AMLAPURA—Menjelang upacara Ngusaba Dangsil atau Ngebo, seluruh krama di Desa Adat Kesimpar, Abang, Karangasem, Senin (22/10) menggelar melasti.
Ngusaba Dangsil sendiri digelar tepat Purnama kelima (24/10) mendatang.
Ngusaba Dangsil ini digelar setiap 10 tahun sekali di Desa Adat Kesimpar.
Disebut Ngusaba Dangsil karena sarana utama yang dipergunakan berupa Dangsil.
Yakni sarana upacara terbuat dari ulatan bambu yang kemudian dihias dengan berbagai jajanan.
Jajanan yang dipergunakan adalah jaja kayu atau jaja kayu. Sementara Ngebo karena ritual ini menggunakan daging kerbau sebagai sarana upacara.
Kerbau di sembelih kemudian bagian kulitnya atau belulangnya dipergunakan sebagai sarana pijakan Pralingga Ida Betara saat menggelar mebiasa atau mutar purwa daksina.
Ritual ini digelar malam hari saat puncak aci.
Menurut Bendesa Adat Kesimpar, I Made Sujana upacara Ngusaba Dangsil ini digelar diawali dengan paruman adat.
“Untuk Ngusaba Dangsil memang salah satu ritual besar yang digelar setiap 10 tahun sekali,” ujarnya.
Usai paruman kemudian dilakukan Ngerampag atau mencari bahan- bahan upacara.
Bahan upacara yang dicari diantaranya adalah kepala, daun enao, dan janur.
Upakara itu diambil di tanah warga yang masih wewidangan Desa Pakraman.
Warga memberikan Desa untuk mengambil sarana ini sebagai wujud bakti warga kepada Ida Betara yang akan menggelar Ngusaba.
Warga dengan sukarela memberikan apapun sarana yang ada di kebunnya untuk diambil Desa sebagai keperluan upacara.
Ini merupakan tradisi yang sudah ditetapkan adat disana. Selain itu setiap krama juga wajib membuat aturan Penjor yang dipasang di jalan utama desa.
Sehingga sepanjang jalan Desa nampak asri dan indah dengan hiasan penjor di sisi kiri dan kanan jalan.
Sementara untuk melasti biasanya dilakukan satu hari sebelum puncak aci. Namun kali ini prosesi melasti dimajukan satu hari.
Melasti digelar di Pantau Bebayu, Amed.
Sesuhunan atau Pralingga Ida Betara Puseh, Kesimpar dihias kemudian diusung ke Segara untuk melasti 22 oktober kemarin.
Pemelastian dengan rute dari Pura Puseh Kesimpar menuju Pantai Bebayu, Amed.
Jarak yang ditempuh lumayan jauh yakni 20 km dengan berjalan kaki.
Semua pralingga Ida Betara diiring melasti ke Segara.
Ada puluhan Jempana diantaranya mulai dari Sesuhunan Kelompok, Betara Lingsir Puseh Kesimpar, Maksan Agung, Maksan Pid-pid, Seroron Ida Batara Hyang Sinuhun dari Pura Laga, Seroron Dewa Resi yang dipimpin oleh sesuhunan batara Dalem Pid-pid.
Kemudian Batara dari Puseh Bebayu yang dikatakan memiliki hubungan kekerabatan antara sesuhunan Puseh Kesimpar dengan Sesuhunan Puseh Bebayu.
Sementara itu Ida Betara Puseh Bebayu juga hadir saat Ngusaba Dangsil. Selain itu, Ida Betara Sesuhunan Dewa Resi yang nantinya akan melinggih di panggungan di jaba Tengah Pura Puseh Kesimpar.
Sementara selama perjalanan ke Segara juga ditata dan ada aturan.
Mirip dengan tatanan pemerintahan dengan masing masing bidang.
Dimana sesunan Pura Puseh Kesimpar memargi paling awal. Prelingga Ide Betara Pura Puseh ini melintasi sesuunan Pura Dalem Pidpid dan Dewa Resi yang dari masing masing Pura Ibu atau Paibon.