GIANYAR – Ketua Gerakan Pejuang Aspirasi Rakyat (Gappar) Kabupaten Gianyar, Ngakan Made Rai, menyoroti maraknya judi tajen (sabungan ayam) di Kota Gianyar.
Kata dia, ada kelompok judi tajen besar berkeliling arena tajen setiap dua hari sekali. Dan, selasa kemarin (22/1) tajen itu dimainkan di arena Desa Lebih, Kecamatan Gianyar.
Kelompok judi tajen ini, kata Ngakan Rai biasanya berpindah-pindah tempat dari satu arena ke arena lain.
“Setiap dua hari pindah tempat. Lagi di Lebih, bisa di (desa) Buruan (Blahbatuh). Bahkan, ada tajen sampai malam hari pakai lampu segala,” jelasnya.
Yang fantastis, judi tajen ini menarik banyak pemasukan. Per pengunjung yang ingin masuk arena tajen harus membayar ke petugas jaga sebesar Rp 30 ribu per orang.
“Yang hadir bisa seribu orang bahkan lebih. Dari itu saja sudah Rp 30 juta sehari,” jelasnya. Tidak hanya itu, kelompok penjudi cap jeki juga membayar kontrakan lapak kepada kelompok judi tajen sebesar Rp 5 juta per hari.
“Dalam arena bisa ada 5 cap jeki, berarti sudah Rp 25 juta,” ujarnya menggambarkan. Judi itu juga berlangsung setiap hari, dan selama dua hari sekali berpindah tempat.
“Kalau dikalikan sebulan itu perputaran uang bisa tembus Rp 1 miliar,” ujarnya. Atas maraknya judi yang sampai berlangsung tiap hari, Gappar mendorong kepolisian mengambil tindakan.
“Kalau berkaitan upacara, kami dukung. Tapi, masak setiap hari ada upacara. Kalau judi harus ditindak,” pintanya.
Pihaknya juga menyambut baik ketegasan Kapolda Bali Irjen Petrus Golose atas beberapa kasus yang sudah ditangani.
“Saya mohon kepada pak Kapolda yang tegas, mohon diberantas ini. Karena ini penyakit masyarakat yang luar biasa, ini murni judi,” tegasnya.
Di bagian lain, Kapolres Gianyar, AKBP Priyanto Priyo Hutomo, mengaku tidak akan masuk ke ranah adat.
“Saya upacara aja saya komenin,” ujarnya. Mengenai adanya kegiatan di luar upacara? “Ya melanggar hukum, pokoknya melanggar hukum, namanya judi,” tukasnya.