MIRIS betul nasib yang dialami Zaenal Abidin, 34.
Meski di usia yang sangat muda, ia justru hanya mampu berbaring dengan melawan penyakit yang dideritanya.
Bapak dua anak ini menderita penyakit kanker nasofaring atau kanker kelenjar getah bening. Seperti apa?
ANOM SUARDANA, Negara
Kondisi rumah Zainal Abidin benar-benar memprihatinkan.
Meski sudah berkeluarga dan memiliki dua anak yang masih kecil-kecil, ia terpaksa harus tetap tinggal di rumah orang tuanya Haufa di sebuah rumah bertembok bedek (anyaman bambu).
Bahkan sejak divonis menderita kanker, warga Banjar Munduk Parangan, Banyubiru, Negara, ini tak lagi bekerja.
Kini, kehidupannya praktis hanya bergantung dari hasil kerja orang tuanya yang sudah uzur sebagai tenaga serabutan dan jualan di warung.
Sedangkan untuk menghidupi istrinya, Abidin mengaku tak bisa lagi menafkahi istrinya.
Jangankan untuk menafkahi, sejak divonis sakit, untuk berdiri saja, ia membutuhkan bantuan.
Bahkan untuk makan dan minum Abidin tidak bisa normal. Makan dan minuman harus dibantu dengan alat selang.
“Saya ingin sekali sembuh dan bisa bekerja lagi, “harap Abidin lirih.
Bahkan meski mungkin harapn tipis, semangat untuk melawan sakitnya tetap tinggi. Bahkan, ia rela dan terpaksa berhutang dimana-mana demi kesembuhannya.
Terlebih sejak dua tahun terakhir, untuk bisa menjalani kemoterapi rutin di RSUP Sanglah Denpasar, ia harus mengunakan fasilitas JKN Mandiri yang setiap bulan membayar Rp.25 ribu karena tak terdaftar KIS.
“Agar dekat berobat saya harus kos dengan uang pinjaman termasuk untuk makan dan keperluan lainya.
“Saya benar-benar malu tidak bisa menafkahi istri dan anaknya. Selama ini terus minta belas kasihan dan bantuan adik serta kerabat,” ujar pria dengan badan yang terus mengurus itu.
Atas kondisi itu, Abidin dan keluarga hanya bisa pasrah.
“Mudah-mudahan saja ada perhatian pemerintah atau uluran dermawan. Doa saya semoga saya sembuh dan bisa kembali menafkahi keluarga.
Saya sangat malu karena untuk beli susu anak tidak mampu dan malah sekarang saya diurus istri dan orang tua,”tukasnya.