdavikiya Ozra dengan catatan waktu 1 menit 8,18 detik. Yang membanggakan adalah raihan dua medali perak dari Ariyanti diluar ekspektasi pemerintah.

Sebab sebelum perhelatan Asian Para Games 2018, atlet difabel kelahiran 4 Februari 1996 ini hanya ditargetkan untuk meraih medali perunggu di dua nomor andalannya tersebut.

Saat dikonfirmasi kemarin, Ariyanti mengaku capaian sekarang sudah luar biasa. Dia cukup senang dengan apa yang sudah dipersembahkannya untuk Indonesia.

Mengenai jalannya perlombaan, dia mengaku bahwa Saski Mana yang meraih medali emas adalah spesialis di nomor 400 meter putri.

“Kalau saya dasarnya adalah sprinter 100 meter. Daya tahan lawan tentu lebih bagus,” ucap Ariyanti.

Bagi bungsu dari dua bersaudara ini, butuh waktu cukup lama untuk benar-benar menguasai nomor 400 meter putri.

Apalagi dia harus bisa mempelajari dengan baik terknik berlarinya karena penglihatan yang terbatas. Salah sedikit, bukan tidak mungkin dia keluar dari lintasan.

Keluar dari lintasan pun akibatnya bisa fatal yakni didiskualifikasi dari perlombaan multi even olahraga difabel terbesar di Asia ini.

Capaian Ariyanti juga tidak bisa lepas dari tangan dingin sang pelatih I Wayan Suade. Pada tahun 2009, alumnus SLB Negeri 1 Denpasar ini memilih untuk terjun ke dunia atletik.

Apa motivasinya? Dengan tegas Ariyanti mengungkapkan jika motivasinya adalah ingin menjadi pelari difabel putri pertama yang ada di Bali.

Perjuangannya pun terbayar sebelum Asian Para Games 2018. Di Peparnas 2012 Riau dan Peparnas 2016, Jabar, dia berhasil meraih meraih satu perunggu dan satu emas.

“Saya ingin mencoba lebih baik lagi kedepannya. Saya ingin menunjukkan prestasi terbaik saya,” bebernya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/