SEMARAPURA – Guna mencegah terjadinya abrasi yang lebih parah lagi, Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta akhirnya mengumpulkan para pencari batu sikat di pesisir pantai Klungkung.
Mereka dikumpulkan di Wantilan Pura Watu Klotok. Bupati Suwirta mengumpulkan mereka sekaligus mengajak mereka menghentikan kegiatannya merusak alam itu dan memberi pilihan pekerjaan lain.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengungkapkan, bahwa Pemkab Klungkung telah membuat kajian berkaitan dengan aktivitas pencari batu sikat di Kabupaten Klungkung.
Dan, berdasar kajian itu, aktivitas mencari batu sikat itu menjadi salah satu penyebab terjadinya abrasi. Apalagi para pencari batu sikat selama ini tidak hanya mengambil batu-batu yang mereka perlukan dari dalam laut.
Dengan menggunakan karung, mereka mengambil batu dari laut dan membawanya ke pantai dan baru dipilah.
Setelah itu, batu-batu yang tidak digunakan dibiarkan tertumpuk begitu saja di pantai sehingga membuat pemandangan yang kumuh.
“Dulu itu, di sini aspal. Di sini juga ada paving. Sekarang sudah tidak terlihat,” ungkapnya. Karena itu, Bupati Suwirta meminta kepada pencari batu sikat untuk menghentikan kegiatan.
Sebagai penggantinya, pihaknya menawarkan kepada para pencari batu sikat untuk bekerja sebagai tenaga kontrak tukang sapu, kebun, pembibitan, dan peternak sapi.
Tidak hanya itu, bagi orang tua yang sudah sangat renta, pihaknya mengaku akan memberikan bantuan rutin.
“Jika pun nanti ingin tetap bekerja, nanti kami arahkan untuk membuat cemper dan lainnya,” terang Bupati Suwirta.
Hanya saja jumlah pencari batu sikat yang dicatat para perbekel cukup banyak. Yaitu dari Desa Negari sebanyak 16 orang, Desa Takmung 56 orang,
Desa Satra 6 orang, Desa Tojan 53 orang, Desa Gelgel 14 orang, Desa Tangkas 5 orang dan Desa Jumpai 10 orang.
Pihaknya curiga jika terjadi penggelembungan jumlah pencari batu sikat lantaran Pemkab Klungkung berencana menjadikan pencari batu sikat yang masih produktif sebagai tenaga kontrak.
Oleh karena itu, pihaknya meminta para perbekel untuk memastikan kembali. “Jika terbukti, saya akan tindak sebagai pembohongan,” tegasnya.
Mengingat solusi itu membutuhkan waktu untuk direalisasikan, pihaknya pun akhirnya tetap mengizinkan warga untuk mencari batu sikat agar tetap bisa menyambung hidup.
Namun dengan catatan, kegiatan mencari batu sikat itu hanya boleh dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
Pihaknya sangat menentang keras para pencari batu sikat ini mencari batu sikat dengan menggunakan karung.
Untuk itu orang nomor satu di Kabupaten Klungkung itu minta kepada Satpol PP untuk mengawasi.
“Oktober ini kami berencana membuat TOSS terintegrasi yang memerlukan tenaga sekitar 150 orang, mungkin di sini bisa kami ambil 50 orang.
Untuk ternak babi dan sapi, sekitar tahun 2020 akan kami gelontorkan bantuan. Jika masih tetap membandel, tentu kami akan tindak sesuai aturan yang ada,” tandasnya.
Sementara itu sejumlah warga pencari batu sikat menyatakan siap mematuhi himbauan Bupati. Seperti Ketut Sondra, pengepul batu sikat asal Desa Tojan ini mengaku
akan segera memindahkan sisa batu sikat miliknya dari lokasi sekarang di sekitar Pantai Watu Klotok.