NEGARA – Perintah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, mengusir nelayan luar Bali yang masuk zona penangkapan 0 sampai 12 mil wilayah Bali, diapresiasi nelayan.
Namun, perintah tersebut harus disikapi dengan bijak agar tidak menimbulkan perselisihan antar nelayan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jembrana I Made Widanayasa mengakui, selama ini memang banyak nelayan dari luar Bali yang menangkap ikan di perairan Bali, terutama nelayan dari Tuban dan Probolinggo.
Biasanya nelayan andon dengan alat tangkap dengan lampu cukup banyak dan merugikan nelayan Jembrana.
Disamping itu, ada nelayan dari Banyuwangi. Tapi, khusus nelayan dari Banyuwangi sudah ada yang mengelola karena hasil tangkapan di jual di Pengambengan.
Jadi yang dipersoalkan adalah nelayan luar Bali, selain dari Banyuwangi. “Kalau nelayan dari Banyuwangi memang wilayah kerjanya sama, di selat Bali dan sudah ada kesepakatan bersama,”ujar Widanayasa.
Menurutnya, meski hampir setiap saat banyak nelayan dari luar Bali yang menangkap ikan di perairan Selat Bali dan wilayah 0 sampai 12 mil, belum pernah terjadi pertengkaran antarnelayan.
Pihaknya sering menyarankan nelayan agar tidak asal mengusir nelayan dari luar Bali, kalaupun akan mengusir alat tangkapnya diambil untuk barang bukti dan tidak melakukan tindakan kriminal.
“Nanti maksudnya baik malah nelayan yang masuk penjara,” ungkapnya. Di sisi lain, adanya nelayan luar Bali ini nelayan Jembrana sendiri masih belum kompak.
Ada nelayan yang tidak mempermasalahkan, ada juga nelayan yang keberatan. Pihaknya juga sering melaporkan adanya nelayan luar Bali yang melanggar aturan zona ini kepada pihak berwajib.
Namun, setiap melapor tidak pernah ada tindakan tegas dari petugas. “Ini yang masih kami cari solusinya,” ujarnya.
Mengenai perintah pengusiran, Widanayasa mengapresiasi ketegasan menteri Susi Pudjiastuti. Namun demikian, sebelum melakukan pengusiran harus dibicarakan dulu secara baik-baik dengan nelayan yang diduga melanggar.
Jadi tidak langsung melakukan pengusiran. Khawatirnya, ketika nanti di wilayah Bali tidak ada ikan dan harus keluar dari wilayah Bali tidak menimbulkan masalah yang sama.
“Karena sama-sama cari makan, sering terjadi begitu. Nelayan lain keberatan kalau wilayahnya di datangi nelayan lain,” tandasnya.