28.4 C
Jakarta
19 September 2024, 23:05 PM WIB

Amazing, Dua Lontar Kuno di Gedong Kirtya Dibukukan, Ini Daftarnya…

SINGARAJA – Dua cakep lontar yang menjadi koleksi Museum Lontar Gedong Kirtya, akan dibukukan tahun ini.

Proses penerjemahan itu diharapkan mempermudah masyarakat mencari referensi yang bersumber dari lontar-lontar Bali.

Lontar yang akan dibukukan adalah lontar usadha atau pengobatan tradisional, serta lontar purana atau catatan sejarah.

Proses alih bentuk dari lontar menjadi buku itu melalui proses panjang. Diprediksi proses itu baru tuntas pada akhir tahun nanti.

Kepala UPT Museum Lontar Gedong Kirtya, Gede Wiryasa mengatakan, proses alih bentuk itu akan melalui proses yang cukup panjang.

Pertama, tim harus melakukan proses alih aksara. Aksara yang bersumber dari lontar, biasanya berbentuk aksara sansekerta, jawa kuna, maupun bali kuna. Lontar itu akan dialihkan menjadi aksara latin.

Setelah menjadi aksara latin, tim harus melakukan proses penerjemahan. Proses penerjemahan itu pun harus dilakukan secara berhati-hati, karena rentan mengubah esensi lontar secara keseluruhan.

“Prosesnya harus pelan-pelan. Kelihatannya saja mudah, tapi butuh waktu beberapa bulan,” kata Wirya.

Sejauh ini, ungkap Wirya, sudah ada 81 judul lontar yang telah melalui proses alih aksara maupun melalui proses terjemahan.

Dari jumlah tersebut, baru 40 judul yang dijadikan buku. Kebanyakan adalah lontar yang terkait dengan usadha, purana, maupun tantri.

Selain melakukan proses alih bentuk dari lontar menjadi buku, Gedong Kirtya juga melakukan proses alih bentuk dari salinan huruf latin menjadi lontar.

Selama ini ada 5.200 lontar milik masyarakat yang disalin pihak museum. Warga belum mengizinkan museum mengoleksi lontar-lontar itu, sehingga pihak museum memilih menyalinnya dalam huruf latin.

“Salinan itu juga kami alihkan dalam wujud cakep lontar. Tapi belum bisa maksimal. Setahun kami hanya mampu menyelesaikan dua sampai tiga cakep lontar. Karena menyalin itu harus ekstra hati-hati, tidak boleh salah,” jelasnya.

Untuk diketahui saat ini ada 1.808 cakep lontar yang dikoleksi Museum Lontar Gedong Kirtya. Sebagian besar adalah lontar-lontar kuna yang membahas tentang tata cara upacara adat dan agama serta pengobatan tradisional.

Lontar tertua yang dikoleksi Gedong Kirtya diketahui berasal dari tahun 350 masehi yang menceritakan tentang kisah Ramayana.

SINGARAJA – Dua cakep lontar yang menjadi koleksi Museum Lontar Gedong Kirtya, akan dibukukan tahun ini.

Proses penerjemahan itu diharapkan mempermudah masyarakat mencari referensi yang bersumber dari lontar-lontar Bali.

Lontar yang akan dibukukan adalah lontar usadha atau pengobatan tradisional, serta lontar purana atau catatan sejarah.

Proses alih bentuk dari lontar menjadi buku itu melalui proses panjang. Diprediksi proses itu baru tuntas pada akhir tahun nanti.

Kepala UPT Museum Lontar Gedong Kirtya, Gede Wiryasa mengatakan, proses alih bentuk itu akan melalui proses yang cukup panjang.

Pertama, tim harus melakukan proses alih aksara. Aksara yang bersumber dari lontar, biasanya berbentuk aksara sansekerta, jawa kuna, maupun bali kuna. Lontar itu akan dialihkan menjadi aksara latin.

Setelah menjadi aksara latin, tim harus melakukan proses penerjemahan. Proses penerjemahan itu pun harus dilakukan secara berhati-hati, karena rentan mengubah esensi lontar secara keseluruhan.

“Prosesnya harus pelan-pelan. Kelihatannya saja mudah, tapi butuh waktu beberapa bulan,” kata Wirya.

Sejauh ini, ungkap Wirya, sudah ada 81 judul lontar yang telah melalui proses alih aksara maupun melalui proses terjemahan.

Dari jumlah tersebut, baru 40 judul yang dijadikan buku. Kebanyakan adalah lontar yang terkait dengan usadha, purana, maupun tantri.

Selain melakukan proses alih bentuk dari lontar menjadi buku, Gedong Kirtya juga melakukan proses alih bentuk dari salinan huruf latin menjadi lontar.

Selama ini ada 5.200 lontar milik masyarakat yang disalin pihak museum. Warga belum mengizinkan museum mengoleksi lontar-lontar itu, sehingga pihak museum memilih menyalinnya dalam huruf latin.

“Salinan itu juga kami alihkan dalam wujud cakep lontar. Tapi belum bisa maksimal. Setahun kami hanya mampu menyelesaikan dua sampai tiga cakep lontar. Karena menyalin itu harus ekstra hati-hati, tidak boleh salah,” jelasnya.

Untuk diketahui saat ini ada 1.808 cakep lontar yang dikoleksi Museum Lontar Gedong Kirtya. Sebagian besar adalah lontar-lontar kuna yang membahas tentang tata cara upacara adat dan agama serta pengobatan tradisional.

Lontar tertua yang dikoleksi Gedong Kirtya diketahui berasal dari tahun 350 masehi yang menceritakan tentang kisah Ramayana.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/